Yesus, sungguh Allah sungguh manusia

Pendahuluan:

Pada umumnya, kita mengasihi seseorang yang sudah kita kenal sebelumnya. Selanjutnya, jika kita sungguh- sungguh mengasihi orang itu, maka tentu kita ingin mengenalnya lebih dalam. Hal ini juga berlaku dalam hubungan kita dengan Kristus. Siapakah Kristus itu bagi kita? Siapakah Kristus itu sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan serupa ini seharusnya mengantar kita untuk lebih mengenal dan mengasihi Dia. Ia menjadi Penyelamat kita manusia, karena Ia adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia. Karena Kristus adalah Allah, maka Ia sudah ada sebelum dunia ini diciptakan. Namun Ia rela menjelma menjadi manusia, karena mengasihi kita. Pada saat waktunya genap, Ia memilih untuk dilahirkan ke dunia, maka Putera Tunggal Allah yang tak terbatas, masuk ke dalam sejarah manusia. Hakekat ke-Allahan dan ke-manusiaan Kristus ini adalah ciri khas Yesus, yang membuat-Nya berbeda dari para nabi ataupun orang kudus manapun.

Yesus sungguh Allah, sungguh manusia

Bagi orang Katolik, sebutan bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, tidaklah asing. Namun apakah kita sungguh memahaminya? Apakah kita mengetahui dasar-dasarnya mengapa dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah  Putera Tunggal Allah yang menjadi manusia, sehingga Ia adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia?

Ya, istilah Teologi yang menjelaskan ciri khas Pribadi Yesus ini adalah “hypostatic union“. Ini merupakan misteri Kristus yang tidak sepenuhnya dapat kita pahami selama kita hidup di dunia ini, namun begitu jelas diajarkan dalam Alkitab. Yesus Kristus adalah Juru Selamat manusia yang menghapuskan dosa-dosa kita. Yesus adalah Pengantara kita yang menghubungkan kita dengan Allah. Sebagai manusia, Yesus dengan kehendak bebas-Nya mempersembahkan kurban penghapus dosa, yaitu diri-Nya sendiri, dan karena Ia adalah Tuhan, maka korban-Nya ini bernilai tak terbatas, sehingga mampu menghapus semua dosa manusia di sepanjang sejarah. Jika Gereja Katolik mempertahankan kebenaran ini, adalah karena kedua hal ini, ke-Allahan Yesus dan kemanusiaan-Nya, adalah “kedua hal yang sama pentingnya dalam karya keselamatan Allah.” ((Lihat George D Smith, D.D, PhD. ed., The Teaching of the Catholic Church, A Summary of Catholic Doctrine, (New York: The Macmillan Company, 1960) p. 361))

Protestant Kenotic Christology: apakah itu?

Pengertian tentang ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus sangatlah penting, jika kita ingin mengenal siapa Yesus yang sesungguhnya. Tanpa pemahaman ini, kita akan mempunyai gambaran yang keliru tentang Yesus Kristus. Dewasa ini kita mengenal teori-teori baru dari para peneliti Alkitab/ exegete modern yang berusaha memisahkan Kristus yang kita imani dengan Yesus menurut sejarah (the Christ of Faith and the Jesus of history). Pandangan ini sesungguhnya berakar dan tidak terlepas dari pendapat yang mengatakan bahwa selama hidup-Nya di dunia (33.5 tahun) Yesus itu ‘hanya’ manusia biasa, bukan Tuhan [walaupun disertai oleh Allah Bapa dan Roh Kudus secara istimewa]; dan baru setelah kebangkitan-Nya, Yesus adalah Tuhan.

1) Pandangan di atas mengambil dasar utama dari Fil 2: 6-11 yang mengatakan bahwa Kristus Yesus, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia…. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib….” Pandangan ini dikenal dengan ajaran Martin Luther,Protestant Kenotic Christology, ((Lihat De libertate christiana (Weimar, 1883), vol. 7, p.65)) yang pada dasarnya bukan memahami bahwa Yesus mempunyai 2 kodrat (yaitu Allah dan manusia) dalam satu Pribadi-Nya semasa hidup-Nya di dunia, melainkan membaginya menjadi dua tahapan: tahap pengosongan (state of self- emptying) dan tahap pemuliaan (state of exaltation) sesudah kebangkitan. Dengan demikian, Luther tidak membedakan kodrat dan Pribadi Yesus, sehingga sebenarnya ajarannya mempunyai kemiripan dengan campuran ajaran Arianism dan Monophisitism, ajaran yang menyimpang pada abad ke-3 dan ke-5.

Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan mengetahui bahwa interpretasi yang dipegang oleh Bapa Gereja adalah bahwa yang dimaksud oleh Paulus dalam “pengosongan diri” ini adalah bahwa Pribadi kedua dari Trinitas yaitu Sang Firman Allah, mengambil rupa manusia melalui Inkarnasi, agar dengan demikian Ia dapat menderita dan mati. Maka dikatakan Ia yang “dalam rupa Allah….  mengambil rupa seorang hamba” sehingga di dalam rupa tersebut Ia “merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati …di kayu salib.” Maka disini yang tidak dipertahankan Kristus adalah ketidakterbatasanNya sebagai Allah, bahwa sebagai Allah Ia tidak mungkin menderita dan mati, sedangkan dengan menjelma menjadi manusia Ia dapat menderita dan mati. Maka dari teks itu sendiri sebenarnya tidak menunjukkan bahwa dengan mengambil rupa sebagai manusia, Yesus berhenti menjadi Allah. Sebab dari kodrat-Nya, Allah tidak mungkin berhenti menjadi Allah, ataupun berubah dari yang sempurna -dalam Trinitas- menjadi tidak sempurna -karena pada satu periode Allah tidak berupa Trinitas. Karena kalau demikian, maka Allah mempertentangkan Diri-Nya sendiri dan ini tidak mungkin (lih.2 Tim 2:13). Silakan membaca artikel bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada, silakan klik, untuk melihat dengan akal budi kita, bagaimana Tuhan tidak mungkin berhenti menjadi Tuhan, atau berubah menjadi tidak sempurna. Di atas semua itu, mari kita merenungkan kebenaran yang tertulis dalam Mzm 49:8-9, bahwa seorang manusia  tidak akan bisa memberikan tebusan (dosanya) kepada Allah; maka untuk itu, untuk menjadi tebusan dosa bagi banyak orang, maka Yesus tidak mungkin ‘hanya’ manusia, Ia harus sekaligus Allah, agar dapat menyelamatkan umat manusia dengan wafat-Nya di kayu salib.

Jika kita memahami kodrat Allah, maka kita mengetahui bahwa Allah tidak dapat menjadi tidak sempurna. Allah Trinitas adalah Allah yang maha sempurna dan kekal, alfa dan omega, dan sungguh tidak terbatas oleh waktu. Maka jika ada yang terbatas dalam diri Yesus itu adalah karena keterbatasan kodrat manusia (yang terbatas oleh ruang dan waktu), sedangkan kuasa-Nya sebagai Allah tetap sempurna. Karena itulah, dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia Ia dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri (Mt 9:2-8; Mk 2:3-12; Lk 5:24, 7:48), melakukan banyak mukjizat dalam nama-Nya (Mat 8: 26; 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), menyembuhkan yang sakit (Mat 8:1-16,  9:18-38, 14:36, 15: 29-31) dan membangkitkan orang mati dalam nama-Nya sendiri (Luk 7:14; Yoh 11:39-44), dan para malaikatpun melayani Dia (Mat 4:11). Ini tidak mungkin terjadi, jika pada waktu penjelmaan-Nya Ia bukan Allah. Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel ini, silakan klik untuk melihat secara obyektif betapa banyaknya bukti yang menunjukan bahwa pada saat hidup-Nya di dunia Yesus itu sungguh-sungguh Allah, dari segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan-Nya. Untuk menilai bahwa ucapan dan perbuatan Yesus itu “hanya” perbuatan manusia biasa adalah sikap yang “menutup mata” terhadap kenyataan yang sesungguhnya tidak perlu dibuktikan. Menolak untuk percaya bahwa selama 33.5 tahun hidup-Nya di dunia Yesus bukan Tuhan, adalah suatu bentuk distorsi pengenalan akan Pribadi Yesus. Ini hampir saja serupa bahwa seseorang menolak kenyataan bahwa matahari itu sumber terang, walaupun sudah jelas-jelas cahayanya tersebar ke mana-mana.

Mereka yang menganggap Yesus “hanya” manusia biasa semasa hidupnya, menyetarakan Dia dengan para nabi sebelum Kristus. Padahal, kita mengingat bahwa bahkan para nabi tersebut, tidak pernah mengampuni dosa ataupun melakukan mukjizat dalam nama mereka sendiri, ataupun mengajar dengan otoritas mereka sendiri. Lihat saja bagaimana ungkapan ayat-ayat Alkitab dalam PL, dimana berkali-kali disebutkan, “Berfirmanlah Allah kepada (Musa/ nabi-Nya)…. “, sedangkan dalam Injil, Yesus tak terhitung mengatakan, “Tetapi Aku berkata kepadaMu….” Jangan lupa bahwa para nabi bahkan sudah menubuatkan kedatangan hamba Tuhan yang adalah Allah sendiri. Selanjutnya, silakan klik di sini untuk membaca nubuat-nubuat para nabi akan kedatangan Yesus, yang adalah Tuhan.

2) Berikutnya, pandangan ini (Protestant Kenotic Christology) juga mengambil ayat- ayat dari Rom 4:24, 6:4, 8:11; 1Kor 4:14, 1Kor 6:14, Kis 2:24, 3:25, 10:40, yang mengatakan bahwa Yesus itu “dibangkitkan” oleh Allah. Sehingga kesimpulan pendapat ini adalah Yesus bukan Allah sehingga tidak dapat bangkit sendiri melainkan perlu dibangkitkan oleh Allah. Padahal di ayat-ayat yang lain dalam Alkitab juga dikatakan demikian, bahwa Yesus bangkit (bukan dibangkitkan), misalnya di Mat 28:6; Mk 16:6, 9; Luk 24:34.

Apakah ayat-ayat tersebut bertentangan? Tentu tidak! Kuncinya adalah, 1) kita harus memahaminya dengan pemahaman para rasul itu sendiri; 2) kita membaca ayat-ayat tersebut dan juga Flp 2:6-11 dengan kesatuan dengan ayat-ayat Alkitab yang lain. Dengan demikian, kita mengetahui bahwa para rasul percaya bahwa Yesus, semasa hidupNya, adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh manusia. Maka dari kodrat-Nya sebagai manusia Ia dibangkitkan Allah, sedangkan dari kodrat-Nya sebagai Allah, maka Ia bangkit dengan kuasa-Nya sendiri. Ini adalah pemahaman Gereja sejak awal mula dan berkali-kali ditegaskan, namun yang paling jelas dalam Konsili Chalcedon (451), di mana dikatakan:

Kristus mempunyai dua kodrat, yang tidak tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan…. Ia menjadi satu Pribadi dan satu hakikat (hypostatis), tidak terbagi menjadi dua pribadi, namun kedua kodrat itu membentuk Pribadi Yesus yang unik, satu dan sama.” ((Denz. 148; DS 301-2))

Singkatnya, sudah seharusnya hal ‘pengosongan diri’ Kristus (Fil 2:6-11) dan perihal kata ‘dibangkitkan’, jangan dilepaskan konteksnya dengan keseluruhan Alkitab yang menyatakan bahwa Yesus pada saat hidupnya di dunia itu sungguh- sungguh Allah, walaupun Ia juga sungguh-sungguh manusia. Pandangan yang melepaskan konteks itu sebenarnya bukan merupakan pengajaran para rasul, dan jika diperhatikan juga bukan merupakan maksud Rasul Paulus yang menuliskannya. Silakan membaca tulisan Rasul Paulus yang lain, yang menujukkan bahwa Yesus adalah Allah pada saat penjelmaan-Nya sebagai manusia seperti yang tertulis pada surat kepada jemaat di Kolose dan Ibrani (lihat point no. 6 berikut ini)

Dasar Alkitab

Maka mari dengan kerendahan hati, kita merenungkan ayat-ayat Alkitab berikut ini yang mendasari para Bapa Gereja mengajarkan adanya dua kodrat (yaitu Allah dan manusia) dalam satu Pribadi Yesus. Mari kita memohon rahmat Roh Kudus agar kita dimampukan untuk melihat kedalaman misteri Allah ini, seperti yang diwahyukan-Nya sendiri kepada kita melalui Kitab Suci:

1. Kesaksian dari Rasul Yohanes, murid yang dikasihi Yesus secara istimewa, menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Justru karena kedekatannya dengan Yesus, maka kita selayaknya percaya kepada kebenaran kesaksian Rasul Yohanes tentang Yesus. Yoh 1:1 14: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah….. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”

Rasul Yohanes memulai Injilnya dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Sesungguhnya, untuk membuktikan ke- Allahan Yesuslah maka Yohanes menuliskan Injilnya, yang merupakan kitab Injil yang terakhir. Dalam Yoh 20:31 dikatakan, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Jadi, karena Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah sendiri, maka artinya, kebersamaan dengan Allah dalam kepenuhannya itu tidak terputuskan oleh penjelmaan-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus.

2. Kesaksian Rasul Petrus: Mat 16:16, “Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Rasul Petrus adalah orang yang pertama mengakui dengan mulutnya tentang ke-Allahan Yesus semasa Yesus hidup di dunia. Dan Yesus membenarkan iman Petrus ini, dengan mengatakan bahwa Bapa di sorgalah yang menyatakan hal ini kepadanya (ay.17). Yesus kemudian mempercayakan Gereja-Nya ke dalam pimpinan Petrus (ay. 18) Gereja Katolik dengan setia mengajarkan pengakuan iman Petrus ini, bahwa Yesus Kristus, adalah sungguh Anak Allah yang hidup. Mesias Anak Allah yang hidup ini tidak bisa direduksi menjadi manusia biasa yang bukan Allah, sebab jika demikian, Ia bukan sungguh-sungguh Anak Allah.

Setelah kebangkitan Kristus, Rasul Petrus memberikan kesaksian di hadapan Mahkamah Agama, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Yesus Kristus], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 2:14).

Sebab hanya di dalam nama Tuhan-lah manusia dapat diselamatkan.

3. Kesaksian dari Malaikat Gabriel, yang berkata kepada Bunda Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1: 35). Maka kita ketahui bahwa oleh Roh Kudus yang turun atas Maria, maka Yesus bukanlah manusia biasa, namun Anak Allah.

4. Perkataan Elisabet yang ditujukan kepada Bunda Maria, dalam Luk 1:42: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Jika Yesus hanya manusia biasa, tentu Elisabet tidak berkata demikian.

5. Kesaksian Yesus sendiri tentang Diri-Nya Luk 2:49: Perkataan Yesus yang pertama yang dicatat di Alkitab adalah pernyataan-Nya tentang identitas-Nya sebagai Putera Allah, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Sedangkan kehidupan publik Yesus dimulai dengan pernyataan Allah Bapa kepada Yesus pada saat Pembaptisan di sungai Yordan, Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17). Jika yang memberi kesaksian tentang Yesus sebagai Putera Allah adalah Allah Bapa sendiri, maka selayaknya kita percaya bahwa Yesus adalah Allah.

Yoh 8:58: Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Allah dengan mengatakan bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Jika Ia “hanya” manusia biasa, Ia tidak dapat berkata demikian, sebab sebagai manusia biasa Ia tidak mungkin ada sebelum Abraham. Perkataan-Nya ini hanya masuk di akal jika Ia adalah Allah yang keberadaan-Nya tak terbatas oleh waktu, dan kemudian menjadi manusia sehingga dapat mengatakan pernyataan tersebut dengan ucapan mulut manusia dalam diri Yesus.

Yoh 13:13, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Ini adalah pernyataan yang sangat jelas, yang dikatakan Yesus dalam Perjamuan Terakhir, sebelum kebangkitan-Nya. Maka tidak mungkin bahwa Ia baru menjadi Tuhan setelah kebangkitan-Nya, sebab jika demikian, maka Ia tidak akan berkata demikian kepada para murid-Nya.

Selanjutnya, kita harus dengan jeli melihat bahwa di seluruh Injil, dalam mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Anak Allah, Yesus tidak menyamakan Diri-Nya secara persis dengan kita yang juga disebut anak-anak Allah. Kita yang percaya kepada-Nya adalah anak-anak angkat Allah, sedangkan Kristus adalah Anak Allah yang Tunggal yang sehakekat dengan Allah (istilahnya, homo-ousios, the only begotten Son). Maka tepatlah jika Yesus mengatakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:9, 11) Tidak ada satu nabipun yang dapat berkata demikian; tidak ada seorang manusiapun yang berhak berkata demikian, kalau Ia bukan sekaligus Allah.

6. Sekarang mari kita melihat kesaksian Rasul Paulus dalam surat-suratnya untuk melihat keutuhan pengajaran Rasul Paulus:

Kol 1:15-20: “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan….. karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu….. Ia yang lebih utama dari segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. ”

Yesus menjadi “gambar Allah” yang hidup pada saat Ia menjelma menjadi manusia. Dan kepenuhan Allah ini adalah kesempurnaan Allah yang diam di dalam-Nya, sehingga artinya selama hidup-Nya di dunia dan selama-lamanya, Yesus adalah Allah. Jika tidak demikian, tentunya tidak dikatakan “kepenuhan Allah diam di dalam Dia.” Selanjutnya, justru karena kodrat-Nya sebagai Allah dan manusia, maka Ia dapat “mengadakan pendamaian” antara Allah dan manusia. Jika Ia hanya manusia biasa saja, maka Ia tidak bisa mendamaikan Allah dan manusia dengan sempurna; sebab Ia hanya seperti nabi-nabi yang lain yang datang sebelum Kristus. Ini tidak sesuai dengan nubuat para nabi, dan bahkan pengajaran Yesus sendiri dalam perumpamaan penggarap kebun anggur (Mat 21:33-46; Luk 20: 9-19). Kalau Ia ‘hanya’ manusia biasa yang bukan Allah, Ia tentu tidak mengajarkan demikian.

Maka Flp 2:6-7 ” Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah….. mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia”, selayaknya dibaca berdampingan dengan Kol 1:15-20, yang menyatakan keistimewaan dan keutamaan Kristus yang tidak terdapat dalam manusia yang lain, justru karena Ia adalah Tuhan. Sebab hanya di dalam Tuhanlah segala sesuatu dapat diciptakan. Dan Tuhan yang di dalamNya semua diciptakan ini menjelma menjadi manusia dalam rupa seorang hamba, agar gambaran Allah yang merendahkan Diri dapat diwujudkan. Maka walaupun  “mengosongkan diri” selama hidup-Nya di dunia, Yesus tetaplah Tuhan; hanya saja, Ia mengambil rupa manusia.

Ibr 1: 2-3: “Pada jaman akhir ini, Ia (Allah) telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada….. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.”

Kita ketahui bahwa “Allah telah berbicara” melalui Yesus kepada para rasul dan pengikut-Nya pada saat Ia menjelma menjadi manusia. Pada saat menjadi manusia itulah Yesus menjadi gambaran Allah yang hidup, yang sebelum penjelmaan-Nya tidak kelihatan. Karena Yesus adalah “cahaya kemuliaan Allah”, maka tidak mungkin Ia berhenti menjadi Allah, karena Allah tidak mungkin kelihangan “cahaya kemuliaan-Nya” walaupun hanya 33.5 tahun.

Maka ini sangat cocok dengan perkataan Yesus sendiri pada Yoh 17:4-5, di mana Ia berkata, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”

Gal 4:4-5: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Maka dari ayat ini terlihat bagaimana Rasul Paulus membedakan Yesus sebagai Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa, sedang kita adalah anak yang ‘diangkat’ karena ditebus oleh Kristus Anak-Nya yang Tunggal.

Jadi, kita adalah anak-anak angkat Allah di dalam Kristus (Ef 1:5), karena kita baru dapat disebut anak-anak Allah, jika kita mempunyai hidup ilahi yang diberikan oleh Kristus kepada kita, yaitu jika kita menerima Roh Kudus-Nya (lih. Rom 8:11). Hidup ilahi oleh Roh Kudus ini tidak terputuskan, sebab justru Roh Kudus itulah yang menjadikan Yesus, yang menjadi janin dalam rahim Bunda Maria, sebagai Anak Allah yang menjelma menjadi manusia.

Gereja Katolik memang mengajarkan bahwa ketika lahir di dunia, Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh manusia. Ini adalah sesuatu misteri yang tidak akan pernah lagi terulangi terjadi dalam sejarah manusia, bahwa seseorang Pribadi adalah sungguh- sungguh Allah dan sungguh- sungguh manusia. Memang justru karena keunikan-Nya itu, di sepanjang sejarah banyak orang berusaha menyederhanakannya, namun malah akhirnya tidak konsisten dengan ajaran Alkitab itu sendiri.

Communicatio Idiomatum dalam diri Yesus

Maka berdasarkan penjelasan di atas, Gereja Katolik mengajarkan,  dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat yaitu Allah dan manusia, sehingga terdapat predikat-predikat yang dapat ditujukan kepada kedua kodrat itu yang ditujukan pada satu Pribadi Yesus.  Predikat-predikat yang sesuai dengan kedua kodrat ini yang ditujukan pada satu Pribadi Yesus dalam Teologi disebut sebagai “Communicatio Idiomatum.” Ini kita lihat jelas dalam ayat-ayat Alkitab, sebagai berikut:

1. Mi 5:1: Mesias adalah seorang yang akan lahir di Betlehem (kemanusiaan Kristus) yang permulaannya sudah sejak purbakala (ke-Allahan Kristus).

2. Yes 9:5: Seorang anak laki-laki akan lahir (kemanusiaan Kristus) yang akan disebut sebagai Allah yang perkasa (ke-Allahan Kristus).

3. Yoh 8:58: Yesus berkata (dalam kemanusiaannya), bahwa sebelum Abraham jadi, Aku ada (ke-Allahan Kristus).

4. Yoh 14:6: Yesus berkata, “Aku adalah jalan (mengacu kepada kemanusiaan-Nya), Kebenaran dan Hidup” (mengacu kepada ke-Allahan-Nya).

5. Fil 2:5-11: Allah mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia dan wafat di kayu salib (kemanusiaan dan ke-Allahan Kristus).

6. 1 Kor 2:8, dikatakan “…kalau sekiranya mereka [penguasa dunia] mengenal-Nya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia.” Kristus adalah Tuhan yang mulia dalam ke-Allahan-Nya, yang disalibkan dalam kemanusiaan-Nya. Jika dikatakan dalam Injil, “Yesus mati”, maka yang dikatakan mati di sini adalah Yesus dalam seluruh kepribadiaan-Nya, yang adalah Tuhan dan manusia. Memang secara hakekat, Tuhan tidak bisa mati, namun dalam Pribadi Yesus terdapat juga kodrat manusia selain dari kodrat Tuhan, maka Yesus dapat mati. Namun justru karena hakekat/ kodrat Yesus sebagai Allah, maka Ia dapat bangkit dari kematian-Nya, dan ini menjadi mukjizat yang terbesar yang dilakukan oleh-Nya (Mat 28:1-10; Mk 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh 20:1-10).

Heresi sepanjang sejarah Gereja dan tanggapan para Bapa Gereja

Berikut ini adalah ajaran-ajaran sesat yang yang terjadi di sepanjang sejarah Gereja yang berusaha menyederhanakan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus berserta dengan tanggapan dari para Bapa Gereja untuk ‘meluruskannya’, yang jika diringkas demikian:

1. Docetism, Gnosticism, Manichaeism (abad ke- 1-3): menolak kemanusiaan Yesus: Penderitaan Yesus di salib dianggap sebagai “kepura-puraan”/ sham bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi.

Tanggapan para Bapa Gereja:

St. Ignatius dari Antiokhia (35- 110), “Hanya ada satu Tabib yang aktif dalam tubuh dan jiwa…. Tuhan di dalam manusia, hidup sejati dalam kematian, putera Maria dan Putera Allah, yang pertama [sebagai putera Maria] dapat menderita, sedang yang kemudian [ sebagai Putera Allah] tidak dapat menderita, Yesus Kristus, Tuhan kita.” ((St. Ignatius dari Antiokhia, Surat kepada jemaat di Efesus, Bab 3)). Kesaksian St. Ignatius adalah sangat penting, karena ia adalah murid rasul Yohanes, yang adalah murid yang dikasihi oleh Yesus.

St. Cyril dari Yerusalem (313-386), “Maka percayalah kepada Putera Tunggal Allah yang demi menebus dosa kita turun ke dunia, dan mengambil bagi-Nya kodrat manusia seperti kita, dan dilahirkan oleh Perawan Maria dan dari Roh Kudus, dan menjadi manusia, tidak hanya kelihatannya saja atau hanya seperti sandiwara/ “show“, melainkan sungguh-sungguh terjadi; tidak hanya sekedar lewat melalui Perawan Maria seperti melalui sebuah saluran; tetapi daripadanya dibuat menjadi sungguh-sungguh daging, dan [Ia] makan dan minum seperti kita. Sebab jika Inkarnasi hanya sebuah bayangan, maka keselamatan kita hanyalah sebuah bayangan juga. Kristus terdiri dari dua kodrat, Manusia di dalam apa yang terlihat, namun [juga] Tuhan di dalam apa yang tak terlihat. Sebagai manusia [Ia] sungguh-sungguh makan seperti kita,…. namun sebagai Tuhan [Ia] memberi makan lima ribu orang dari lima buah roti (Mat 14:17- dst). ((St. Cyril dari Yerusalem, Cathecheses, No. 4:9))

2. Adoptionism (abad ke- 2 dan 3) menolak ke-Allahan Kristus. Kristus dianggap sebagai anak adopsi Allah Bapa, namun sebagai anak yang terbesar.

Tanggapan para Bapa Gereja:

Tertullian (160- 220) dalam menjelaskan Inkarnasi berkata, “Kita melihat dengan jelas dua hal yang menjadi satu, yang tidak tercampur baur, tetapi yang disatukan di dalam satu Pribadi, Yesus Kristus, Tuhan dan manusia …. Kedua kodrat ini bertindak berbeda sesuai dengan karakternya masing-masing, ….” ((Tertullian, Adversus Praxean, bab 27))

St. Thomas Aquinas (1225- 1274): “Ada orang-orang, seperti Ebion dan Cerinthus, dan kemudian Paul Samosata dan Photius yang mengakui kemanusiaan Yesus saja. Tetapi, ke-Allahan ada di dalam Dia… dengan semacam partisipasi yang istimewa terhadap kemuliaan ilahi… Pandangan ini [Adoptionism] merusak misteri Inkarnasi, karena menurut pandangan ini, Tuhan tidak mungkin mengambil daging untuk menjadi manusia, tetapi seorang manusia yang kemudian menjadi Allah.” ((St. Thomas Aquinas, Summa contra gentiles, ch. 28, nos. 2-5. Trans. by Charles J. O’Neil)) Heresi ini [Adoptionism] seolah berkata, “manusia dibuat menjadi Firman” daripada “Firman itu menjadi manusia” (Yoh 1:14). “Jika Kristus bukan sungguh-sungguh Tuhan, bagaimana kita mengartikan perkataan St. Paul, “Ia mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba?” (Flp 2: 6-7, 9). ((Ibid.))

3. Arianism (abad ke 3 -4) menolak Allah Tritunggal. Kristus dianggap bukan Tuhan, namun sebagai malaikat yang tertinggi (super-angel). Lebih lanjut tentang heresi Arianism ini, silakan klik di sini.

Heresi ini diluruskan oleh:

St. Athanasius (296-373), “Putera Allah ada di dalam Allah Bapa …. Bapa ada di dalam Putera. Mereka adalah satu, tidak terbagi menjadi dua, tetapi mereka [dikatakan] dua karena Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian sebaliknya; dan kodrat mereka [Bapa dan Putera] adalah satu. Allah Putera adalah Tuhan, dalam satu hakekat (homo- ousios) dengan Allah Bapa. Jika Allah Putera mempunyai awal (artinya diciptakan oleh Bapa), maka terdapat suatu waktu di mana Allah tidak mempunyai Sabda atau Kebijaksanaan yang adalah cahaya kemuliaan-Nya (Ibr 1:3); ini bertentangan dengan wahyu Allah maupun akal sehat. Karena Bapa itu tetap selamanya, maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga tetap selamanya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n.3:3, 4, in NPNF, 4:395))

St. Gregorius Nazianzen (328-389), “…Putera Allah berkenan untuk menjadi dan dipanggil sebagai Anak Manusia, tidak karena Ia mengubah Diri-Nya (karena Ia tidak dapat berubah); tetapi dengan mengambil bagi diri-Nya sesuatu yang bukan Dia (yaitu manusia, sebab Ia penuh dengan kasih kepada manusia), sehingga Yang tak terpahami menjadi dapat dipahami…. Maka Yang tak dapat tercampur menjadi tercampur, Roh dengan daging, Kekekalan dengan waktu,…. Ia yang tak dapat menderita menjadi dapat menderita, yang Kekal dapat menjadi mati. Karena Iblis ….setelah ia menipu kita dengan harapan agar kita menjadi tuhan, ia mendapatkan dirinya sendiri tertipu oleh penjelmaan Tuhan dalam kodrat manusia; sehingga dengan menipu Adam… Ia harus berhadapan dengan Tuhan, maka Adam yang baru [Yesus Kristus] menyelamatkan Adam yang lama…..” ((St. Gregory of Nazianzen, Oration 39))

Konsili Nicea (325) yang menghasilkan Credo Nicea: Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.”

 

4. Apollinarisme (abad ke-4) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengajarkan bahwa Yesus tidak mempunyai jiwa manusia; ke-Allahan-Nya menggantikan jiwa manusia itu.

Tanggapan para Bapa Gereja:

St Athanasius, St. Basil, St. Gregorius Nazianzen dan St. Gregorius dari Nissa (abad ke-4) yang mengajarkan, bahwa kalau Kristus tidak mempunyai jiwa manusia, maka Ia bukan sungguh-sungguh manusia. Jika Kristus tidak mengangkat/ mengambil baginya jiwa manusia, Ia tidak dapat menebus jiwa manusia.

Konsili Konstantinopel (381) dan Sinode Uskup di Roma (382): Sabda Tuhan tidak menjadi daging untuk menggantikan jiwa manusia, melainkan untuk mengambilnya, menjaganya dari dosa dan untuk menyelamatkannya. Pengajaran Apollinaris dinyatakan sesat.

 5. Nestorianisme (abad ke-4-5) yang menolak keutuhan Pribadi Yesus. Maka Maria dilihat hanya sebagai ibu Yesus sebagai manusia, bukan ibu Yesus yang adalah Tuhan. Yesus dikatakan sebagai hanya “Temple of the Logos” dan bukannya “Logos“/ Sabda itu sendiri.

Tanggapan Bapa Gereja:

St. Cyril dari Alexandria (380-444) menjelaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah sebab Kristus adalah Allah: “Saya heran akan pertanyaan yang menanyakan apakah Perawan Suci harus disebut sebagai Bunda Allah, sebab itu hampir sama dengan menanyakan apakah Puteranya Putera Allah atau bukan?” ((St. Cyril of Alexandria, Epistle 1,4)). Ia mengambil baginya kodrat kemanusiaan secara penuh dari Bunda Maria supaya Ia dapat menderita dalam kemanusiaan-Nya bagi kita. “Ia memberikan tubuh-Nya untuk mati [bagi kita], meskipun secara kodrat-Nya [sebagai Allah] Ia adalah hidup dan kebangkitan.” ((Lihat St. Cyril of Alexandria, First Letter to Nestorius, trans. Henry Percival, in Nicene and Post Nicene Fathers, 14: 201-205)) Kemudian dalam surat keduanya yang dibacakan dalam Konsili Efesus (431) St. Cyril mengajarkan, “Sang Sabda, setelah menyatukan secara hypostatik dalam Diri-Nya, daging yang dihidupi oleh jiwa manusia yang rasional, Ia menjadi manusia dan disebut sebagai Anak Manusia.” Dengan Inkarnasi, maka Putera Allah menjelma menjadi manusia dalam rahim Maria. Ini terjadi dalam saat yang berasamaan, sehingga bukan terjadi manusia terlebih dahulu, baru kemudian Sabda itu turun memenuhinya. Dengan demikian, maka Yesus dapat mengatakan bahwa kelahiran-Nya dalam daging itu sungguh-sungguh adalah kelahiran-Nya. “Maka para Bapa Gereja tidak segan-segan mengatakan bahwa Perawan Suci (Maria) adalah Bunda Allah.” ((D 111, St. Cyril of Alexandria, Second Letter to Nestorius, Ibid.))

Maka kita dapat mengatakan bahwa pada Yesus terjadi dua macam ‘kelahiran’, yang pertama adalah sebagai Allah, Ia lahir/ berasal dari Bapa sebelum segala abad, dan yang kedua, Ia lahir sebagai manusia melalui Bunda Maria.

6. Monophisitism (abad ke-5) yang menolak adanya kemanusiaan Kristus, dan adanya dua kodrat dalam diri Yesus (sebagai Allah dan manusia). Dikatakan oleh bidaah ini bahwa sebelum inkarnasi ada dua kodrat, namun setelah inkarnasi hanya satu, yaitu ke-Allahan-Nya.

Tanggapan para Bapa Gereja:

St. Leo Agung (440-461) dengan tulisannya yang terkenal, “Tome of Leo” mengajarkan, “Tanpa kehilangan sifat-sifat yang berkenaan dengan kodrat dan hakekatnya, di dalam Satu Pribadi, kemuliaan mengambil kerendahan, kekuatan mengambil kelemahan, kekekalan mengambil kematian, dan untuk membayar hutang yang menjadi kondisi kita, kodrat yang tidak bisa berubah disatukan dengan kodrat yang bisa berubah, sehingga untuk memenuhi kepentingan kita, satu Pengantara kita antara Allah dan manusia, [yaitu] Manusia Yesus Kristus, dapat mati dengan kodrat-Nya sebagai manusia, namun tidak dapat mati dengan kodrat-Nya sebagai Allah. Maka Allah yang benar sungguh lahir di dalam keseluruhan dan kesempurnaan kodrat manusia, lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai Allah, dan lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai manusia….. Dia mengambil rupa seorang hamba tanpa noda dosa, Ia menaikkan kodrat manusia, tanpa mengurangi kodrat ke-Allahan-Nya: sebab pengosongan Dirinya adalah dengan membuat Yang tak kelihatan menjadi kelihatan, Pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu mau menjadi mahluk ciptaan, adalah perendahan Diri bukan karena kegagalan kuat kuasa-Nya namun karena pernyataan belas kasihan-Nya…Kedua kodrat [ke- Allahan dan ke-manusiaan-Nya] tetap mempertahankan karakter yang sesuai tanpa menghilangkan satu sama lain…. ke-AllahanNya tidak menghapuskan karakter hamba, ke-hamba-anNya tidak mengurangi karakter ke-Allahan-Nya…Di dalam kelahiran-Nya yang baru [sebagai manusia] … Ia yang tidak kelihatan dibuat menjadi kelihatan… Allah semesta alam mengambil rupa seorang hamba, menyembunyikan kemuliaan-Nya yang besarnya tak terhingga, … Ia yang kekal tidak segan untuk tunduk di bawah hukum kematian…. Sebab setiap kodrat melakukan apa yang sesuai dengan kodratnya dengan keterlibatan yang timbal balik dari kodrat lainnya…. Kodrat yang satu [ke-Allahan] berkilau dengan mukjizat-mukjizat, kodrat yang lain [kemanusiaan] jatuh dalam luka-luka. Seperti Sabda yang tidak menarik diri dari kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa yang mulia, maka tubuh-Nya juga tidak membuang kodrat-Nya sebagai manusia. Sebab (dan ini harus disebut lagi dan lagi) Pribadi yang satu dan sama itu adalah sungguh Putera Allah dan sungguh Putera manusia. ((Denz 143-144))

Konsili Chalcedon (451):
“…. Bahwa Sang Putera, Tuhan Yesus Kristus kita, adalah satu dan sama, sama sempurna di dalam Ke-Allahan-Nya dan sama sempurna di dalam kemanusiaan-Nya, sungguh Allah, sungguh manusia, mempunyai jiwa manusia yang rasional dan sebuah tubuh, sehakekat dengan Bapa di dalam ke-Allahan dan sehakekat dengan kita di dalam kemanusiaan, ‘sama dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa’ (Ibr 4:15), berasal dari Bapa sebelum segala abad dalam kodrat ke-Allahan-Nya, lahir di dalam waktu bagi kita dan bagi keselamatan kita dari Perawan Maria, Bunda Allah, dalam kodrat kemanusiaan-Nya. Kita mengakui Kristus yang satu dan sama, Sang Putera, Tuhan, yang Tunggal, di dalam dua kodrat, tanpa tercampur baur, tanpa perubahan, tidak dapat dibagi-bagi dan dipisahkan. Perbedaan kodrat tidak pernah dihapuskan dengan persatuannya, melainkan sifat-sifat dari kedua kodrat itu yang tetap tidak terganggu, keduanya bersama-sama membentuk satu Pribadi dan hakekat (hypostasis), tidak terbagi menjadi dua pribadi, tetapi di dalam Putera Tunggal yang satu dan sama, Sabda Ilahi, Tuhan Yesus Kristus….”

 

7. Monothelitism (abad ke-7) yang menolak kemanusiaan Yesus dengan mengatakan bahwa di dalam diri Yesus hanya ada satu keinginan dan satu prinsip tingkah laku/ operasi, yaitu yang dari Allah saja.

 

Tanggapan Bapa Gereja:

St. Paus Agatho (678-681), “…”Sebab kami menolak penghujatan yang membagi-bagi dan yang mencampuradukkan [kedua kodrat dalam Diri Yesus]…. Karena Tuhan Yesus Kristus yang sama mempunyai dua kodrat, maka Ia juga mempunyai dua keinginan dan dua operasi, yaitu [menurut] Allah dan manusia: Keinginan dan operasi Ilahinya sesuai dengan hakekat Allah sepanjang segala abad: sedangkan kemanusiaan-Nya, Ia menerima dari kita, mengambil kodrat kita di dalam waktu…. Sesudah Inkarnasi-Nya, maka ke-Allahan-Nya tidak dapat dipikirkan tanpa kemanusiaan-Nya dan kemanusiaan-Nya tanpa ke-Allahan-Nya.” ((St. Pope Agatho, Letter in preparation for the 6th Ecumenical Council, Constantinople III, trans. by Henry R Percival in NPNF, 14:331-333))

Konsili Lateran (649):
Cann. 10- 11 mengajarkan bahwa Yesus mempunyai dua kehendak dan operasi [Allah dan manusia] yang disatukan secara terus menerus, dan bahwa melalui kehendak bebas-Nya dan operasi-Nya itulah Ia mengerjakan keselamatan kita.

Konsili Konstantinopel III (680-681):
“Dan kami menyatakan adanya dua keinginan di dalam Dia, dan dua prinsip operasi tindakan yang tidak mengalami pembagian, perubahan, keterpisahan, pencampur-adukkan sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja. Dan kedua keinginan tersebut tidak dalam pertentangan, seperti yang dikatakan oleh para bidat, … tetapi keinginan manusia-Nya mengikuti dan tidak menahan ataupun berebut, melainkan taat kepada keinginan Ilahi yang mahakuasa.”

8. Agnoetae (abad ke-6) yang menolak kepenuhan pengetahuan Yesus sebagai manusia sebagai akibat dari persekutuannya dengan Allah (sehubungan dengan akhir jaman Mrk 13:32). Mengenai hal ini sudah pernah saya tuliskan di sini, silakan klik.

Tanggapan Bapa Gereja:

St. Paus Gregorius Agung (540-604):
“Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir jaman, sehingga] Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna untuk kita, pasti mengetahui hari dan saatnya Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai manusia…. Sebab untuk maksud apa bahwa Ia yang menyatakan DiriNya sebagai Kebijaksanaan Allah yang menjelma, jika ada sesuatu yang tidak diketahui olehNya sebagai Kebijaksanaan Allah? … Juga tertulis bahwa, …. Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya [Yesus Kristus di dalam Yoh 13:3]. Jika disebutkan segala sesuatu, tentu termasuk hari dan saat Penghakiman Terakhir. Siapa yang begitu naif untuk mengatakan bahwa Allah Putera menerima di dalam tangan-Nya sesuatu yang tidak diketahui olehNya?” ((Pope St. Gregory the Great, Denz. 248))

St. Maximus (580-662):
Jika para nabi saja dapat mengetahui hal- hal di masa depan yang akan terjadi, betapa lebih lagi Kristus dapat mengetahui semua itu melalui kesatuan-Nya dengan Sang Sabda. ((Lihat Quaestiones et dubia 66 (I, 67), PG 90: 840))

Tanggapan Gereja Katolik terhadap Protestant Kenotic Christology

Sedangkan untuk menanggapi Kristologi Kenotik menurut Protestant, Paus Pius XII dalam memperingati Konsili Chalcedon yang ke 1500, menulis surat ensiklik Sempiternus Rex pada tahun 1951, yang menolak penyalah-artian ayat Filipi 2:7 pada mereka yang berpikir bahwa tidak ada keilahian di dalam Sabda yang menjadi manusia dalam diri Kristus. Menurut Bapa Paus, ini adalah maksud yang keliru, seperti halnya heresi Docetism yang mengklaim sebaliknya (yaitu yang mengecam kemanusiaan Yesus). Ini mengurangi keseluruhan misteri Inkarnasi dan Penebusan ….. Selanjutnya Bapa Paus menegaskan kembali apa yang telah ditetapkan di dalam The Tome of Leo, “Ia yang sungguh-sungguh Allah telah lahir, lengkap di dalam ke-Allahan-Nya, dan lengkap di dalam kemanusiaan-Nya.” ((Lihat Ep. xxviii,3. PL 54: 763. Cf. Serm. xxiii, 2. PL 56:201))

Kesimpulan

Dengan mempelajari dan merenungkan ayat- ayat Alkitab dan juga tulisan para Bapa Gereja, sesungguhnya kita dapat melihat secara obyektif bahwa sejak dari awal sesungguhnya iman para rasul dan para Bapa Gereja adalah: dalam Diri Yesus, Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, terdapat dua kodrat yaitu Allah dan manusia. Sehingga Yesus Kristus dalam hidupnya di dunia adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Jadi anggapan yang mengatakan bahwa Yesus hanya manusia biasa ketika hidup selama 33.5 tahun di dunia (pandangan Kenotik Protestan) sebenarnya merupakan ajaran yang dipelopori oleh Martin Luther, namun ajaran ini tidak pernah diajarkan oleh para rasul dan para Bapa Gereja. Martin Luther mengajarkan Fil 2:7 dengan melepaskan konteksnya dengan ayat-ayat lainnya di Alkitab, atau tepatnya menggabungkan dengan beberapa ayat lainnya yang kelihatannya mendukung pendapatnya dan menginterpretasikannya kemudian bahwa Putera Allah berhenti menjadi Allah selama 33.5 tahun sewaktu Yesus hidup di dunia.

Sesungguhnya kenyataan ini layak membuat kita semua merenung dan menyadari bahwa dengan merenungkan Alkitab saja, tanpa membaca pengajaran para rasul dan Bapa Gereja dapat menghantar kita pada kesimpulan yang keliru, yang tidak saja tidak sesuai dengan ayat-ayat Alkitab lainnya, namun juga tak sesuai dengan akal sehat. Namun tentu saja, kita tak bisa memaksakan apa yang menjadi ajaran Gereja Katolik kepada mereka yang tidak dapat atau tidak mau menerimanya. Hanya mereka yang mencari kebenaran dan memiliki keterbukaan akan pimpinan Roh Kudus, akan melihat kebenaran dari ajaran para Bapa Gereja yang dijaga dengan setia oleh Magisterium Gereja Katolik.

Memang jika seseorang menutup mata terhadap kenyataan sejarah dan pengajaran para Bapa Gereja, ia dapat menginterpretasikan suatu ayat, sesuai dengan pengertiannya sendiri. Atau bahkan dengan berani mengatakan bahwa yang paling benar adalah pengertiannya sendiri dan semua pengertian para Bapa Gereja (dan bahkan para rasul) itu keliru semua. Jika kita pernah berpikir demikian, mungkin ada baiknya kita menilik ke dalam batin kita, dan mohon kepada Roh Kudus karunia kerendahan hati, untuk jujur melihat ke dalam diri kita. Semoga kita dapat melihat begitu banyaknya keterbatasan yang kita miliki dalam pemahaman Alkitab, dan justru karena itu, kita perlu dengan rendah hati mempelajari dan melihat dengan hati terbuka terhadap semua pengajaran yang diberikan oleh orang- orang yang lebih mendalami Sabda Tuhan daripada kita. Dan semoga kita dapat dengan lapang hati melihat bahwa mereka yang paling mengenal Pribadi Yesus adalah mereka yang pernah hidup, makan, berjalan bersama Yesus, yaitu Bunda Maria Santo Yusuf dan dan para rasul.

Pengajaran para rasul itulah yang diteruskan oleh para Bapa Gereja dan Magisterim Gereja Katolik dengan setia, dan jika kita ingin mengenal dan mengasihi Kristus, maka sudah selayaknya kita belajar dari mereka. Jika mereka mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia sewaktu hidup-Nya di dunia, maka siapakah kita untuk mengatakan sesuatu yang lain daripada itu?

Ya, Tuhan, bimbinglah kami untuk memahami misteri kasih-Mu dalam diri Yesus yang adalah Allah dan manusia. Karuniakanlah kepada kami kerendahan hati untuk menerima pengajaran-Mu, walaupun belum sepenuhnya dapat kami pahami dengan sempurna. Semoga Roh Kudus-Mu memimpin kami agar kami dapat dengan lapang menerima kebenaran yang Kau-nyatakan melalui Sabda-Mu, pengajaran para rasul dan para penerus mereka. Biarlah kasih kami kepada-Mu mengatasi pengertian pribadi kami; dan dengan kasih ini Engkau membimbing kami kepada seluruh Kebenaran.
Amin
.”

4.6 9 votes
Article Rating
62 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Linda Maria
Linda Maria
11 years ago

Saya secara jujur merasa ngeri melihat pahaman kenotic christology yang dipegang oleh kaum Luther dan yang seangkatan dengannya. Dari penjelasan Ingrid tidakkah para pembaca yang Katolik sadar akan betapa pentingnya untuk kita mengenal inti dan ajaran Katolik yang MEMPERTAHANKAN kebenaran ajaran Kristus bahkan bersaksi tentang Kristus sejak dari zaman bapa gereja sehingga ke hari ini. Pahaman kenotic christology itu adalah pahaman baru yang baru muncul di zaman Luther dan tidak dipegang oleh mana mana bapak gereja yang awal. Makanya, saya ingin katakan kepada saudara Machmud, terima kasih atas sharing anda dan usaha anda dalam mepertahankan kenotic christology anda namun saya… Read more »

Linda Maria
Linda Maria
Reply to  Linda Maria
11 years ago

Buat Tim, Terima kasih atas tanggapan pihak tim terhadap tulisan saya. Saya banyak belajar dan mengenal Tuhan dan gerejanya lewat website ini. Saya bersyukur kepada Allah atas karunia iman ini..jujur saya sungguh bersyukur kerana saya terpanggil untuk mengimani apa yang diimani oleh para rasul dan yang diteruskan oleh gerejaNya yang mana Tuhan sendiri telah berjanji akan menjaganya daripada api neraka.Ya Tuhan, tidak terucapkan rasa syukur atas panggilan dan karuniaMu ke atas diri saya dalam karunia iman yang suci ini. Doa saya juga buat para tim katolisitas supaya semakin dipenuhi oleh Roh Kudus dan menjadi pengabar pengabar Injil yang setia. Tuhan… Read more »

Pengentobat
Pengentobat
11 years ago

Bertaubatlah anda dari murtad yg nyata bagimu..!!!
Allahu Akbar..!!!
Jika kristen adl AGAMA,,mengapa setiap proses pmurtadan dikasi uang oleh VATIKAN..???
hal yg aneh..

[dari katolisitas: Silakan memberikan bukti bahwa Vatikan memberikan uang untuk urusan seperti ini.]

Yoseph H.
Yoseph H.
Reply to  Pengentobat
11 years ago

[Dari Katolisitas: diedit,….. Saya suka gaya Anda] tapi kita juga harus menghormati apa yang menjadi hak setiap manusia untuk menentukan hidupnya sendiri termasuk agama yang diyakininya toh nantinya yang nanggung dia sendiri di hadapan Tuhan benarkan kita gak perlu rewel mengurusi agama orang lain.

christian
christian
12 years ago

Syalom team katolisitas, dalam penjelasan Paus Agato, Konsili Latheran, dan Konsili Konstantinopel III diatas.. Saya menarik kesimpulan bahwa selama Tuhan Yesus hidup hingga di Salibkan, setiap hari dalam kehidupanNya terjadi proses 2 kehendak (ilahi dan manusia), 2 keinginan (ilahi dan manusia).. Namun yg dilakukan oleh Yesus selalu memenangkan kehendak dan keinginan ilahiNya. Atau dalam bahasa rohani sekarang “discerment” adalah gaya hidup yang melekat dalam keseharian Tuhan Yesus? Dengan kata singkatnya setiap tindakan,perbuatan,keinginan, atau sampai dalam keadaan extrem “Nafsu” Tuhan Yesus sebagai manusia selalu di “discerMent”kan/ di timbang2 dengan kehendak ke IlahianNya? Dan selama masa hidupNya kehendakNya sebagai manusia selalu diletakkan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  christian
12 years ago

Shalom Christian, Secara prinsip, kita harus melihat dua kodrat di dalam Kristus sebagaimana masing-masing kodrat menjalankan fungsinya dengan sempurna, namun pada yang bersamaan, kita tidak dapat membagi-bagi dua kodrat tersebut, karena dua kodrat tersebut ada dalam satu Pribadi, yang diikat dalam kesatuan yang tak terpisahkan (hypostatic union). Katekismus Gereja katolik mengajarkan konsep ini demikian: KGK, 467.    ‘Monofisitisme’ mengatakan bahwa kodrat manusiawi terlebur dalam Kristus, ketika kodrat itu diterima oleh Pribadi ilahi-Nya, oleh Putera Allah. Konsili ekumenis keempat yang berkumpul di Kalsedon pada tahun 451 menjelaskan melawan bidah ini:“Sambil mengikuti para bapa yang kudus kami semua sepakat untuk mengajarkan, untuk mengakui… Read more »

agus riyadi
agus riyadi
12 years ago

Bu inggrid saya mau menanyakan sesuatu, sebenarnya ini pertanyaan temen saya yg muslim kepada saya, dan kebetulan sekarang ini masa pekan suci, jadi saya kira pas waktunya untuki menanyakan, pertanyaan temen saya itu adalah kalau “Yesus wafat dan terus bangkit 3 hari kemudian, lalu siapa yg menjaga alam semesta selama 3 hari tersebut?” demikian bu inggrid, kiranya ibu bisa memberikan jawaban dan penjelasan, sebelumnya saya ucapkan terima kasih, berkah Dalem

salam
Agus Riyadi

Bayu
Bayu
12 years ago

Sebelumnya salam kenal untuk saudara-saudara sekalian dalam situs katolisitas.org ini. Terus terang saya sungguh tertarik dengan diskusi saudara machmud tentang Doktrin Keilahian dan Keinsanian Yesus Kristus atau dalam Istilah kami sebagai Penganut Protestant (Reformed Calvinis/Presbyterian) disebut sebagai Kristologi. kenapa saya amat tertarik?karena Kristologi yang dibahas disini amat berkaitan erat dengan doktrin-doktrin lainnya yang diajarkan dalam Kekristenan itu sendiri, yang bersumber dari Ajaran Al-kitab (Ajaran Yesus Kristus dan Para Rasul pada Perjanjian Baru serta Para Nabi Perjanjian Lama), dan yang kedua adalah berasal dari ajaran para bapa gereja dan ajaran para bapak Reformasi Protestan (untuk point ini secara khusus dipahami secara… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Bayu
12 years ago

Shalom Bayu, Selamat datang di situs ini dan terima kasih atas masukan anda. Kalau anda mau melihat kristologi dari teologi Gereja Katolik yang ada di situs ini, maka anda dapat melihat beberapa artikel dan tanya jawab berikut ini: Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam… Read more »

Hesti
Hesti
12 years ago

Salam team Katolisitas, saya berbeda pandangan dengan iman katolik yang mengakui Yesus 100% TUHAN dan 100% manusia sebab. Allah sebagai Allah, ‘tidak bisa’ mengampuni dosa manusia begitu saja, sebab pengampunan dosa ini berarti pendamaian manusia yang berdosa dengan Diri Allah. Untuk pendamaian ada 3 cara : 1. Manusia yang mendekati Allah Pada pendekatan ini, Allah memberikan prasyarat yaitu hukum taurat yg harus dilakukan dg zero defect — pelaksanaan tanpa cacat cela. 2. Allah yang mendekati manusia , ada 2 pilihan (bila mau disebut demikian) a. Allah ikut berbuat dosa lalu mati dan bersatu dengan manusia yang berdosa dan mati —… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Hesti
12 years ago

Shalom Hesti,

Terima kasih atas komentar anda tentang ke-Allahan Kristus. Sebelum saya menanggapi diskusi tentang rencana keselamatan Allah, maka saya ingin bertanya kepada anda terlebih dahulu. Apakah anda mempercayai bahwa Kitab Suci adalah Sabda Allah? Apakah anda melihat bahwa di dalam Kitab Suci, ada ayat-ayat yang membuat kita dapat menarik kesimpulan bahwa Yesus adalah Tuhan? Kalau ada apakah implikasinya? Saya tidak menolak ada ayat-ayat yang memberikan bukti akan kemanusiaan Yesus. Jadi, sebelum kita melihat dari sisi rencana keselamatan, maka silakan menjawab pertanyaan di atas.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Dodi
Dodi
12 years ago

Saya kurang setuju dgn pernyataan yg mengatakan bahwa Yesus bangkit atas kuasanya sendiri melainkan atas Roh dan Kuasa Alllah.
Silahkan baca 1 Korintus.

Kalau Yesus jg bangkit atas kuasa Allah,berarti sama donk dgn Maria.
Mohon tanggapannya

[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di artikel di atas – silakan klik]

Xarel
Xarel
13 years ago

Shalom admint

jika Yesus adalah Tuhan:
1. Mengapa ketika mengampuni manusia dg cara mengorbnkan dirinya untuk disalib?
2. Jika disalib demi kabikan untuk manusia berarti yg menyalip dpt pahala apa tdk ?
3. lalu mengapa gereja tdk memberi penghargaan pd mereka yg menyalib, bukankah karena perbuatan mereka semua manusia mendapat ampunan?
4. Jika Yesus benar Tuhan lalu mengapa dlm kristen sedniri tdk kompak, yaitu ada beberapa aliran yg menyatakan bahwa beliau adalah nabi/utusan?

Salam kasih dalam Kristus Tuhan

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Xarel
13 years ago

Shalom Xarel, Terima kasih atas pertanyaannya tentang ke-Allahan Yesus. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan: 1. Anda bertanya “Mengapa ketika mengampuni manusia dg cara mengorbnkan dirinya untuk disalib?” Karena dosa adalah melawan Allah dan semua manusia telah berdosa, serta upah dosa adalah maut, maka adalah adil kalau seluruh manusia mendapatkan hukuman abadi di neraka. Namun, karena Allah adalah kasih, maka Allah menginginkan agar semua manusia diselamatkan. Karena upah dosa adalah maut dan untuk menyambung kembali hubungan yang terputus dengan Allah mensyaratkan keadilan, maka untuk menyelamatkan manusia, Allah menjadi manusia dan mengorbankan Diri-Nya, sehingga kuasa dosa dapat dipatahkan. Dengan… Read more »

marsel
marsel
13 years ago

pertanyaan::
“Eli, Eli lama sabakhtani”
kenapa sebelum mati
Tuhan berkata seperti itu??
sedangkan menurut penjelasan diatas bahwa dia adalah Allah??

[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di sini – silakan klik]

andry
andry
14 years ago

Syalom pak stef dan bu ingrid Saya hanya ingin menanyakan akan kebenaran penyebutan nama Tuhan kita. Bulan kemarin saya mengikuti acara penyegaran rohani di tempa saya bekerja(semacam retreat). Pembicara yang diundang adalah seorang pendeta dari protestan. Beliau mengatakan agar kita tidak menyebut nama Tuhan dengan kata Allah,Bapa,Yahwe dsb selain dengan sebutan Yesus. Alasan utama beliau mengatakan hal demikian kaerna Tuhan begitu peduli nya dengan nama Yesus tersebut(*ayat alkitab yang menyebutkan kepada maria agar menamai ia Yesus). Sehingga beliau sangat tidak suka dengan sebutan lain selain Yesus, dan semua syair lagu” pujian yang menyebut Tuhan diganti dengan kata Yesus dan yang… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  andry
14 years ago

Shalom Andry, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kodrat Yesus. Kalau kita melihat sepanjang sejarah kekristenan, maka bidaah yang berkaitan dengan kristologi adalah karena terlalu menekankan ke-Allahan Yesus dan mengesampingkan kemanusiaan Yesus atau terlalu menekankan kemanusiaan Yesus sampai lupa pada kodrat Allah yang terdapat dalam diri Yesus. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat kodrat Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Apa yang pendeta itu sampaikan tidak sesuai dengan iman Katolik bahkan juga bertentangan dengan iman Kristen secara umum. Dengan penyampaiannya, maka dia tidak mempercayai Trinitas, dan menekankan pada Yesus serta menghilangkan dimensi Trinitas. Mungkin ayat-ayat ini dapat ditanyakan “Sebab… Read more »

Irena
Irena
14 years ago

Shalom Pak Stef dan Bu Ingrid, di bawah ini adalah pertanyaan berikut kunci jawaban dari “The World’s Toughest Catholic Quiz” yg saya temukan di http://www.catholic.com: 15. At the Crucifixion a. Jesus’ human nature died on the cross. b. Only the human person of Jesus, not the divine person of Jesus, died on the cross. c. God died on the cross. d. Jesus’ human and divine natures both died on the cross, but the universe was kept going by the Father and the Holy Spirit until Jesus’ Resurrection. e. None of the above. Question 15 a. Wrong, because natures aren’t put… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Irena
14 years ago

Shalom Irena, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kodrat Allah yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Secara prinsip, inti dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh catholic.com adalah untuk menyadarkan kita bahwa kita harus membedakan antara kodrat (nature) dan pribadi (person). Yang sering membuat orang bingung adalah karena Yesus adalah satu Pribadi yang mempunyai dua kodrat (Allah dan manusia) dan kedua kodrat ini adalah tak terpisahkan dalam persatuan hypostatic (tak terpisahkan). Pada saat seseorang lahir, meninggal, maka yang dibicarakan adalah sebuah pribadi. Kalau mau spesifik, kita tidak dapat mengatakan bahwa yang meninggal adalah seorang laki-laki, karena laki-laki tersebut dapat juga seorang ayah, atau… Read more »

erick
erick
14 years ago

umatx jga nggak bener….apa ada dalilx mengkristenkan manusia dgn cara membayar org trsbut,ngasih pekerjaan atw menanggung biaya hidup dlsb……
bagaimana pendapat anda…..?

Stefanus Tay
Admin
Reply to  erick
14 years ago

Shalom Erick, Terima kasih atas pertanyaannya tentang tindakan mengkristenkan orang lain. Mungkin saya ingin menjelaskan bahwa di Indonesia kita mengenal agama Kristen Protestan dan agama Kristen Katolik. Karena ini adalah situs Katolik, maka saya hanya akan menjawab dari sisi apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Untuk menjawab tuduhan anda, maka saya akan mengutip dokumen Gereja, dari Konsili Vatikan II – dokumen pernyataan tentang kebebasan beragama (Dignitatis Humanae), 11, dimana dikatakan: Para Rasul belajar dari sabda dan teladan Kristus, serta menempuh jalan yang sama. Sejak masa awal Gereja para murid Kristus berusaha, supaya orang-orang bertobat dan mengakui Kristus Tuhan, bukan dengan… Read more »

erick
erick
14 years ago

yesus adalah pecundang yang ngaku2 tuhan….bagaimana menurut anda…..?

Stefanus Tay
Admin
Reply to  erick
14 years ago

Shalom Erick, Terima kasih atas tanggapan anda. Saya tidak tahu argumentasi apakah yang dapat anda berikan dengan mengatakan “yesus adalah pecundang yang ngaku2 tuhan“. Bagi kami umat Kristen, Yesus adalah Tuhan, yang telah dinubuatkan sebelumnya, beratus-ratus tahun sebelum kedatangan-Nya, yang membuat begitu banyak mukjijat – termasuk mengampuni dosa dan bangkit dari antara orang mati dan naik ke Sorga. Dan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan, kami telah membuat artikel-artikel tentang Kristologi sebagai berikut: Saksi Yehuwa bukanlah saksi Kristus Yesus, sungguh Allah sungguh manusia Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah Inkarnasi adalah Immanuel,… Read more »

Lisa
Lisa
14 years ago

Salam jumpa kembali bersama ibu ingrid atau jg dengan Bapak Stev. Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih atas kesediaannya untuk berdiskusi tentang iman kita akan Yesus yang sama2 kita yakini sebagai TUHAN dan penyelamat kita. Berikut ini ada beberapa tanggapan saya atas jawaban2 Ibu dan Bapak ada beberapa keberatan yang akan saya ajukan di bawah ini. Ibu menuliskan: Memang jika seseorang menutup mata terhadap kenyataan sejarah dan pengajaran para Bapa Gereja, ia dapat menginterpretasikan suatu ayat, sesuai dengan pengertiannya sendiri. Atau bahkan dengan beranimengatakan bahwa yang paling benar adalah pengertiannya sendiri dan semua pengertian para Bapa Gereja (dan bahkan para rasul)… Read more »

m. imron pribadi
m. imron pribadi
14 years ago

Yesus sungguh Allah sungguh manusia, yesus adalah Allah yang menjelma pada manusia, ini adalah sebuah keyakinan dan keimanan pada yesus. iman itu dalam hati, jika hati kita benar-benar bersih maka dengan sebenarnya kita akan dapat melihat kebenaran apa yang sebenarnya terjadi pada yesus.

Machmud
Machmud
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Stef & Ingrid Saya masih punya satu pertanyaan lagi tentang YESUS, bagaimana tanggapan anda tentang 2 ayat berikut ini. 2 Yohanes 7 : Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Jika kita tidak mengakui Yesus sebagai manusia bukankah kita adalah si penyesat dan antikris ? Ibrani 2 : 9 : Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan… Read more »

peter tan
peter tan
14 years ago

ingrid, a lot of wisdom with U

no name
14 years ago

Benar : , dengan bimbingan Roh Kudus,kita dapat sampai kepada keselamatan .

Machmud
Machmud
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Ingrid & Stef Terima kasih atas uraiannya yang panjang lebar. Saya tidak bisa menyatakan pendapat saya seperti yang anda sampaikan , sebab saya memang hanya mengerti sedikit saja tentang Alkitab dan tidak pernah belajar tentang Magisterium atau yang lainnya, saya hanya belajar dari Alkitab yang anda katakan tidak cukup harus ditambah dengan pengajaran para Bapa Gereja Katolik, tetapi saya sangat meyakini bahwa pendapat saya tentang kemanusia Yesus adalah benar. Mungkin anda berpendapat bahwa pengorbanan Kristus untuk umat manusia hanya sampai ke menyelamatkan manusia dan bisa masuk ke sorga, tapi saya melihat Yesus sebagai contoh akan rencana… Read more »

Machmud
Machmud
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Ingrid Benar kata Ingrid : kita sama-sama melihat perbedaan yang ada, semoga dengan kejujuran dan bimbingan Roh Kudus, maka kita dapat sampai kepada kebenaran, yang memang baru dapat kita lihat kesempurnaannya di saat kita sampai di surga. Pil 2 : 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Pil 2: 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dua ayat diatas sangat jelas menyatakan bahwa Yesus telah meninggalkan ke-ilahiannya dan menjadi Putra Manusia Yesus yang 100 % manusia. Pada… Read more »

Yohanes Paulus
Yohanes Paulus
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Dear Machmud ytk Sebetulnya semua pertanyaan Machmud sudah terjawab dengan artikelnya Inggrid. Semua yg dibicarakan di atas adalah mengenai iman Gereja Katolik. Iman bukan science, walaupun iman itu membutuhkan pertanggung jawaban. Namun sampai titik tertentu akal budi kita tidak mampu lagi memenuhi keinginan kita. Jika semuanya jelaa itu bukan iman, bukan Allah yg kita imani ( meminjam istilah Mgr Suharyo ). Tulisan Kitab Suci dipengaruhi oleh faktor kepada siapa Sabda ini akan disampaikan. Bagi kalangan Yahudi jika seseorang meninggal dalam usia muda, apalagi dengan cara disalib, itu menandakan Allah tidak berkenan kepada orang tsb. ( Walaupun para Nabi sudah menubuatkan… Read more »

Machmud
Machmud
Reply to  Yohanes Paulus
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Yohanes Paulus Terima kasih atas masukannya . Apa yang saya diskusikan dengan Ingrid di situs ini mengenai kemanusiaan Yesus , disini kita berbeda pendapat dan masing2 bersikukuh memegang apa yang sudah diimani. Oleh sebab kami masing2 mempunyai argumen2 yang saling berbeda. Kalau boleh saya bertanya kepada anda arti dari imanuel itu apa ? Alkitab menulis artinya Allah beserta, jadi kalau nama dari Yesus salah satunya adalah Imanuel, bukankah itu berarti Allah Bapa & Allah Rohkudus menyertai Yesus selama hidupnya didunia (33,5 tahun). Oleh karenanya Yesus (atau saya biasa menyebutNya Putra Manusia Yesus) bisa membuat segala mujijat,… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
62
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x