Sejak kapan EENS diajarkan oleh Gereja Katolik?

Prinsip ajaran EENS ini sudah diajarkan di sepanjang sejarah Gereja, sejak abad pertama, sebagai berikut:[1]

  1. St. Ignatius dari Antiokhia (35-107): “Jangan tertipu, saudara-saudaraku: jika seseorang mengikuti seorang pembuat skisma, ia tidak memperoleh Kerajaan Allah… Sebab tubuh Tuhan Yesus Kristus ialah satu… sebagaimana satu uskup, dengan imam dan… para diakon,”[2]
  2. St. Ireneus (130-202): “[Gereja] adalah pintu masuk kehidupan; semua yang lain adalah pencuri dan perampok. Karena itu kita harus menghindari mereka, membuat keputusan tentang hal-hal sehubungan dengan Gereja dengan ketekunan penuh dan bersandar pada tradisi kebenaran… pada Gereja-gereja awal yang dengannya para Rasul terus menerus terhubung dengan erat.”[3]
  3. Origen (184-254): “Bahkan jika seseorang dari mereka [yang di luar Gereja] ingin diselamatkan, biarlah ia datang ke rumah ini, sehingga ia dapat memperoleh keselamatan. Biarlah ia datang ke rumah ini, yang di dalamnya darah Kristus adalah tanda penebusan…. biarlah tak seorang pun menipu dirinya sendiri: [sebab] di luar rumah ini, yaitu di luar Gereja, tak seorang pun diselamatkan.”[4]
  4. St. Siprianus (210-258):
    “Bagaimana mungkin seorang yang tidak bersama dengan Mempelai Kristus dan di dalam Gereja-Nya dapat ada bersama dengan Kristus?”[5]Salus extra ecclesiam non est/Tidak ada keselamatan di luar Gereja).[6]“Siapa pun yang memisahkan diri dari Gereja …  terpisah dari janji-janji Gereja; ia yang meninggalkan Gereja tidak akan memperoleh penghargaan dari Kristus .… Ia tak dapat memiliki Tuhan sebagai Bapa-Nya, yang tidak mempunyai Gereja sebagai ibunya; …. Siapa pun yang menghancurkan damai dan harmoni Kristus, bertindak melawan Kristus; barangsiapa mengumpulkan di tempat lain di luar Gereja, menceraiberaikan Gereja Kristus …. Jika seseorang tidak menjaga kesatuan ini, ia tidak menjaga hukum Tuhan, ia telah kehilangan iman akan Bapa, Putera, dan ia telah kehilangan hidupnya dan jiwanya.”[7]

    “Jangan mereka berpikir bahwa jalan keselamatan ada bagi mereka, jika mereka menolak untuk taat kepada para uskup dan imam, sebab Tuhan bersabda dalam kitab Ulangan, “Orang yang berlaku terlalu berani dengan tidak mendengarkan perkataan imam yang berdiri di sana sebagai pelayan TUHAN, Allahmu, … orang itu harus mati” (Ul 17:12). Dan benarlah, mereka mati oleh pedang… tetapi sekarang mereka yang sombong dan membangkang, dibunuh dengan pedang Roh, ketika mereka keluar dari Gereja. Sebab mereka tidak dapat hidup di luar, sebab hanya ada satu rumah Tuhan dan tidak ada keselamatan bagi setiap orang kecuali di dalam Gereja.”[8]

  1. St. Agustinus (354-430):
    Seseorang tidak dapat memperoleh keselamatan, kecuali di dalam Gereja Katolik. Di luar Gereja Katolik ia dapat memperoleh apa pun kecuali keselamatan. Ia dapat memperoleh kehormatan, sakramen-sakramen, ia dapat menyanyikan alleluia, ia dapat menjawab amen, ia dapat memiliki Injil, ia dapat berkhotbah tentang iman di dalam nama Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tetapi tidak ada tempat lain selain di dalam Gereja Katolik ia dapat menemukan keselamatan.”[9]“Tetapi dapat terjadi beberapa dari orang-orang itu [yang sekarang terpisah] menjadi anggota kita di dalam rahasia pengetahuan Allah; adalah penting bahwa mereka harus kembali kepada kita. Betapa banyak mereka yang tidak menjadi anggota kita yang kelihatannya masih ‘di dalam’ dan betapa banyak orang yang menjadi anggota kita yang kelihatannya seperti ‘di luar’ kita. Dan mereka yang di dalam kita namun bukan anggota kita, ketika suatu kejadian terjadi, akan keluar; dan mereka yang menjadi anggota kita, tetapi sekarang berada ‘di luar’, ketika mereka memperoleh kesempatan, akan kembali.”[10]Barangsiapa telah memisahkan diri dari Gereja Katolik, tak peduli betapa patut dipuji kehidupannya, tidak akan memperoleh hidup kekal … sebab ia telah meninggalkan kesatuannya dengan Kristus.”[11]
  1. Paus St. Gregorius Agung (590-604): “Kini Gereja universal yang kudus menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat benar-benar disembah kecuali di dalam diri Gereja sendiri, sambil meneguhkan bahwa mereka semua yang tanpa Gereja tidak pernah dapat diselamatkan.”[12]
  2. Paus Sylvester II (991): “Aku percaya bahwa di dalam Baptisan semua dosa diampuni, dosa asal maupun dosa pribadi, dan aku mengakui bahwa di luar Gereja Katolik tidak ada seorang pun diselamatkan.”[13]
  3. Paus Innocentius III, Konsili Lateran ke-4 (1215): “Hanya ada satu Gereja universal bagi umat beriman, yang di luarnya tak ada seorang pun diselamatkan.”[14]
  4. Paus Bonifasius VIII (1302): “Kami diharuskan karena iman kita untuk percaya dan melestarikan bahwa hanya ada satu Gereja Katolik yang kudus, dan [Gereja] itu bersifat apostolik. Ini kami percaya dengan teguh dan kami maklumkan tanpa kondisi persyaratan. Di luar Gereja ini tidak ada keselamatan dan penghapusan dosa …. Kami menyatakan, mengatakan, menetapkan, dan mengumumkan bahwa adalah mutlak penting bagi keselamatan setiap manusia untuk berada di bawah pengaturan Imam Agung Roma.”[15]
  5. Konsili Florence (1439): “Semua yang ada di luar Gereja Katolik … tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal … tak seorang pun dapat diselamatkan, tak peduli berapa banyak ia memberi derma dan bahkan jika ia menumpahkan darahnya di dalam nama Kristus, kecuali ia tetap bertahan di dalam pangkuan dan kesatuan dalam Gereja Katolik.”
  6. Paus Leo XII (1823-1829): “Adalah tidak mungkin bagi Tuhan yang sangat benar—yang adalah Kebenaran itu sendiri, yang terbaik, Penyelenggara yang paling bijaksana, dan Pemberi upah kepada orang-orang baik—untuk menyetujui semua sekte yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang seringnya tidak konsisten satu sama lain dan saling bertentangan, dan untuk memberikan penghargaan kekal kepada anggota-anggotanya. … Kami membicarakan kebijaksanaan … bukan kebijaksanaan dunia ini, tetapi kebijaksanaan Tuhan …. Olehnya kami diajarkan dan oleh iman ilahi kami berpegang kepada satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan bahwa tidak ada nama lain di bawah kolong langit yang diberikan kepada manusia kecuali nama Yesus Kristus dari Nasareth yang di dalamnya kita diselamatkan. Inilah mengapa kami menyatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja …. Sebab Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran….”[16]
  7. Paus Gregorius XVI (1831-1846), “Kamu mengetahui betapa bersemangatnya para pendahulu Kami mengajarkan tentang artikel iman itu, yang dengan beraninya orang-orang ini mengingkari, yaitu pentingnya iman Katolik dan kesatuan bagi keselamatan. Perkataan seorang murid para Rasul, St. Ignatius Martir, dalam suratnya kepada jemaat di Filadelfia menjadi relevan dalam hal ini. “Jangan sampai tertipu, saudaraku; jika seseorang mengikuti skisma, ia tidak akan memperoleh warisan Kerajaan Allah.” Lebih lanjut St. Agustinus dan para uskup Afrika lainnya yang bertemu di Konsili Cirta tahun 412, menjelaskan hal yang sama dengan lebih panjang, ‘Barangsiapa telah memisahkan diri dari Gereja Katolik, tak peduli betapa patut dipuji kehidupannya, tidak akan memperoleh hidup kekal … sebab ia telah meninggalkan kesatuannya dengan Kristus’ (Epistle 141) …. Kita patut memuji St. Gregorius Agung, yang memberi kesaksian bahwa ini adalah sungguh ajaran Gereja Katolik…: “Gereja universal yang kudus mengajarkan bahwa tidaklah mungkin untuk menyembah Tuhan dengan benar, kecuali di dalam Gereja, dan menyatakan bahwa semua yang di luar Gereja tidak akan diselamatkan” (Moral in Job, 16.5). Akta-akta resmi Gereja memaklumkan dogma yang sama. Maka, di dalam dekrit iman yang dipublikasikan oleh Paus Innocentius III dan Sinoda Lateran IV, …. “Hanya ada satu Gereja universal orang beriman, yang di luarnya tak ada seorang pun diselamatkan.” Akhirnya, dogma yang sama disebutkan di dalam pernyataan iman … tak hanya yang digunakan oleh Gereja-gereja Latin (Credo Konsili Trente), tetapi yang juga digunakan oleh Gereja Ortodoks Yunani … dan yang digunakan oleh Gereja Katolik Timur …. Kami sangat prihatin tentang dogma yang serius dan telah dikenal ini, yang telah diserang dengan keberanian yang sedemikian mencengangkan, bahwa Kami tidak dapat menahan pena Kami untuk meneguhkan kembali kebenaran ini dengan banyak kesaksian.”[17]
  8. Paus Pius IX (1846-1878)
    Tahun 1854 Paus mengatakan: “Bukannya tanpa duka cita kami telah mengetahui bahwa kesalahan yang lain … telah diyakini oleh sebagian dunia Katolik, dan telah mengambil tempat kediaman di jiwa banyak umat Katolik, yang berpikir bahwa seseorang telah mempunyai pengharapan keselamatan kekal tentang semua orang yang tidak pernah hidup di dalam Gereja Kristus yang sejati …. Tetapi sebagai tugas Apostolik Kami, kami mengharapkan agar kewaspadaan episkopal dibangkitkan, sehingga engkau akan bekerja keras semampumu, untuk mengenyahkan dari pikiran orang-orang yang tidak saleh dan pikiran yang sama fatalnya, yaitu bahwa jalan keselamatan kekal dapat ditemukan di agama mana pun juga. Semoga engkau dapat membuktikan dengan kemampuan dan pengetahuan yang sungguh engkau kuasai, kepada orang-orang yang dipercayakan kepadamu, bahwa dogma iman Katolik tidaklah bertentangan dengan belas kasihan ilahi dan keadilan ilahi….[18]Sebab harus dipegang oleh iman bahwa di luar Gereja Roma yang Apostolik, tak seorang pun dapat diselamatkan; bahwa ini adalah satu-satunya bahtera keselamatan … tetapi, di sisi lain, juga perlu dipegang dengan yakin, bahwa mereka yang bekerja keras di dalam ketidaktahuan akan agama yang sejati, jika ketidaktahuan ini tidak terhindarkan (invincible), tidak akan dianggap bersalah tentang ini di mata Tuhan. Kini kenyataannya, siapa mau mengasumsikan begitu banyak menurut dirinya sendiri untuk menentukan batas-batas ketidaktahuan itu, oleh karena kodrat dan keberagaman bangsa, daerah, sikap batin, dan tentang begitu banyak hal lainnya? Sebab kenyataannya, ketika dibebaskan dari belenggu kesementaraan dunia, “kita akan melihat Tuhan sebagaimana adanya Ia” (1Yoh 3:2), kita akan dengan sempurna memahami betapa dekat dan indahnya ikatan belas kasihan dan keadilan ilahi disatukan. Tetapi selama kita berada di dunia, terbeban oleh tubuh yang fana yang menumpulkan jiwa, biarlah kita memegang dengan sangat teguh bahwa sesuai dengan ajaran Katolik, terdapat “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5); adalah bertentangan dengan hukum untuk melanjutkan penyelidikan lebih jauh.”[19]“Tapi, seperti tuntutan jalan cinta kasih, marilah kita terus mengajukan doa-doa agar semua bangsa di mana pun dapat menerima Kristus; dan mari kita mengarahkan perhatian kepada keselamatan bersama bagi manusia sesuai dengan kekuatan kita ….”[20]

    Tahun 1856, Paus Pius IX mengajarkan, “… Hanya ada satu Gereja yang sejati, kudus, Katolik, yaitu Gereja Roma yang Apostolik. Hanya ada satu Tahta yang didirikan di atas Petrus oleh sabda Tuhan,[21]  yang di luarnya kita tidak dapat menemukan baik iman yang sejati atau pun keselamatan kekal. Ia yang tidak mempunyai Gereja sebagai ibu tidak dapat mempunyai Tuhan sebagai bapa dan siapa pun yang mengabaikan Tahta Petrus yang di atasnya Gereja didirikan, salah percaya bahwa ia ada di dalam Gereja.[22]Di luar Gereja, tak seorang pun dapat berharap untuk hidup atau selamat, kecuali ia dibenarkan melalui ketidaktahuan yang di luar kendalinya.”[23]

    Paus Pius IX, di tahun 1863 mengajarkan, “Dan di sini, …. Kami harus menyebutkan lagi dan mengecam kesalahan yang sangat berat di mana beberapa umat Katolik telah dengan salah memahami, yang percaya bahwa orang-orang yang hidup dalam kesesatan dan terpisah dari iman yang sejati dan kesatuan Katolik, dapat mencapai kehidupan kekal. Sungguh, ini jelas bertentangan dengan ajaran Katolik. Telah diketahui oleh Kami dan oleh kamu bahwa mereka yang bekerja keras di dalam ketidaktahuan yang tak terhindarkan (invincible ignorance) tentang agama kita yang tersuci dan yang dengan sungguh-sungguh menaati hukum kodrat dan ketentuannya yang diukirkan di dalam hati semua orang oleh Tuhan, dan yang siap sedia menaati Tuhan, yang hidup dalam kehidupan yang jujur dan lurus, dapat, dengan kuasa terang ilahi dan rahmat ilahi yang bekerja, memperoleh kehidupan kekal, sebab Tuhan yang dengan jelas melihat, menyelidiki, dan mengetahui pikiran-pikiran, jiwa, kebiasaan-kebiasaan semua manusia, oleh karena kebaikan-Nya dan belas kasih-Nya yang besar, tidak akan membuat seorang pun menderita untuk dihukum dengan siksa abadi, ia yang tidak bersalah karena dosa yang disengaja. Tetapi, dogma Katolik bahwa tak seorang pun dapat diselamatkan di luar Gereja Katolik telah dengan baik dikenal; dan juga bahwa mereka yang berkeras melawan otoritas dan ajaran-ajaran definitif Gereja yang sama, dan yang dengan keras kepala memisahkan diri mereka dari kesatuan dengan Gereja, dan dari Imam Agung Roma—penerus Rasul Petrus yang kepadanya ‘penjagaan pokok anggur telah dipercayakan oleh Sang Penyelamat’ (Konsili Kalsedon, dalam suratnya kepada Paus Leo I)—tidak dapat memperoleh keselamatan kekal. Perkataan Kristus cukup jelas, “Dan jika ia tidak mendengarkan jemaat, perlakukanlah ia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai’ (Mat 18:17); ‘Ia yang mendengarkan kamu, mendengarkan Aku, dan ia yang menolak kamu, ia menolak Aku dan ia yang menolak Aku, menolak Bapa yang mengutus Aku’ (Luk 10:16); ‘Ia yang percaya tidak akan dihukum (Mrk 16:16); ‘Ia yang tidak percaya telah berada di bawah hukuman (Yoh 3:18)’ ‘Ia yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku; dan ia yang tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan’ (Luk 11:23). Rasul Paulus mengatakan bahwa orang-orang seperti ini adalah ‘sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri’ (Tit 3:11); Pemimpin para Rasul menyebutnya sebagai “nabi-nabi palsu … yang memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, dan menyangkal Tuhan … dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka” (2Ptr 2:1).[24]

  1. Konsili Vatikan I (1868-1870), seperti dikutip dalam Katekismus: “Percaya akan Yesus Kristus dan akan Dia yang mengutusNya demi keselamatan kita adalah perlu supaya memperoleh keselamatan (Bdk. misalnya Mrk 16:16; Yoh 3:36; 6:40). “Karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan sampai kepada persekutuan anak-anak-Nya, maka tidak pernah seorang pun dibenarkan tanpa Dia, dan seorang pun tidak akan menerima kehidupan kekal, kalau ia tidak ‘bertahan sampai akhir’ (Mat 10:22; 24:13) dalam iman.”[25]
  2. Paus Leo XIII (1878-1903): “Ini adalah pengajaran terakhir kami kepadamu; terimalah ini, ukirkanlah di dalam sanubarimu, semua dari kamu: oleh perintah Tuhan, keselamatan harus ditemukan tidak di mana pun kecuali di dalam Gereja.”[26]
  3. Paus St. Pius X (1903-1914): “Adalah tugas kami untuk mengingatkan setiap orang … sebagaimana dilakukan oleh Paus Gregorius di abad-abad lalu, kepentingan yang mutlak yang adalah milik kita, untuk berlindung di bawah Gereja ini untuk memperoleh keselamatan kekal kita.”[27]
  4. Paus Pius XI (1922-1939): “Hanya Gereja Katolik yang melestarikan penyembahan yang sejati. Ini adalah mata air kebenaran, ini adalah rumah iman, ini adalah bait kediaman Allah; jika seseorang tidak masuk ke sini, atau pergi meninggalkannya, ia menjadi orang asing bagi harapan akan hidup ilahi dan keselamatan …. Selanjutnya, di dalam satu Gereja Kristus, tak seorang pun dapat atau tetap tinggal [di dalamnya], yang tidak menerima atau mengenali dan menaati otoritas dan keutamaan Petrus dan para penerusnya yang sah.”[28]
  5. Paus Pius XII, 1943, menjelaskan maksud pernyataan Paus Bonifasius VIII ini dalam surat ensikliknya Mystici Corporis, demikian: “Tapi kita tidak boleh berpikir bahwa Ia [Kristus] memerintah hanya secara tersembunyi atau hanya dengan cara yang luar biasa. Sebaliknya, Penebus kita juga memimpin Tubuh Mistik-Nya di dalam cara yang kelihatan dan normal melalui Wakil-Nya di dunia. Kamu mengetahui, saudara-saudaraku yang terhormat, bahwa setelah Ia sendiri mengatur “kawanan kecil” selama perjalanan hidup-Nya di dunia, Kristus Tuhan kita, ketika hampir meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa, mempercayakan kepada Pimpinan para Rasul pemerintahan yang kelihatan akan keseluruhan komunitas yang telah didirikanNya. Karena Ia sepenuhnya bijaksana, Ia tidak dapat meninggalkan tubuh Gereja yang didirikanNya sebagai perkumpulan manusia tanpa kepala yang kelihatan. Juga melawan ini, seseorang dapat berargumen bahwa keutamaan otoritas kepemimpinan yang didirikan di Gereja, memberikan kepada Tubuh Mistik Kristus dua buah kepala. Sebab keutamaan Petrus adalah hanya [sebagai] wakil Kristus; sehingga hanya ada satu Kepala pemimpin di dalam Tubuh ini, yaitu Kristus, yang tidak pernah berhenti untuk membimbing Gereja secara tidak kelihatan, meskipun pada saat yang sama Ia mengatur secara kelihatan, melalui dia yang menjadi wakil-Nya di dunia. Setelah Kenaikan-Nya yang mulia ke Surga, Gereja ini tidak hanya berdiri di atas Dia sendiri, tetapi di atas Petrus juga, sebagai batu fondasi yang kelihatan. Bahwa Kristus dan wakil-Nya membentuk hanya satu Kepala adalah ajaran agung dari Pendahulu Kami yang kenangannya tetap hidup, Paus Bonifasius VIII dalam surat Apostoliknya Unam Sanctam, dan para penerusnya telah tidak berhenti mengulangi yang sama.”[29]Oleh karena itu, mereka berjalan di jalur kesalahan yang berbahaya, [yaitu mereka] yang percaya bahwa mereka dapat menerima Kristus sebagai Kepala Gereja, namun tidak melekat secara setia kepada Wakil-Nya di dunia. Mereka telah mengesampingkan kepala yang kelihatan, memecahkan ikatan-ikatan kesatuan yang kelihatan dan meninggalkan Tubuh Mistik Sang Penebus demikian kabur dan cedera, sehingga mereka yang mencari tempat pelabuhan keselamatan kekal tidak dapat melihatnya atau pun menemukannya….”[30]“…. mereka yang tidak menjadi bagian dalam Tubuh Gereja Katolik yang kelihatan …. Kami memohon kepada setiap orang dari mereka untuk menanggapi gerakan-gerakan rahmat di dalam batin, dan untuk menarik diri dari keadaan tersebut, di mana mereka tidak dapat yakin akan keselamatan mereka.[31] Sebab meskipun oleh keinginan dan kerinduan yang tak disadari mereka memiliki hubungan tertentu dengan Tubuh Mistik Sang Penebus, mereka tetap kurang dapat memperoleh banyak karunia dan pertolongan surgawi itu yang dapat ditemukan hanya di dalam Gereja Katolik.[32]

 


[1]Lih. Francis A. Sullivan, SJ, Salvation Outside the Church?, Mahwah, NJ: 1992, p.3-43; “The Popes on Extra Ecclesiam Nulla Salus”, Catholicism.org, Ref:
https://catholicism.org/eens-popes.html

[2]St. Ignatius dari Antiokhia, Letter to Philadelphians 3:3- 4:1.

[3]St. Irenaeus, Against Heresies, Book III, ch.4.1. Ref:
http://www.newadvent.org/fathers/0103304.htm

[4]Origen, Homiliae in Jesu Nave 3:5; PG 12:841-42.

[5]St. Cyprian, Epistle 52:1.

[6]St. Cyprian, Epistle 72:21.

[7]St. Cyprian, The Unity of the Catholic Church, 6.

[8]St. Cyprian, Letters 61[4]:4.

[9]St. Augustine, Discourse to the People of the Church at Caesarea, 6.

[10]St. Augustine, Enarr. in Psalms 106:14, CCL 40:1581.

[11]St. Augustine, Epistle 141.

[12]St. Gregory the Great, Moralia.

[13]St. Sylvester II, Credo (Pernyataan Iman)

[14] Denzinger 423.

[15]Paus Bonifasius VIII, Bulla Unam Sanctam.

[16]Paus Leo XII, Ubi Primum.

[17]Paus Gregorius XVI, Summo Iugiter Studio.

[18]Paus Pius IX, Singulari Quadam.

[19]Ibid.

[20]Ibid.

[21]Lih. St. Cyprian, Epistle 43.

[22]Lih. St. Cyprian, On Unity of the Catholic Church.

[23]St. Pius IX, Singulari Quidem.

[24]Paus Pius IX, Quanto conciamur moerore, 7,8. Ref: http://www.papalencyclicals.net/Pius09/p9quanto.htm

[25]Konsili Vatikan I, Dei Filius 3, DS 3012, Bdk. Konsili Trente: DS 1532, dalam KGK 161.

[26]Paus Paus Leo XIII,  Annum Ingressi Sumus.

[27]Paus Pius X, Jucunda Sane.

[28]Paus Pius XI, Mortalium Animos.

[29]Paus Pius XII, Mystici corporis Christi, 40.

[30]Paus Pius XII, Mystici corporis Christi, 41.

[31]Lih. Pius XI, Iam Vos Omnes (1868).

[32]Paus Pius XII, Mystici corporis Christi, 103.

SEE ALL Add a note
YOU
Add your Comment
 

Doa St. Thomas Aquinas

Allah Pencipta segala sesuatu, Sumber terang dan kebijaksanaan yang sejati, asal mula segala makhluk, curahkanlah seberkas cahaya-Mu untuk menembus kegelapan akal budiku. Ambillah dariku kegelapan ganda yang menyelimutiku sejak lahir, suatu ketidak-mengertian karena dosa dan ketidak-tahuan. Berilah kepadaku, pengertian yang tajam dan ingatan yang kuat dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu dengan benar dan mendasar. Karuniakanlah kepadaku talenta untuk menjelaskan dengan tepat dan kemampuan untuk mengutarakannya dengan saksama, luwes dan menarik. Tunjukkanlah bagaimana aku memulainya, arahkanlah perkembangannya dan bantulah sampai kepada penyelesaiannya. Kumohon ini demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Review Kursus

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.