Ada sejumlah orang mempertanyakan mengapa salib di Gereja Katolik ada Corpus-nya (patung tubuh Yesus-nya) sedangkan salib pada gereja-gereja non Katolik tidak ada Corpus-nya. Kebanyakan pertanyaan ini berhubungan dengan anggapan bahwa: 1) kalau begitu Gereja Katolik percaya kepada Yesus yang wafat, bukan kepada Yesus yang bangkit; 2) karena ada Corpus-nya, maka Gereja Katolik menyembah berhala. Tentu saja kedua anggapan ini keliru. Pertama, pengakuan iman Gereja Katolik telah dinyatakan secara jelas dan eksplisit dalam Syahadat para Rasul, yaitu: Aku percaya … akan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria, yang menderita sengsara…., disalibkan, wafat dan dimakamkan…., pada hari ketiga Ia bangkit …yang naik ke Surga… Maka tidak benar, jika Gereja Katolik hanya percaya kepada Kristus yang wafat. Kedua, walaupun Gereja Katolik menghormati salib Kristus itu, namun yang dihormati bukan patung Yesus di salib tersebut, tetapi Pribadi Yesus yang digambarkan oleh patung salib itu. Ini disebut dulia-relatif. Tentang apakah itu dulia relatif dan dasar Kitab Sucinya, silakan membaca artikel ini, silakan klik. Oleh karena itu, penghormatan kepada Salib Kristus bukanlah berhala, sebab yang dihormati tetaplah Kristus Tuhan yang digambarkan oleh Crucifix (Corpus) itu, dan bukan patung-nya itu sendiri.
Memang penggambaran salib yang ‘polos’ (tanpa corpus) atau salib dengan corpus, seolah memberikan penekanan makna yang berbeda. Salib yang polos sepertinya lebih menekankan kepada Kristus yang bangkit, sedangkan salib dengan corpus menekankan kepada pengorbanan Kristus sampai kepada wafat-Nya. Sebagai sesama murid Kristus, tentu kita sama-sama mengimani Kristus yang wafat dan bangkit. Namun jika Gereja Katolik memilih penggambaran corpus Kristus di salib, itu karena penggambaran tersebut lebih jelas menyampaikan inti ajaran Kristiani sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus:
“Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa- apa di antara kamu, selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (1Kor 2:2)
Rasul Paulus mengajarkan bahwa pewartaan iman Kristiani adalah iman akan Kristus yang disalibkan, sebab dengan salib suci-Nya inilah Yesus telah menebus dosa umat manusia.
Maka, setidak-tidaknya, ada 4 alasan mengapa penggambaran corpus Kristus di salib lebih mengarahkan kita agar semakin menghayati ajaran iman kita:
1. Corpus Kristus itu mengingatkan kita kepada penggenapan nubuat para nabi akan Sang Mesias yang menderita, dalam diri Kristus. “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, …. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh… ” (Yes 53:2-5)
2. Corpus Kristus itu mengajarkan kita akan keadilan Allah. Sebab Kristus yang tersalib mengingatkan kita akan kejamnya akibat dosa kita, hingga Allah sendiri harus mengutus Kristus Putera-Nya untuk menanggung sengsara dan wafat sebagai tebusan dosa-dosa kita (lih. Gal 3:13). Kesadaran akan hal ini mendorong kita menjauhi dosa, sebab kita mengetahui bahwa dosa-dosa kitalah yang menyebabkan sengsara-Nya.
3. Corpus Kristus itu mengajarkan kita akan kasih Allah yang tak terbatas. Sebab Kristus sendiri mengatakan, “Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (lih. Yoh 15:13). “Kristus, terima kasih, Engkau mau menderita dan wafat di salib untuk menebus dosa-dosaku”, biarlah doa singkat ini menjadi seruan hati kita setiap kali memandang corpus Kristus yang terentang di kayu salib itu.
4. Corpus Kristus itu mengingatkan dan mendorong kita agar kita-pun mau mengasihi, memberikan diri kita kepada orang lain tanpa pamrih, rela berkorban dan tak mudah putus asa dalam memikul salib kita sehari-hari (lih. Luk 9:23). Sabda Tuhan dalam Injil Yohanes mengajarkan agar kita saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” (1 Yoh 3:16) Tak mengherankan bahwa dengan merenungkan makna Kristus yang tersalib inilah, para martir dan Santa- Santo, dengan rela menyerahkan segala-galanya demi iman mereka akan Kristus.
Nah, maka penggambaran Kristus yang tersalib, tidak berarti bahwa kita umat Katolik hanya percaya kepada Kristus yang wafat. Tentu saja kita percaya kepada Kristus yang wafat dan bangkit, namun penggambaran corpus Kristus di salib, lebih jelas mengingatkan kita akan penebusan Kristus yang dicapai melalui sengsara dan wafat-Nya. Sebab tidak mungkin ada kebangkitan Kristus tanpa sengsara dan wafat-Nya di salib. Selanjutnya penggambaran corpus Kristus ini adalah untuk mendorong kita agar kitapun rela berkorban untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Maka corpus Kristus di salib itu, jika direnungkan maknanya, sesungguhnya mengingatkan kita akan dalamnya makna hukum cinta kasih, yang menjadi inti ajaran Kristiani. Yaitu, karena begitu besarnya kasih Allah, kita diselamatkan oleh Kristus Putera-Nya, dan kitapun dipanggil untuk mengasihi Allah dan sesama seperti Dia mengasihi kita.
Akhirnya, berikut ini adalah doa yang dianjurkan oleh Gereja, saat kita memandang salib Kristus:
“Lihatlah kepadaku, Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut, di hadapan-Mu aku berlutut dan dengan jiwa yang berkobar aku berdoa dan memohon kepada-Mu agar menanamkan di dalam hatiku, citarasa yang hidup akan iman, pengharapan dan kasih, pertobatan yang sungguh dari dosa-dosaku, dan kehendak yang kuat untuk memperbaikinya. Dan dengan kasih dan dukacita yang mendalam, aku merenungkan kelima luka-luka-Mu, yang terpampang di hadapanku, yang tentangnya Raja Daud, nabi-Mu, telah menubuatkan perkataan ini yang keluar dari mulut-Mu, ya Tuhan Yesus: “Mereka telah menusuk tangan-Ku dan kaki-Ku; mereka telah menghitung semua tulang-Ku….”
Amin.
(Indulgensi Penuh dapat diperoleh dengan mengucapkan doa ini pada hari Jumat di masa Prapaska dan setiap hari di dalam dua minggu sebelum Paskah (masa Passiontide), ketika doa ini diucapkan setelah Komuni di hadapan gambar/ image Kristus yang tersalib. Pendarasan doa ini pada hari-hari lainnya, memperoleh indulgensi sebagian. Tentang persyaratan agar memperoleh indulgensi penuh adalah: 1) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; 2) menerima Komuni kudus; 3) berdoa bagi intensi Bapa Paus; 4) tidak ada keterikatan terhadap dosa, bahkan terhadap dosa ringan. Selanjutnya tentang apa itu Indulgensi, silakan klik di sini; dan tentang Bagaimana Agar Memperoleh Indulgensi, klik di sini.)
Syalom Katolisitas,
sebenarnya ada tidak ketentuan baku dalam Gereja Katolik bahwa salib yang digunakan adalah salib yang ada Corpusnya, karena di Gereja Katolik Keluarga Kudus di Rawamangun Jakarta TImur salib yang digunakan adalah salib yang tidak ada Corpusnya terletak disebelah kiri ( dilihat dari sisi umat) dan di tengahnya ada gambar atau lukisan Tuhan Yesus yang besar. Sepanjang pengetahuan saya selama ini, semua Gereja Katolik menggunakan salib yang ada Corpusnya, baru Gereja Katolik Keluarga Kudus ini yang tidak menggunakan Corpus.
kemudian hal lain yang menjadi perhatian saya adalah saat ikut misa rabu abu tgl 05 Maret 2014 kemarin, kebetulan saya duduk persis di depan tabernakel (3 baris dari depan), saya memperhatikan ada 2 orang diakon yang mengembalikan semua sisa hosti ke dalam tabernakel dan menutup pintu tabernakel saat itu romo berada di meja altar, sedangkan saat hosti dikeluarkan dari tabernakel saya tidak memperhatikan siapa yang melakukannya. Dari beberapa diskusi di katolisitas ini saya tahu sebenarnya secara liturgi dan hal tsb ada didalam alkitab perjanjian lama… maaf saya lupa ayatnya…. yang diperbolehkan untuk membuka, menutup, mengambil dan mengembalikan hosti hanya seorang romo.
mohon tanggapan dari team Katolisitas
salam damai dalam Kristus Tuhan
[dari Katolisitas: untuk pertanyaan Anda yang pertama, di Peraturan PUMR (Pedomen Umum Misale Romawi) no. 117 mensyaratkan bahwa yang seharusnya digunakan adalah crucifix, demikian:
Saya sebenarnya ingin memberi solusi tentang cium salib tujuannya baik tapi terkadang menjadi salah anggap karna ada menganggap salah seperti contoh banyak umat katolik yang berdoa langsun kepada bunda maria meminta pertolongan padahal kita bertugas memberi salam menyajung sang bunda seperti doa salam maria tapi di protestan menghilangkan sama sekali yang jelas salah karna maria layak di hormati lebih dari pada para rasul.
Trimakasih Gbu
[Dari Katolisitas: Tentang makna penghomatan salib, silakan klik di sini. Umat Katolik tidak berdoa kepada Bunda Maria seperti kepada Allah. Kepada Bunda Maria kita minta didoakan, tetapi kita percaya yang mengabulkan doa tetap Tuhan saja. Tentang hal ini sudah panjang lebar dibahas di banyak artikel di Katolisitas, di antaranya di sini, silakan klik di judul berikut:
Apa arti devosi kepada Bunda Maria?
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Apakah Umat Katolik tidak dapat berdoa langsung kepada Allah?
Apakah memohon doa dari para orang kudus berlawanan dengan firman Tuhan?
Mengapa umat Katolik menghormati Bunda Maria secara istimewa?]
damai sejahtera bagi seluruh pengasuh katolisitas,,,,,bagi saya SALIB TANPA CORPUS itu = salib2 yg dipasang dimakam makam KRISTIANI,,,,CORPUS yg ada pada salib gereja KATOLIK bukan sembarang salib karena CORPUS itu ada mahkota duri,lambung mengeluarkan darah..ini adalah ciri khas SALIB KRISTUS YESUS,sehingga dpt dibedakan dgn salib2 yg dipakai utk menyalibkan para penjahat pada saat itu dan salib2 yg lainnya….
[Dari Katolisitas: Mohon dipahami, bahwa Gereja Katolik juga Kristiani (Christian dari kata Christ = ian, pengikut Kristus. Bahwa sejumlah pengikut Kristus tidak menyertakan Corpus Kristus pada salib di gereja mereka, itu adalah keputusan mereka, tetapi sesungguhnya, merekapun tentunya mengacu kepada salib Kristus, dan bukan kepada salib orang lain. Namun Gereja Katolik tetap menyertakan Corpus Kristus pada salib, karena berpegang pada ayat 1 Kor 2:2 yaitu bahwa pewartaan iman Kristiani adalah pewartaan Kristus yang disalibkan. Sebab hanya melalui sengsara dan wafat-Nya itu, Kristus bangkit mulia.]
Salam,
A.
Dalam konteksnya, apabila kita berbicara tentang puncak karya pengorbanan dan penebusan Tuhan Yesus maka salib dengan corpus Yesus yg wafat dengan ciri2 luka2Nya dan tulisan penjelasan diatas salib adalah tepat.
Dan salib yang kosong lebih mewakili arti;
1. Tuhan Yesus belum atau tidak jadi di salibkan.
2. Itu bukan salib dari Tuhan kita Yesus Kristus. (karena penyaliban pada waktu itu adalah trend yang dilakukan dalam hal menghukum para kriminal, jadi bukan hanya Tuhan Yesus yang disalibkan)
Lain hal kalau kita berbicara tentang kebangkitan Tuhan, yg menurut saya lebih tepat diwakili oleh “kubur kosong” ketimbang salib yg kosong. Tuhan Yesus, seperti yg dikatakan oleh kitab suci, setelah wafat di salib, lalu Dia di makamkan, lalu bangkit. Jadi dalam hal ini Tuhan tidak serta-merta langsung terlepas bangkit dari salib, bahkan langsung naik ke surga. Setelah kebangkitanNya pun, Tuhan menampakan diri kepada murid2Nya lebih dulu.
B.
Penggunaan patung corpus Yesus, di warnai oleh tuduhan penyembahan berhala. Saya pikir pemikiran ini terlalu sempit tetapi marak sekali di tujukan kepada Gereja Katolik.
Dalam hal itu saya memberikan contoh nyata, tanpa ber-theololgi.
Saya adalah seorang seniman, pemusik. Dalam hal mengekspresikan pujian dan syukur saya kepada Tuhan, saya membuat suatu karya, yaitu suatu untaian nada yg menjadi sebuah lagu, plus, liriknya.
Dan di lain pihak saya mempunyai teman seorang seniman pelukis dan pematung yang juga Katolik. Nah cara dia mengekspresikan perasaannya kepada Tuhan dia seringkali membuat karya lukisan yg menggambarkan adegan2 yg tertulis dalam Kitab Suci…dan juga membuat karya berupa patung Yesus, Bunda Maria, para Malaikat dan orang2 Kudus (penjelasan tentang penggunaan patung dalam Gereja juga sudah dibahas dalam Katolisitas.org ini). Dalam hal ini apakah teman saya itu berdosa dan harus berhenti berkarya…? Apakah patung2, lukisan2 dan semua karya seni(juga musik, karena menurut pengalaman saya, musik pun bisa jadi “berhala” karena salah penggunaan) dalam Gereja harus di buang dan disingkirkan (seperti yg terjadi pada masa Iconoclasm) dalam rangka menghindari bahaya penyembahan berhala? Kalau hal seperti ini terjadi, maka apabila kita datang ke Gereja kita hanya akan menemukan ruangan dengan tembok polos, kursi2 dan sebuah mimbar.
Pace et Bene.
Salam hormat
Terlepas dari topik diatas kemarin saya coba buka injil dan mendapatkan ayat tentang sepuluh perintah yang menjadi acuan dasar umat kristendalam menjalankan kehidupan ,baaik cara menyembah tuhan ato cara menjalin hubungan sesama..ada point yang saya tangkap yakni keesaan tuhan dan larangan seperti membuat patung,ada anjuran berbuat baik dengan orang tua dan memuliakan hari sabat ato sabtu ato hari ketujuh.tapi kenapa ya umat kok ibadahnya minggu dan banyak patung bertebaran di gereja,padahal pesan larangan itu begitu jelas.dan bahasa tuhan esa di injil begitu banyak di temukan.bertentangan dengan trinitas. Dan saya saat baca matius 7 ayat 12 dan seterusnya menjadi ngeri. Dimana yesus begitu jelas mengingatkan adanya nabi ato tulisan palsu yang di ibaratkan serigala berbulu domba, tidak mungkin buat ara di petik dari pohon berduri.dan diayat berikutnya yesus mengabarkan kelak di hari akhir banyak orang berkata kepada yesus,tuhan ,tuhan bukankah kami selalu memuliakan namamu,tapi yesus berkata,pergi kalian semua aku tidak mengenal kalian,dan kalian adalah pembuat kejahatan, diayat berikutnya,yesus mengibaratkan orang yang mengikuti ajarannya seperti buat rumh diatas batu,berdiri kokoh dan yang melenceng seperti rumah diatas pasir mudah runtuh. Yang jadi pertanyaan,siapa yang diusir ato dimaksud yesus diayat ini.kalo orang muslim,budha,hindu ato atheis rasanya ngak mungkin karena mereka tidak pernah memanggil yesus dengan tuhan,ato jangan jangan umat nasrani yang dimaksud,karna hanya umat nasrani yang memanggil yesus dengan ucapan tuhan,sementara beliau hanya seorang nabi dan melanjutkan risalah musa tuk menyembah Allah. Dan kata kata pembuat kejahatan itu berarti menyelewengkan ajaran murni sama dengan dalam muslim di sebut bid’ah ato mengada ngada dalam ibadat tidak kesuai dengan anjuran asli para nabi yang ganjarannya sma beratnya .hingga setiap aagama pada dasarnya tidak mentoleril ibadah yang ditambah ato diadakan,sekalipun niatnya atas dasar rasa cinta,seperti dalam sepuluh perintah, jangan ada yang menyamai allah baik yang di langit maupun di bumi.yesus sosok yang sabar,dan tidak suka dipuji berlebihan,apalagi dianggap tuhan, beliau merasa mulia dengan terpilih sebagai utusan tuhan dan selalu tetap mengajak umat manusia tuk menyembah sang maha tunggal allah seperti yang musa ajarkan serta nabi terdahulu.itulah salah satu kelebihan nabi allah yang tidak pernah bangga bahkan takut kalo ada umat yang menyamai allah dengan mahluknya.tuk jelasnya mohon pembaca membuka matius 7 ayat 12 hingga 18 dan mohon dikoreksi pendapat saya jika ada salah. Salut akan kecintaan teman teman pada yesus.dan kecintaan itu akan berbuah manis manakal,tata cara kita sama seperti yang yesus sadpbdakan,sehingga kita diakui sebagai pengikut ajarannya yang setia,buka sebagai penyembah setia, seperti kutipan ucapan nabi muhammad, aku melarang umatku tuk membuat gambarku,aku kawatir sebagian umatku yang karna cintanya padaku berlebihan akan menyembahku seperti umat terdahulu.sekali lagi saya mohon maaf kalo ada banyak kesalahan.
[dari katolisitas: Saya menyarankan, sebelum Anda memberikan komentar, silakan menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan atas. Sebagai contoh, Anda dapat menuliskan kata trinitas, tekan enter, maka akan memberikan beberapa artikel yang berhubungan dengan topik tersebut – dengan hasil seperti ini – silakan klik. Silakan membacanya terlebih dahulu, sehingga minimal Anda mencoba mengerti mengapa umat Katolik percaya akan Trinitas. Semoga dapat dimengerti]
Shalom katolisitas,
saya pernah melihat beberapa kali corpus Yesus tidak dalam keadaan wafat, namun bangkit dengan megah, dan menggunakan pakaian seperti raja. maafkan pengetahuan saya yang minim ini, namun saya merasa ada kejanggalan simbolik/makna disini. Saya juga pernah melihat salib seperti yg saya sebutkan diatas, dipakai disalah satu ruang adorasi, yang membuat saya lebih bertanya tanya. apakah ini termasuk adaptasi budaya? adakah penjelasan tertulis dari dokumen gereja mengenai ini?
Tuhan berkati
Shalom Nadia,
Pertama-tama, memang perlu dilihat bahwa suatu penggambaran baik itu lukisan atau patung, adalah suatu upaya manusia untuk menyampaikan makna tertentu. Seperti telah dijabarkan di atas, makna pengorbanan dan kasih yang terbesar itu (Yoh 15: 13) lebih nyata disampaikan melalui ‘Yesus yang tersalib’ (crucifix), daripada salib yang ‘kosong’ atau penggambaran Yesus yang bangkit. Sejujurnya memang dapat saja (tidak dilarang) kita menggambarkan Yesus dalam keadaan wafat (crucifix), atau dalam keadaan bangkit, atau bahkan dalam keadaan lainnya seperti penggambaran patung Yesus dengan Hati Kudus-Nya. Namun, menurut tradisi Gereja Katolik, penggambaran Yesus yang ditempatkan di tempat penghormatan tertinggi di gereja (yaitu di daerah altar/ panti imam) adalah crucifix- yaitu Yesus yang tersalib.
Dalam PUMR (Pedoman Umum Misale Romanum), 308, dikatakan demikian: “Juga di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus yang tersalib. Salib itu harus mudah dilihat oleh semua umat. Salib seperti itu akan mengingatkan umat beriman akan sengsara Tuhan yang menyelamatkan. Maka seyogyanya salib itu tetap ada di dekat altar, juga di luar perayaan-perayaan liturgi.”
Hal ini disebutkan juga dalam the Book of Blessings, # 1235, “The image of the cross should preferably be a crucifix, that is, have the corpus attached, especially in the case of a cross that is erected in a place of honor inside a church.” (“Penggambaran salib yang lebih dipilih adalah crucifix, yaitu dengan tubuh [yang tersalib], khususnya untuk salib yang ditempatkan di tempat terhormat di dalam gereja.”)
Penempatan crucifix itu juga sejalan dengan ketentuan Gereja tentang indulgensi, yang memberikan indulgensi sebagian ataupun indulgensi penuh kepada umatnya, yang mendoakan doa tertentu di bawah ini, kepada Yesus, pada saat setelah penerimaan Komuni kudus:
Dalam The Enchiridion of Indulgences (Buku ketentuan mengenai Indulgensi) yang dikeluarkan oleh Vatikan tanggal 29 Juni 1968 (silakan klik) menyatakan bahwa dengan merenungkan pengorbanan Yesus dan luka-luka-Nya di kayu salib sebagaimana dijabarkan dalam doa yang sederhana berikut ini, kita dapat memperoleh indulgensi. Demikianlah doanya yang mengambil dasar dari kitab Mazmur 22: 17-18:
Indulgensi Penuh dapat diperoleh dengan mengucapkan doa ini pada hari Jumat di masa Prapaska dan setiap hari di dalam dua minggu sebelum Paskah (masa Passiontide), ketika doa ini diucapkan setelah Komuni di hadapan gambar/ image Kristus yang tersalib. Pendarasan doa ini pada hari-hari lainnya, memperoleh indulgensi sebagian. Tentang persyaratan agar memperoleh indulgensi penuh adalah: 1) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; 2) menerima Komuni kudus; 3) berdoa bagi intensi Bapa Paus; 4) tidak ada keterikatan terhadap dosa, bahkan dosa ringan. Selanjutnya tentang Indulgensi, silakan klik di sini; dan tentang Bagaimana Agar Memperoleh Indulgensi, klik di sini.
Ketentuan memasang crucifix di dekat altar dalam gedung gereja, adalah sesuai/ konsisten dengan keputusan Gereja untuk memberikan indulgensi bagi pendarasan doa ini. Dari sini juga kita melihat bahwa penempatan image Yesus yang bangkit, nampak menjadi kurang pas dengan isi doa ini.
Namun demikian dalam ruang adorasi, memang sejauh pengetahuan saya tidak ada ketentuan yang eksplisit. Hanya memang, adalah logis, jika ketentuan yang diterapkan juga sejalan dengan ketentuan untuk menghomati Kristus yang tersalib (crucifix) ini, sebab yang dihormati dalam sakramen Mahakudus, itu dalah juga penghormatan akan misteri kasih Allah yang tertinggi, yaitu kasih Seseorang yang menyerahkan diri bagi sahabat-sahabat-Nya (lih. Yoh 15:13), yang kini oleh kuasa Roh Kudus-Nya mengambil rupa sepotong roti, agar dapat hadir di tengah-tengah mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom…
Baru2 ini sy disarankan untuk tidak menggunakan kalung salib untuk suatu keperluan kerja oleh seseorang karena mayoritas pelanggan adalah non Kristen, padahal beliau jg adalah seorang Kristiani. Sebaliknya pelayanan kepada pelanggan harus sebaik mungkin. Saya jd prihatin sekali, apapun kondisi kita, saya harap jangan sampai kita takut atau malu bahwa kita adl orang Kristen. Sebaik apapun sikap sosial kita, jika kita malu atau takut mengakui Kristus, untuk apa?
Gbu
[Dari Katolisitas: Silakan menilai segala sesuatunya dengan bijak. Sebab hal memakai kalung salib atau apapun yang menandai kita sebagai seorang Kristiani, tidak akan mengurangi kualitas pelayanan kepada pelanggan, ataupun kualitas pekerjaan kita. Sebagaimana kita tak selayaknya berprasangka negatif terhadap saudara/i kita yang memakai kerudung karena penghayatan agama mereka, mari kita juga tidak perlu mencurigai bahwa mereka akan mempermasalahkan apakah kita akan mengenakan kalung salib/ tanda lain yang mengacu kepada tanda iman kita. Di sinilah terletak keindahan kita hidup saling menghormati sesama pemeluk agama, dalam kesatuan seluruh keluarga umat manusia.]
Seperti yg sudah sering dikhotbahkan dlm misa, corpus & papan INRI jg sbg identitas salib milik Yesus, bukan salib yg sebelah kanan, apalagi sebelah kiri.
sepakat! alasan yg simple & jitu. kita, katolik, hanya mengakui salib yg ada kristus-nya. bukan salib yg di kanan ato kiri, ato salib-salib lainnya yg tidak jelas.
[Dari Katolisitas: Kami percaya, walaupun saudara/i kita yang Kristen non- Katolik menggunakan salib tanpa Corpus dan tanda INRI, namun di hati mereka, yang mereka hormati tetaplah salib Kristus. Mari janganlah cenderung sinis dalam hal ini. Memang ada perbedaan dalam penghayatan antara kita umat Katolik dengan non-Katolik, tapi mari kita saling menghormati dan menghargai, walaupun kita tetap dapat berpegang teguh terhadap apa yang kita yakini.]
Lebih luas lagi mungkin di luar Gereja ada keselamatan, namun di luar Yesus Kristus tidak ada keselamatan. Bukan perbuatan baik manusia yg akan menyelamatkan , namun hanya semata rahmat dari Tuhan Yesus lah yg menyelamatkan manusia.
Misalnya orang yg di salib di samping Tuhan Yesus, semua perbuatannya jelas penjahat yg layak dihukum salib pada masa itu , namun hanya dengan percaya saja , Tuhan merahmatkan keselamatan untuknya .
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penjahat (Matius dan Markus secara spesifik menyebut mereka “penyamun”), seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Yesus di tengah-tengah.[22]
Penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya seperti orang-orang banyak yang menyaksikan penyaliban itu.[23] Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi kemudian yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”[24]
Syalom aleikhem
Tuhan memberkati.
[dari katolisitas: Keselamatan adalah karena kasih karunia (lih Ef 2:5), iman dan kasih (lih. Gal 5:4), dan baptisan (lih. Mrk 16:16)]
Salam damai & sejahtera bagi kita semua,
Ikut sharing ya.
Saya jadi terpikir bhw penjahat yg mohon ampun kepada Tuhan kita, langsung masuk firdaus (sesuai sabda Tuhan) krn pd saat2 terakhir ia berbalik dari kedosaannya dan percaya kepada Tuhan Jesus; pada saat itu juga ia telah membayar kontan (dgn derita & kematian) untuk silih atas dosa2nya.
Dgn ukuran manusia, hukuman tsb tentu jauh lebih berat dari pada penitensi yg harus kita “bayar” setelah kita mengakukan dosa kita kepada pastor. Saya jadi mereka-reka, barangkali jika penjahat yg bertobat tsb lolos dari hukuman dunia, maka dia harus menunggu dulu di dlm api penyucian.
Sebaliknya, penjahat yg satunya lagi memberi pelajaran bhw tanpa tobat & percaya, (apalagi jika jelas2 menolak uluran kasih Tuhan Jesus), jiwa kita tdk akan selamat meski badan kita telah menjalani hukuman berat di dunia.
[Dari Katolisitas: Kata Firdaus, paradise atau dalam bahasa Yunani adalah parádeisos, merupakan suatu tempat bagi orang-orang beriman sebelum kebangkitan Kristus. Ini disebut juga sebagai limbo of the just/the bossom of Abraham (Luk 16:23) atau hades. Semua orang yang ada di tempat ini, akan menuju ke Surga secara langsung setelah kebangkitan Kristus. Kita mengingat apa yang dikatakan di dalam “Doa Aku Percaya” … disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian. Dalam waktu tiga hari setelah kematian-Nya, Yesus datang ke tempat penantian untuk memberitakan wahyu Tuhan secara lengkap, sehingga segala yang ada di langit, di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi akan bertekuk lutut dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (lih. Flp 2:10-11). Dan setelah Yesus bangkit dari orang mati, maka tempat penantian ini tidak ada lagi, yang ada hanya surga, api penyucian, neraka.
Yesus menjanjikan Firdaus kepada penjahat yang bertobat ini, namun Firdaus ini tidak otomatis sama dengan Surga, sebab saat itu Kristus belum bangkit dari mati untuk membuka pintu Surga.]
Ytk bapak dan Ibu Stefanus Tay,
Allah itu mahakasih dan sekaligus mahaadil. Manusia berdosa berat dan Allah harus menghukumnya agar tidak bertentangan dengan hakekat mahaadil itu. Akan tetapi Allah juga mahatahu bahwa hukuman atas dosa itu tidak mungkin ditanggung oleh manusia. Karena hakekat Allah juga mahakasih, maka Dia memutuskan terangNya sendiri yang dalam bahasa manusia disebut anak Allah untuk menjadi manusia dan menanggung dosa manusia. Sebagai umat Katolik yang baik kita harus membalasnya dengan beriman pada Trinitas dan mematuhi semua ajaranNya. Air dari lambung Kristus sucikanlah kami, bilur bilur Kristus sembuhkanlah kami, sengsara Kristus kuatkanlah kami. Demi sengsara Kristus ya Allah ampunilah dosa kami dan dunia.
Berkah Dalem Gusti
Andry
Shalom, Katolisitas. Trimakasih atas artikelnya di atas yang smakin menguatkan dan membangun iman saya sbagai seorang Katolik, yah saya memang pada dasarnya beriman katolik, hanya saya benar-benar kurang pengetahuan dan pemahaman tentang iman katolik yang sesungguhnya, trimakasih juga Katolisitas yang slalu memberi pencerahan iman melalui artikel-artikel di blog ini, tetaplah berkarya, Tuhan Yesus memberkati.
Saya pernah ditanya mengapa salib orang Katolik masih ada korpusnya ? Bukankah Yesus sudah bangkit dan kebangkitanNya menjadi keselamatan kita atas maut. Jika masih ada korpus bukankah itu lebih menggambarkan penderitaan dan bukan kemenangan Yesus atas maut. Tolong pencerahannya untuk membantu menjawab pertanyaan ini. Terima kasih dan Tuhan memberkati. Andryhart
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Comments are closed.