Orang Muda Katolik (OMK) di tengah arus hubungan antar agama dan kepercayaan (HAK)

1. Meluas Sejak ”Zaman Kita

Arus dialog antar-agama makin kuat sejak 1960-an. Seperti teologi pembebasan, teologi pluralisme agama-agama memiliki akar resminya dari Konsili Vatikan II (1962-1965), dan benihnya diperkenalkan kepada Gereja oleh Paus Paulus VI dalam ensikliknya Ecclesiam Suam (6 Agustus 1964). Teologi pluralisme agama-agama ini merupakan buah dari panggilan Konsili bagi Gereja agar berada dalam dialog dengan agama-agama lain. Jika teologi pembebasan mengambil titik pijak pada dokumen Gaudium et Spes (“Kegembiraan dan Harapan”), maka teologi pluralisme agama-agama berpijak pada dokumen Nostra Aetate (”Zaman Kita”), deklarasi hubungan Gereja terhadap agama-agama non-Kristen. Walaupun dokumen yang ditetapkan tahun 1965 ini ini singkat saja, hanya 5 artikel, namun telah secara signifikan mengubah sikap Gereja Katolik dalam membangun  hubungan dengan masyarakat dan agama-agama lain. Khususnya, artikel di bawah ini sangat revolusioner, paling tidak menurut standard Gereja tahun 1960-an:

”Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama [!: The Catholic Church rejects nothing which is true and holy in these religions]. Dengan sikap hormat dan tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang” (NA, 2). Sampai di sini kita teringat pula akan Lumen Gentium : ”Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yg mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (LG, 16)

Catatan berikutnya dalam NA artikel 2 itu mengingatkan, bahwa Gereja tidak mau terjebak dalam indiferentisme:

”Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya (2Kor 5:18-19). Di sini ingatan melayang ke LG 14 yang berseru untuk orang Katolik sendiri: ”Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah pengantara dan jalan keselamatan yakni Kristus. Ia hadir dalam TubuhNya yakni Gereja. Dengan jelas-jelas  menegaskan perlunya iman dan baptis (Mrk 16:16; Yoh 3:5), Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja… Maka andaikata ada orang yang benar-benar tahu bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tak mau  masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan”

Alinea terakhir NA 2: ”Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta peri hidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada mereka.

Setelah itu, menguatlah arus dialog antar-agama dalam kepala dan anggota-anggota tubuh Gereja Katolik, dibandingkan era sebelumnya. Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC) dalam sidang-sidangnya sejak tahun 1990 – 1995 bergembira dengan arus teologi pluralisme. Tidak heran karena konteks Asia menuntut Gereja berdialog dengan agama-agama lain di samping dengan budaya-budaya  dan realitas kemiskinan. Memang, agama-agama besar terlahir di Asia. Bahkan penerbitan dokumen  Dominus Iesus 5 September  2000 oleh Kongregasi Ajaran Iman, yang menekankan karya penyelamatan Allah melalui Kristus dalam Gereja Katolik Roma,  yang sebenarnya mirip LG 14,  tidak mematahkan semangat dialog, selain malahan menegaskan bahwa alasan  dialog memang diakui muncul  karena adanya perbedaan dalam hidup bersama. Isu-isu teologis yang timbul sejak Dominus Iesus tetap menunjukkan bahwa sikap positif atas dialog tetap menempati 95%, sedangkan penolakan atas dialog pasca terbitnya dokumen itu hanya 1% (Edmund Chia, Towards a Theology of Dialogue: Schillebeeckx’s Method as Bridge between Vatican’s Dominus Iesus and Asia’s FABC Theology. Bangkok: 2003). Komisi Dialog atau Hubungan Antar Kepercayaan di FABC, KWI serta Keuskupan dan Paroki pun dibentuk untuk mengembangkan dialog dengan agama-agama lain, memantapkan hubungan ekumenis, dan relasi dengan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dialog kemudian berkembang dalam tujuh (7)  bentuk: (1) dialog kehidupan, (2) dialog dalam hidup sehari-hari, (3) dialog karya, (4) kerja sama antar lembaga, (5) dialog pakar, (6) pemahaman dalam persahabatan, (7) dialog pengalaman religius. Dengan demikian sebenarnya bisa ditegaskan  kebenaran  iman kita ini: Allah sendiri-lah yang menghendaki ”keluar dari dirinya sendiri”, mendatangi manusia untuk berdialog dengan manusia untuk menyelamatkan manusia.

2. Realitas Orang Muda Katolik (OMK) Dalam Arus Dialog

Rapat Pengurus Komisi Kepemudaan KWI 12 Februari 2009, menegaskan agar klausul ”mengembangkan wawasan dan pengalaman dialog dengan agama-agama lain” dimasukkan dalam rancangan Pedoman Pastoral OMK. Usulan atas kalimat itu dalam Pedoman Pastoral OMK itu bukannya tanpa alasan. Arus zaman menuntut kita berdialog antar agama, dan Komisi Kepemudaan semestinya mengajak OMK berlatih berdialog. Maka, dialog antar-agama mesti menjadi perhatian Komisi Kepemudaan pula. Kita tahu dari pengalaman, betapa urusan Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) selama ini terkesan menjadi urusan orang tua. Padahal di lapangan, banyak ajakan berdialog kepada OMK di tingkat paroki, kevikepan/dekenat, maupun keuskupan, dan nasional baik oleh pemerintah maupun majelis agama-agama dan forum-forum lintas agama. Kebutuhan untuk menampilkan OMK dalam panggung dialog ini hendaknya bukan hanya karena desakan rasa malu karena selama ini kita sukar memenuhi undangan dari saudara-saudara kita karena minimnya OMK yang mau dan mampu terlibat, namun hendaknya didorong dari dalam oleh ketulusan hati yang penuh syukur atas kasih Allah yang menggapai semua orang.  Kesungguhan untuk melibatkan OMK dalam HAK sebenarnyalah bukan karena OMK kita selama ini ”mengkawatirkan” jika harus menjelaskan pengetahuan iman Katolik mereka di antara teman-teman agama-agama lain yang begitu percaya diri, namun lebih-lebih karena perutusan oleh Tuhan sendiri untuk menaburkan  cinta kasihNya demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia.

3. Harapan atas OMK di Tengah Arus Dialog Agama-Agama

Pastoral OMK mesti menganut blue ocean management. Karya kepemudaan tak bisa mengincar satu bentuk saja. Fokus Karya KomKep memang hanya satu yakni pengembangan OMK secara holistik pada katolisitas/spiritualitas, kepribadian, kemasyarakatan, kepemimpinan/organisasi dan profesionalitas.  OMK Indonesia dengan segala dimensinya harus berkembang, dengan program, bentuk dan cara kegiatan yang beraneka ragam dan banyak pilihan, termasuk pengembangan diri OMK dalam hal dialog antaragama dan kepercayaan. Oleh karena itu, pastoral OMK dalam konteks HAK semestinya:

  1. Menetapkan tujuan pelibatan OMK dalam HAK, berdasar needs analysis, tentu saja bisa dipakai berbagai alat analisis, seperti SWOT, dll, namun juga alat pikir tiga poros keadaban publik (NotaPastoral KWI 2004).
  2. Menetapkan desain program yang nyata dalam kerja sama dengan Komisi HAK. Pembinaan Orang Muda Katolik yang holistik, bersama Komisi HAK semoga berani membidik keberanian OMK agar menghayati iman dengan praktek hidup, aktif terlibat dalam hidup kemasyarakatan,  berjiwa pejuang wirausaha, menjalani studi dengan baik, mudah berefleksi, mudah mengayunkan hati dalam doa, dan ringan hati menjalin persahabatan dengan teman-teman agama-agama dan kepercayaan lain. Pendek kata, menghasilkan OMK yang siap berdialog dalam ketujuh bentuknya di atas dengan teman-teman agama-agama lain.
  3. Menumbuhkan minat OMK akan pengetahuan imannya. Kenyataan ini berbanding lurus dengan kemalasan membaca kekayaan iman dan intelektual, suatu depositum fidei yang dalam dan luas dari Gereja Katolik. Kemalasan dan minimnya pengetahuan iman yang menjadi suatu batu sandungan jika ingin suatu dialog yang lebih mendalam dengan teman-teman agama-agama lain. Apa yang mau didialogkan jika tak tahu persis mengenai aspek-aspek pengetahuan imannya sendiri? Apa bisa berdialog jika tidak terjun langsung dan segera bergaul dengan teman-teman muda  dari agama-agama lain?

 

4. Peluang

Zaman kita memberi peluang baru yakni  minat OMK akan teknologi informasi terkini. Jika orang muda Katolik mulai membangun jejaring  dalam berbagai minat dengan aneka milist, facebook, twitter, blog, website, tentu saja alat ini akan berguna pula bagi pengembangan jejaring muda Katolik penggerak HAK. Yang saya maksud bukanlah media kontak-kontak romantisme belaka, namun terlebih bagaimana memakai media internet untuk  menambah pengetahuan iman Katolik bagi OMK, dan berdialog dengan agama-agama lain dalam 7 bentuknya di atas. Beberapa website Katolik yang dikelola dengan baik oleh umat bisa ditautkan dengan website OMK dalam rangka membina HAK. Orang muda agama lain bisa diundang agar berinteraksi di dalamnya untuk berdialog. Semoga.

Yohanes Dwi Harsanto Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI. Tulisan ini pernah dipaparkan dalam diskusi Komisi HAK Regio Jawa, Februari 2009.

1.5 2 votes
Article Rating
19/12/2018
43 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Alfons Bethan
Alfons Bethan
10 years ago

Salam Romo. Adakah yang bisa membantu mengirimkan kepada sy contoh AD/ART OMK Paroki? Terima kasih sebelumnya, Tuhan memberkati.

[dari katolisitas: Apakah ada pembaca yang bisa turut membantu?]

Maria Angelina
Maria Angelina
11 years ago

Salam Kasih, Romo.
Saya ingin bertanya mengenai KKR Romo. Bolehkah seorang Katolik mengikuti KKR?

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Maria Angelina
11 years ago

Salam Maria Angelina, Pada prinsipnya agama Katolik sudah lengkap memiliki liturgi, sakramen-sakramen, tradisi dan doa yang sesuai dengan kehendak Kristus sendiri. Jika Anda berminat terhadap acara doa kebangunan rohani, maka hadirlah dalam acara KRK (Kebangunan Rohani Katolik, bukan KKR) yang diselenggarakan oleh Kelompok Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik. KKR sendiri yang kepanjangannya ialah “Kebaktian dan Kebangunan Rohani” sebenarnya ialah kebaktian, yaitu ibadah agama aliran-aliran denominasi Protestan. Kita umat Kristen yang satu kudus katolik apostolik, menghadiri perayaan sakramen-sakramen, ibadat sabda, perayaan iman kita sendiri termasuk KRK (Kebangunan Rohani Katolik). Salam RD. Yohanes Dwi Harsanto Tambahan: Silakan menyimak juga diskusi yang pernah membahas… Read more »

Stefanus Refi
Stefanus Refi
11 years ago

Maaf Romo saya mau tanya apa pentingnya retret bagi remaja Katholik ??

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Stefanus Refi
11 years ago

Salam Stefanus Refi, Retret berarti mengundurkan diri dari keramaian atau kegiatan hidup sehari-hari ke tempat yang tepat dengan jangka waktu tertentu, untuk lebih memusatkan diri pada Tuhan. Jika kita melakukannya, kita akan lebih terpusat untuk menemukan kehendak Tuhan atas diri kita masing-masing. Untuk remaja, retret sangat penting untuk lebih mengenal diri sendiri, mengenal sesama, mengenal Tuhan. Dengan retret, remaja akan lebih mengetahui dan menerima jati dirinya dengan jernih, dan mantap menjalani hidup ini menuju cita-cita yang selaras dengan panggilan Tuhan. Saya beri contoh gambaran retret remaja, dalam buku retret untuk remaja berjudul “Tuhan dalam Segalanya” buku 2, terbitan OBOR, 1986,… Read more »

Thomas Robiana Sembiring
11 years ago

Salam Hormat Romo …

Sebagai bagian dari OMK, kami menyadari juga peran kami Kader PMKRI dalam mengembangkan kaderisasi OMK yang berada di Perguruan Tinggi. Berkaitan dengan IYD, bagaimanakah kiranya pengaturan terhadap alokasi peran maupun partisipasi bagi OMK yang berada di basis organisasi kemahasiswaan katolik, baik yang berbasis di Intra Kampus (KMK), berbasis kedaerahan, maupun PMKRI?

Pro Ecclesia et Patria!
Ite Inflammate Omnia

Salam Hormat dari Ngayogyakarta Hadiningrat

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Thomas Robiana Sembiring
11 years ago

Salam Thomas Robiana Sembiring,

Indonesian Youth Day di Pontianak-Sintang dan Sanggau dengan pusat Sanggau, 20-26 Oktober 2012, dipercayakan kepada Komisi Kepemudaan Keuskupan masing-masing untuk merekrut peserta, termasuk kerjasama dengan karya kemahasiswaan dan ormas-ormas PMKRI dan Pemuda Katolik. Komisi Kepemudaan KWI menganjurkan Komisi Kepemudaan tiap keuskupan untuk menggalang kemitraan dengan ormas-ormas pemuda Katolik dan kampus. Karena Anda berdomisili di Yogyakarta, maka hubungilah Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang yang memiliki kewenangan penuh untuk mengatur hal ini.

Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

Eduar
Eduar
12 years ago

kapan kita pertemuan orang muda Katolik seluruh Indonesia?

[dari katolisitas: 20 – 26 Oktober 2012. Informasi lebih lanjut: http://www.orangmudakatolik.net/iyd-2012/%5D

Eduar
Eduar
12 years ago

yg pertama saya mengucapkan terimakasih romo atas jawaban di atas.

mau bertanya lagi…bagi saya apapun agamanya itu tidak masalah, maksud saya begini romo saya tidak merendahkan agama lain dalam bentuk apapun, tapi saya tidak suka kalau ada teman-teman saya pindah agama itu dengan alasan apapun, karena itu bentuk pelecehan terhadap agama tersebut. Pertanyaannya kalau kawin campur itu boleh kan romo? Klw boleh jadi gak mesti pindah agama orang menikah saja yg penting tetap berpegang pada agamanya.

Ingrid Listiati
Reply to  Eduar
12 years ago

Shalom Eduar,

Perkawinan campur sesungguhnya memang tidak dianjurkan oleh Gereja Katolik. Namun jika sampai tidak terhindarkan, maka pihak yang akan menikah dapat meminta izin (jika calonnya Kristen non-Katolik) ataupun dispensasi (jika calonnya non- Kristen) kepada pihak keuskupan, dan pihak Katolik perlu memenuhi janji agar mengusahakan sedapat mungkin agar dirinya tetap Katolik, membaptis anak-anak secara Katolik dan mendidik anak- anak secara Katolik juga.

Silakan disimak penjelasan yang lebih mendetil dalam artikel “Perkawinan Sah Kanonik Jika Salah Satu Tidak Terbaptis”, silakan klik. Dan dalam artikel “Perkawinan Campur beda Gereja”, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – https://www.katolisitas.org

Bertho
Bertho
12 years ago

Salam dalam Kasih Kristus Romo, saya mau tanya Romo, bagaimana, mana yang menyelamatkan, Iman atau Agama?

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Bertho
12 years ago

Salam Bertho, Maaf, istilah “Agama” dalam pertanyaan Anda saya pahami sebagai Gereja atau agama Katolik. Iman akan Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus menyelamatkan namun iman akan Allah Tritunggal itu bagaimana bisa menyelamatkan? Bagaimanapun, iman akan Allah Tritunggal ialah rahmat pemberian Allah. Maka orang yang menerima iman itu mestinya memperlakukan imannya itu sebagai relasi dengan Allah Tritunggal yang bisa: 1. Diungkapkan. Ungkapannya ialah doa-doa, yang jika ditulis akan menjadi rumusan doa. 2. Diakui, dinyatakan, yang jika ditulis isi pengakuan itu berupa rumusan syahadat atau credo. Dan pernyataan ini bisa diformalkan dalam baptisan. 3. Diwujudkan: yang bisa dicek tolok ukurnya… Read more »

aritra
aritra
12 years ago

Syalom Romo, saya mau nanya romo : apa hubungannya ajaran sosial agama dengan suara hati kristiani menurut ajaran agama kita..?

terimakasih

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  aritra
12 years ago

Salam Aritra, Menurut ajaran Gereja Katolik, hati nurani ialah sebuah instansi yang harus dihormati, karena dengan hati nurani orang memutuskan dan bertindak dengan bebas. Namun, hati nurani bisa salah karena ketidaktahuan orang itu. (Katekismus Gereja Katolik – KGK # 1790). Hati nurani bisa tumpul, buta, karena kesalahan orang itu sendiri yang tidak peduli untuk mencari yang benar dan baik, malas belajar, memelihara kebiasaan dosa. (Gaudium et Spes 16, KGK # 1791). Keputusan hati nurani yang salah bisa juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang Kristus dan Injil-Nya, contoh hidup yang buruk, perbudakan nafsu, salah mengartikan otonomi suara hati, menolak kebenaran ajaran Gereja… Read more »

aritra
aritra
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
12 years ago

terimakasih atas penjelasannya romo..

kalo begitu, kapan kah kita harus mengungkapkan iman kita, dan kapan saatnya kita mewujudkan iman kita itu..?

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  aritra
12 years ago

Salam Aritra,

Iman diwujudkan dalam perilaku, diungkapkan dengan doa, dirumuskan dengan syahadat pengakuan iman, dipertanggungjawabkan dengan tanya jawab, dirayakan dalam liturgi, diresapkan dalam renungan, dibayangkan selalu dalam pikiran. Kapan? Sekarang juga. Di mana? Di sini, di tempat ini.

Memang, karena keterbatasan kita, kita tidak bisa melakukan itu sekaligus. Namun secara integral kita menghayati iman dalam keberadaan nyata.

Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

aritra
aritra
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
12 years ago

Terimakasih banyak Romo. Semoga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari.

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
12 years ago

Salam kasih Romo Yohanes Dwi,
Dapatkah romo menerangkan lebih jelas lagi maksud dari ’Iman dipertanggungjawabkan dengan tanya jawab‘? Terima kasih sebelumnya. Damai Sejahtera.

Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Anastasia Rafaela
12 years ago

Salam Anastasia,

Dalam 1 Petrus 3:15, kita diminta mempertanggungjawabkan iman kita. Maka kita harus bisa mempertanggungjawabkannya. Antara lain secara intelektual, seperti yang dibuat dalam tanya jawab di website ini. Sebenarnya tanya jawab juga bisa dibuat untuk diri sendiri seperti misalnya: “Mengapa aku menjadi Katolik dan mengapa tetap Katolik? Siapa Kristus? Siapa Gereja? Mengapa Kristus mendirikan Gereja? Bagaimana harusnya sikap kita orang Katolik menghadapi kloning, homoseksualitas, kontrasepsi? Bagaimana sikap kita terhadap agama-agama lain?” dan sebagainya.

Salam,
Yohanes Dwi Harsanto Pr

Eduardus Suparto
Eduardus Suparto
12 years ago

mohon petunjuk untuk konsep dasar pendapingan OMK di seluruh indonesia…..mengingat sekarang banyak teman-teman muda katolik masuk dalam kelompok gabungan dengan yang protestan…dan banyak OMk pidah haluan, karena pemahaman yang dibuat dalam kelompok tersebut. mereka pindah agama

lalu apakah memang katolik dan protestan itu sama tau tidak perlu dibuat sama…karena menurut saya kita beda…dan kelompok doa yang dibuat bersama itu tidak benar…mohon penjelasan…karena banyak teman saya sudah masuk dlm kelompok doa-doa ini….dan jadi aneh….sya geram dengan semua ini…….klw memang kita beda…sebaiknya jangan legalkan kegiatan doa bersama itu…terimakasih….

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Eduardus Suparto
12 years ago

Salam Eduardus Suparto Ada 5 pilar pendampingan OMK Indonesia yang harus menjadi panduan bagi setiap pendamping di paroki dan kelompok doa: 1. Katolisitas. Yaitu rasa dan pikiran Katolik. Pendamping haruslah memberi pengertian mengenai makna menjadi seorang Katolik. Ajaran Katolik yang dasar harus diberikan dalam pendampingan. Spiritualitas Katolik harus menonjol. Dalam hal ini, secara pengetahuan, kita terbantu dengan sudah terbitnya buku “Katekismus Gereja Katolik” dalam bahasa Indonesia, juga untuk orang muda. Secara komunitas, harus pula digalakkan doa-doa Katolik dalam persekutuan-persekutuan doa, dengan disertai pemahaman yang tepat. Pendamping harus menanamkan rasa bangga menjadi Katolik dengan teladan nyata dan pengajaran. 2. Kepribadian: OMK… Read more »

Alwi
Alwi
12 years ago

Romo Yohanes,
Terima kasih atas artikelnya romo, Menurut saya kurang aktifnya OMK dikarenakan oleh beberapa hal
1. Orangtua, Banyak orangtua yang melarang anaknya mengikuti kegiatan OMK, karena menurut mereka hanya buang2 waktu dan tidak bermanfaat.
2. Pendidikan formal. Tuntutan pendidikan formal saat ini yang lebih mementingkan hasil formal. dan ini termasuk sekolah2 katholik.
3. Dewan Paroki. Kurangnya dukungan dari Dewan Paroki bahkan dari Romo Paroki sendiri.
mungkin Romo bisa memberikan masukan bagaimana mengatasi masalah2 tersebut diatas.
Terima kasih.

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Alwi
12 years ago

Salam Alwi. Terimakasih atas tanggapan Anda. Memang pandangan yang Anda sampaikan itu sempat muncul dalam dinamika penampingan OMK. Ada fakta bahwa orangtua tidak mengizinkan anaknya berkegiatan karena mengira tak ada hasilnya. Ada sekolah Katolik yang berorientasi pada hasil belajar saja (nilai ujian) sehingga mengabaikan sisi-sisi hidup OMK yang multidimensi. Ada pula sebagian pengurus Dewan Paroki yang mencap kegiatan OMK sebagai tiada berguna karena tidak segera tampak hasilnya. Dalam hal ini, sebenarnya kita harus mengingat filosofi dasar pendampingan orang muda. Bahwa membina OMK bagaikan menanam benih tumbuhan. Benih ini tidak seketika menghasilkan buah. Ia harus bertumbuh dalam proses, mendapatkan sinar mentari,… Read more »

mudika45
12 years ago

Terimakasih untuk Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr

Kebetulan saya adalah ketua mudika di wilayah, dan memang banyak sekali permasalahan yang harus di hadapi untuk membangun mudika di wilayah saya.
Setelah membaca artikel dari romo, wawasan saya sedikit bertambah dan semoga kedepannya saya bisa lebih maksimal dalam memajukan mudika di wilayah saya….

Salam sejahtera,
Mudika 4 & 5.

Johanes Baptista Setyastanto
Johanes Baptista Setyastanto
12 years ago

Sungguh sangat menarik kalau kita bicara soal kaum muda. Terlebih saat sekarang ini dimana arus informasi dari segala penjuru mengalir deras tanpa batas. Apa yang harus dan bisa kita lakukan dalam rangka pendampingan anak-anak muda generasi penerus kita? Dari hasil pantauan saya pribadi, maaf kalau salah, peran mereka khususnya di gereja seperti agak alergi. Ada yang pernah terucap dari antara mereka: “Gak sehati sih!” Maksudnya ketika harus “duduk bareng” bersama para sesepuh. What happen? Ini adalah pertanyaan yang menggelitik sanubariku saat itu. Saya pernah di DPP sebagai pendamping OMK. Dan kebetulan juga sampai saat ini saya masih getol keliling dari… Read more »

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Johanes Baptista Setyastanto
12 years ago

Salam Johanes Setyastanto Saya bertanya ke seorang tua (71 thn), apakah dulu ketika muda, suka berkegiatan bersama orang tua? Jawabannya: “Tidak. Saya suka bergaul dengan teman sebaya. Walaupun ada waktu di mana sebagai orang muda saya berkegiatan bersama dengan orang tua, namun pada dasarnya sebagai orang muda waktu itu, saya lebih suka bersama sesama muda, juga ketika kami mendengarkan pidato Bung Karno yang menggelorakan semangat kebangsaan… kami tetap bersorak bersama orang muda sebaya…”. Orang muda memang khas mau bergaul dengan hanya yang sebaya. Semua teori Psikologi Perkembangan menyatakannya dengan jelas. Pada saatnya nanti, mereka pun akan menjadi orang tua, dan… Read more »

Abel Sulung
Abel Sulung
12 years ago

Salam Romo Yohanes Dwi, Saya mau ikut sumbang saran mengenai OMK, Menurut saya rentang usia 13-35 tahun sungguh suatu rentang usia yang lebar, karena secara psikologis, Intelektual dll; anak(orang muda juga) usia 13 tahun, masih SMP, dengan seorang(orang muda juga) usia 35 tahun , sarjana, sedang mendaki puncak karir, sudah menikah dan jangan-jangan sudah punya anak usia 13, akan sangat berbeda. Sehingga perlu sekali dipikirkan dengan hati-hati pengelompokannya, dalam usaha mendampingi/menampung/memberi kesempatan untuk orang muda mengembangkan diri agar mulai/bisa mengambil peran dalam keseharian hidupnya sebagai warga Gereja, warga Negara, warga masyarakat sesuai dengan usia dan kemampuannya. Sayangnya, di beberapa paroki… Read more »

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Abel Sulung
12 years ago

Salam Abel Saya mengucapkan terima kasih atas saran Anda. Dalam praktek pastoral, memang para pelayan pastorl OMK mengelompokkan rentang usia yang panjang itu dalam beberapa penggal. Antara lain: Usia 13-17 = remaja (Pelajar SMP-SMA); 18-24 (Perguruab Tinggi), 25-35 = masa kerja, karir dan jodoh. Masih ada pengelompokan lain, namun rata-rata berdasarkan jenjang studi dan usia kerja. Memang, asalkan lajang, mereka tetaplah OMK. Maka, Komisi Kepemudaan tidak sendirian. Ada beberapa instansi lain yang berkolaborasi aktif dengan Komisi Kepemudaan untuk mendampingi OMK. Antara lain: Untuk rentang usia pelajar, ada Organisasi Pelajar Katolik, Remaja Katolik, SEKAMI/KKI/Komisi Karya Misioner, dan semacamnya. Untuk rentang usia… Read more »

Christian War
Christian War
12 years ago

Romo,….
saya skarang dlam sebuah dilema tentang kberadaan Tuhan,…Apakah dia bnar-bnar nyata?

[dari Katolisitas: silakan memabca terlebih dahulu artikel ini: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada?, silakan klik]

Ria
Ria
13 years ago

Syalom Romo… Maaf saya ikut nimbrung romo, tdnya mau cari bahan u rekoleksi OMK, ehh..kebaca artikelny Romo…skalian ja nanya Mo.. Romo, saya mau menyakan, bagaimana sebenarny peran OMK didalam Greja dan masyaakat? Karena slama yg saya lihat dan jalani, orang muda sering sekali tidak dipercaya dalam melakukan suatu hal, terutama dari orang tua dlam lingkup greja… ketika bersosialisasi juga tidak trlalu berperan aktif. yang mungin dikarenakan minoritas… Satu lagi Mo, bagaimana Greja memandang Katolik yg brpolitik, krna sring skali agama dibawa2 dlm perpolitikan yang sudah jelas2 bahwa politik sulit sekali untuk bersih dari kecurangan2.. Tlong dijawab ya Mo… dan trimasih.… Read more »

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Ria
13 years ago

Salam Ria Gereja Katolik mengakui bahwa OMK berperanan besar bagi penginjilan, hanya jika dipercaya, dipersiapkan dan dibantu. Masa muda sendiri merupakan saat belajar sebanyak-banyaknya, bergaul seluas-luasnya, dan saat bersiap diri menyambut estafet kepemimpinan dan pelayanan Gereja. Karena itu, orang tua seharusnyalah memberikan kepercayaan kepada OMK untuk berkembang. Jangan sampai orang tua bangga menjadi pengurus selama puluhan tahun, dan merasa sudah banyak berpengalaman. Mengapa? Karena bisa jadi yang ia banggakan sebagai “pengalaman” itu sebenarnya hanya “peng-lama-an” satu saja pengalaman yang diulangi rutin tiap tahun selama bertahun-tahun tanpa ada pembaharuan. “Peng-lamaan” itu juga tanda kegagalan dalam mempercayai orang muda untuk berkiprah. “Peng-lama-an”… Read more »

Philipus Riberu
Philipus Riberu
13 years ago

Salam Katolisitas…
Saya senang bisa menemukan blog OMK ini…. sangat berarti bagi saya karena saya bisa dikatakan jarang membaca artikel yang menarik soal OMK dan aksi2 yang di lakukannya… maklum pergaulan saya jarang dengan anggota2 OMK apalagi mengikuti kegiatannya. Karena itu dengan adanya blog ini saya senang bisa belajar lebih soal OMK dan iman akan Kristus Yesus… GBU.

Darmawan GUrning
13 years ago

syaloom… Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr
saya mau menanyakan
1. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa revolusi?
2. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa Industri?
3. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa konsili vatikan 2?
4. bagaimana pandangan gereja katolik terhadap kaum muda pada masa era globalisasi?

saya mencari hal tersebut di website tapi tidak menemukan jawabannya, mohon bantuannya…
terimakasih sebelumnya

Darmawan Gurning

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Darmawan GUrning
13 years ago

Salam Darmawan Gurning Kitab Suci kita bertaburan dengan kisah orang muda, baik pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Yesus sendiri sampai selalu muda. Ia memanggil orang-orang muda bersamaNya, menguduskan mereka dan mengutus mereka mewartakan Injil. Sepanjang sejarahnya, Bunda Gereja selalu berpesan pada orang muda. Pesan-pesan Gereja itu tersebar dalam berbagai situasi zaman. Untuk mencarinya tentu mungkin, namun betapa membutuhkan waktu. Paling gampang silahkan klik http://www.vatican.va lalu klik bagian WYD (World Youth Day), tepatnya http://www.vatican.va/gmg.html . Di situ ditayangkan aneka pesan terhadap OMK yang bertaburan dari zaman ke zaman oleh para paus. Namun demikian, kita sadar bahwa redaksi website Vatican pun… Read more »

Darmawan Gurning
Darmawan Gurning
Reply to  Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
13 years ago

Terimakasih banyak Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr atas bantuan dan petunjuknya,
semoga sukses selalu dalam pelayanannya, Gbu

Salam Kasih

Darmawan Gurning

RM. SYPRI TES MAU,PR
RM. SYPRI TES MAU,PR
Reply to  Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
12 years ago

Salam kenal romo Yohanes,
Kenalkan, saya rm Sypri Tes Mau,pr, projo keuskupan atambua, ntt. Saya senang membaca semua bahan yang romo muat, saya juga lagi cari bahan untuk pendampingan orang muda. Orang muda di keuskupan saya juga sedang semangat-semangatnya membangun hidup dan peran serta aktifnya dalam gereja dan masyarakat. semoga kita bisa saling memperkaya dalam banyak hal.
salam dan hormat

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  RM. SYPRI TES MAU,PR
12 years ago

Terima kasih Romo Sypri Tes Mau.
Salam saya untuk OMK Atambua. Saya senang mendapatkan sahabat seimamat yang bersemangat seperti Anda khususnya dalam mendampingi OMK. Tahun 2012 kita akan mengadakan Indonesian Youth Day. Di samping melalui surat ke Keuskupan, informasi mengenai Indonesian Youth Day 2012 akan tersebar di internet. Silahkan mencari dan mengikuti terus prosesnya. Semoga bisa terlaksana dengan baik.
Salam saya:
Yohanes Dwi Harsanto Pr.

Beslam
Beslam
13 years ago

Salam Katolisitas,
numpang tanya, apa perbedaan OMK, PMKRI dan MUDIKA ?, terimakasih

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Beslam
13 years ago

Salam Beslam, Mengenai OMK dan Mudika sudah pernah dijawab dalam artikel “OMK dan Penghayatan Imannya” dalam website katolisitas ini. OMK ialah semua orang yang muda (lajang usia 13-35 tahun) dan beragama Katolik. Sedangkan Mudika ialah kelompok OMK yang berbasis teritorial (lingkungan, stasi, wilayah, paroki, keuskupan). PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), merupakan organisasi massa (ormas) yang mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Di Indonesia, selain PMKRI, ormas-ormas Katolik lainnya ialah Pemuda Katolik dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Sebagai Ormas, mereka memiliki AD/ART. Ormas-ormas itu berkiprah di bidang kemasyarakatan. Sedangkan OMK dan Mudika berkiprah di wilayah internal Gereja.… Read more »

Anthonius Lolong
Anthonius Lolong
13 years ago

Salam Damai & Kasih Kristus. Maaf Romo, saya mo tanya apakah Gereja Katolik membebaskan penggunaan/ pengajaran lagu2 Rohani Non Katolik dalam Ibadah anak2, Mudika, bahkan ibadah Jalan Salib? Apakah Gereja Katolik kita memang kekurangan Lagu2 asli katolik? Kalau gereja Katolik membebaskan akan hal itu hendaklah para pimpinan/ rohaniwan Katolik menjelaskannya di hadapan Umat. Tapi kalau tidak, hendaklah menganjurkan kpd kaum awam Katolik,bagaimana sebaiknya. Sebab dari kenyataan yg ada sekarang setelah masuknya praktek2 seperti itu, unsur2 kesakralan/ keaslian ibadah Katolik sudah mulai kabur. Dan berefek pd pemahaman umat yg jadi brpandangan bhwa semua Gereja itu sama,sehingga bnyk pula yg mengikuti Gereja… Read more »

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  Anthonius Lolong
13 years ago

Salam Anthonius Lolong, Sukar mengukur kekurangan dan kecukupan stok lagu-lagu dalam ibadat Katolik. Seorang nenek yang dibesarkan dalam tradisi Katolik di masa lalu mungkin akan puas dengan satu lagu saja yang menjadi favoritnya seumur-umur. Namun bisa pula karena pergaulan yang dan komunikasi yang luas di zaman modern ini, seorang OMK tidak puas dengan lagu yang itu-itu saja. Dalam hal ini, Komisi Liturgi KWI dan Komisi Liturgi Keuskupan sudah dan terus membuat lokakarya musik liturgi untuk menambah khasanah lagu-lagu liturgi. Mengenai prinsip penggunaan lagu liturgi dan lagu rohani, ada di website ini bagian Sakramen dan Liturgi artikel Musik Liturgi. (silakan klik)… Read more »

David Richardo
13 years ago

Mau nanya nih Romo, ada gak website buat forum diskusi OMK?

Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr.
Reply to  David Richardo
13 years ago

Salam David Richardo,
Website OMK sedang dibangun oleh Komisi Kepemudaan KWI, semoga akhir April atau awal Mei nanti bisa diluncurkan. Sementara ini diskusi dibangun melalui FB – FB dan milist-milist.
Salam
Romo Santo

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
43
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x