Mengapa di Yerusalem dikenal dua tempat sebagai tempat kematian Yesus?

Tradisi Gereja Katolik menunjukkan bahwa letak penyaliban Tuhan Yesus di bukit Golgota dan juga kubur-Nya, ada di kompleks gereja The Holy Sepulchre. Di zaman Yesus, gereja Holy Sepulchre itu belum ada, dan bukit Golgota itu masih seperti adanya, terletak di luar tembok Yerusalem. Saat itu, tradisi Yahudi begitu kuat memisahkan kegiatan sehari-hari dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian, sehingga tempat penghukuman dan penguburan dilakukan di luar tembok kota. Penyaliban Yesus di luar kota Yerusalem disebut di Injil (lih. Mat 27:32-33; Mrk 15:20b). Meski demikian, lokasi penyaliban Yesus tidak begitu jauh dari kota, sebab dikatakan bahwa orang banyak datang berkerumun untuk menonton apa yang terjadi (lih. Luk 23:48). Lokasi tersebut diperkirakan ada di sebelah utara tembok barat laut Yerusalem, di mana di sana ada bukit yang disebut Golgota dan bukit lain tempat Yesus dimakamkan di kubur milik Yusuf dari Arimatea. Kubur itu merupakan gua, yaitu tempat umum untuk mengubur dalam tradisi Yahudi. Berikut ini adalah denah tembok kota Yerusalem, berdasarkan keterangan sejarawan abad pertama, Flavius Josephus (37-100).[1]

 

Josephus mengatakan bahwa tembok Yerusalem dibangun dalam tiga masa sejalan dengan perkembangan kota Yerusalem. Tembok pertama dan kedua telah ada di zaman Yesus, sedangkan tembok ketiga dibangun setelah zaman Yesus, yaitu di zaman Raja Herodes Agrippa (41-44). Tembok pertama telah ada sejak sekitar abad ke-6 SM pada zaman raja Hezekiah. Sedangkan tentang tembok kedua di sebelah utara, memang terdapat perbedaan pendapat para ahli sejarah, yaitu sampai sejauh mana tembok utara melingkupi. Namun hampir semua sejarawan setuju, bahwa lokasi kompleks gereja Holy Sepulchre yang ada sekarang, terletak di luar tembok pertama maupun kedua.

Golgota dan kubur Yesus di lokasi gereja Holy Sepulchre tetap hidup dalam tradisi Kristiani, walaupun diketahui bahwa pada tahun 135, ketika Yerusalem menjadi daerah koloni Romawi Aelia Capitolina, Kaisar Hadrian membangun kuil dewa Yupiter di atas Golgota dan altar bagi dewi Venus di atas kubur Yesus. Kemungkinan kaisar tersebut sengaja membangun di situ karena ingin memusnahkan kepercayaan Kristen dan jemaat/ Gereja. Bangunan kuil yang dibangunnya tersebut berdiri di sana sampai tahun 326. Ketika itu, Helena, ibu dari Kaisar Konstantinā€”Kaisar Byzantin pertama yang menjadi Kristenā€”datang ke Yerusalem dan menemukan sisa-sisa Salib Tuhan Yesus di dalam sebuah sumur bawah tanah.[2] Konstantin lalu membangun sebuah basilika yang besar di atasnya, yang menghubungkan ketiga tempat kudus, yaitu: Kubur Yesus, Golgota, dan gua tempat ditemukannya Salib Kristus. Basilika ini awalnya berukuran 45 m x 26 m. Pada saat pembangunan basilika ini, konfigurasi alamiah dari bukit kubur Yesus diubah dan sejumlah besar batu-batu diratakan. Sekarang ini keadaan batu alam yang tersisa adalah batu dalam kubur Yesus, di belakang Rotunda dan batu pada kaki Golgota.

Basilika yang dibangun oleh Kaisar Konstantin ini dihancurkan tahun 614, kemudian segera dibangun kembali, namun kemudian dihancurkan lagi di tahun 1010, danĀ  direstorasi lagi dengan ukuran yang lebih kecil, dengan pusatnya adalah area kebangkitan (the Anastasis), sedangkan tempat kudus lainnya terpaksa ditempatkan di luar bangunan. Pengrusakan gereja Holy Sepulchre di bawah pemerintahan tentara muslim, menjadi motivasi terjadinya Perang Salib di abad ke-11. Ketika tentara Kristen menguasai Yerusalem, mereka segera merestorasi dan memperbaiki gereja tersebut. Gereja Holy Sepulchre yang kita ketahui sekarang adalah karya para pejuang Perang Salib. Mereka menyatukan kembali tempat-tempat kudus itu di bawah satu atap.

Sejak akhir Perang Salib, gereja Holy Sepulchre mengalami kerusakan karena kebakaran, gempa bumi dan kurangnya perhatian. Selain itu, tempat itu dibagi menjadi enam kepemilikan komunitas Kristiani yang berbeda, yaitu milik komunitas Yunani Orthodox, Armenian, Fransiskan (dari Gereja Katolik), Ethiophian, Koptik, dan Syrian Jacobites. Gedung gereja tersebut kemudian direstorasi bersama, mulai tahun 1957.

Namun, gereja-gereja Protestan di abad ke-19 meragukan gereja Holy Sepulchre sebagai lokasi penyaliban dan kubur Yesus yang telah diyakini oleh mayoritas komunitas Kristiani selama beradab-abad. Sejumlah komunitas Protestan, terutama Anglikan, memperkirakan bahwa tempat penyaliban dan kubur Yesus itu berada di lokasi sebelah utara Kota Tua Yerusalem, yang kini dikenal dengan sebutan Garden Tomb. Lokasi ini diusulkan oleh jenderal Inggris yang bernama Charles George Gordon yang datang ke Yerusalem di tahun 1883. Karena itu lokasi tersebut sekarang disebut Gordonā€™s Golgotha. Gordon memandang ke bukit di utara gerbang Damaskus yang menurutnya menyerupai bentuk tengkorak, sehingga ia secara langsung menghubungkannya dengan Golgota, yang dalam bahasa Aram memang berarti ā€˜tengkorakā€™. Memang beberapa tahun sebelum kedatangan Gordon (1867) telah diadakan penggalian dan ditemukan potongan batu kubur, dan sumur kuno, sehingga diperkirakan bahwa lokasi tersebut adalah taman kubur. Gordon kemudian menghubungkannya dengan taman yang di dalamnya ada kubur Yesus sebagaimana disebutkan dalam Yoh 19:41. Selain itu, dasar keraguan mereka terhadap lokasi tradisional Golgota adalah karena kebiasaan penguburan Yahudi yang melarang menguburkan orang di area dalam tembok kota, dan mereka mencurigai bahwa lokasi gereja Holy Sepulchre berada di dalam tembok Kota Tua Yerusalem. Memang sekarang ini, lokasi tersebut sepertinya ada di tengah kota. Namun seperti disebutkan di atas, catatan sejarah Yahudi, oleh Josephus menjabarkan batas-batas tembok pertama, kedua dan ketiga, yang jelas menunjukkan bahwa lokasi Golgota berada di luar tembok pertama dan kedua. Bahwa lokasi tersebut ada di dalam tembok ketiga, itu disebabkan karena tembok tersebut baru dibangun setelah zaman Yesus. Bahkan lokasi Garden Tomb itu juga ada di dalam tembok ketiga. Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa kubur di Garden Tomb tersebut ternyata berasal dari periode pertama Bait Allah (First Temple period, 1006-586SM) dan bukan periode kedua Bait Allah (Second Temple period, 530-70M) pada zaman Yesus.[3] Fakta ini melemahkan klaim Gordon, karena yang ditemukan di lokasi yang diklaim olehnya sebagai kubur Yesus ternyata adalah kubur yang jauh lebih kuno dari zaman Yesus, tidak cocok dengan ayat yang menyatakan bahwa kubur milik Yusuf dari Arimatea itu adalah kubur baru (Mat 27:59-60), mestinya, dari zaman itu.

Menyikapi adanya perbedaan perkiraan lokasi ini, sejujurnya, kita hanya perlu mengacu kepada catatan sejarah dan akal sehat kita. Catatan sejarah dan tradisi sekian banyak Gereja dan komunitas Kristiani jelas mengacu kepada lokasi gereja Holy Sepulchre yang ada sekarang, sebagai lokasi Golgota dan kubur Yesus. Tentunya penentuan tersebut bukannya tanpa alasan, dan ditentukan oleh sumber-sumber dan para saksi mata yang lebih dekat dengan zaman Yesus (dari abad ke-1-4). Oleh karena itu, dasarnya lebih kuat, ketimbang lokasi alternatif yang lebih banyak didasari atas perkiraan dan asumsi, yang dimulai dari perkiraan seorang jenderal di abad ke-19.

 


[1]Holman Bible Atlas, (Nashville, Tennesse, USA: Broadman & Holman Publishers: 1998), p. 229.

[2]Silakan klik di link ini untuk membaca tentang bagaimana St. Helena menemukan sisa-sisa kayu Salib Yesus:
https://www.katolisitas.org/tentang-kayu-salib-yesus/

[3]Lih. Rivka Gonen, Biblical Holy Places, an illustrated guide, (Herzelia, Israel: Palphot Publication, 1999), p. 129-132, 148-149.

 

SEE ALL Add a note
YOU
Add your Comment
 

Doa St. Thomas Aquinas

Allah Pencipta segala sesuatu, Sumber terang dan kebijaksanaan yang sejati, asal mula segala makhluk, curahkanlah seberkas cahaya-Mu untuk menembus kegelapan akal budiku. Ambillah dariku kegelapan ganda yang menyelimutiku sejak lahir, suatu ketidak-mengertian karena dosa dan ketidak-tahuan. Berilah kepadaku, pengertian yang tajam dan ingatan yang kuat dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu dengan benar dan mendasar. Karuniakanlah kepadaku talenta untuk menjelaskan dengan tepat dan kemampuan untuk mengutarakannya dengan saksama, luwes dan menarik. Tunjukkanlah bagaimana aku memulainya, arahkanlah perkembangannya dan bantulah sampai kepada penyelesaiannya. Kumohon ini demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Review Kursus

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Ā