Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini merupakan kelanjutan dari topik: “Beragama atau tidak beragama sama saja?”, silakan klik di sini untuk membaca topik tersebut.]

Pertanyaan:

Salam damai sejahtera

Pengasuh Katolisitas

Anda menulis sbb :

Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “JADI UNTUK APA SAYA HIDUP DI DUNIA INI ?”

Bagaimana jawabannya ?

Terima kasih
Salam
Mac

Jawaban:

Shalom Machmud,

Pertanyaan, “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?” sesungguhnya merupakan suatu refleksi seseorang kepada dirinya sendiri untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Cepat atau lambat setiap manusia umumnya akan bertanya seperti ini di dalam hatinya. Ini adalah sesuatu yang umum, karena sebenarnya Tuhan sendiri yang menanamkan dalam diri setiap orang untuk mempertanyakan tujuan akhir hidup yang akan dicapainya. Tuhan yang menciptakan kita, menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya, darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang.

Tuhan menginginkan semua manusia hidup berbahagia. Maka semua manusia umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu yang normal. Namun sayangnya, sering kali definisi kita tentang kebahagiaan, berbeda dengan definisi kebahagiaan menurut Tuhan. Pengertian kebahagiaan menurut Tuhan, diajarkan oleh Kristus di dalam Delapan Sabda Bahagia (lih. Mat 5).

Katekismus Gereja Katolik kemudian mengajarkan:

KGK 1718 Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat memenuhinya:
“Pastilah kita semua hendak hidup bahagia, dan dalam umat manusia tidak ada seorang pun yang tidak setuju dengan rumus ini, malahan sebelum ia selesai diucapkan” (Agustinus, Mor. eccl. 1,3,4).
“Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Karena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. Aku hendak mencari Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku, dan jiwaku hidup dalam Engkau” (Agustinus, Confession. 10,29).
“Allah sendiri memuaskan” (Tomas Aquinas, Symb. 1).

Dalam pelajaran Katekismus untuk anak- anak, diajarkan demikian (diterjemahkan dari Baltimore Catechism, dijelaskan oleh Father Bennet C.P, New York: Catholic Book Publishing Corp, 1964) p. 12-13):

Mengapa Allah menciptakan kita?
Allah menciptakan kita untuk menujukkan kebaikan-Nya dan untuk membagikan kepada kita kebahagiaan kekal-Nya di surga.

Apa yang harus kita lakukan agar memperoleh kebahagiaan kekal di surga?
Untuk memperoleh kebahagiaan kekal di surga kita harus mengenal, mengasihi dan melayani Allah di dunia.

Dari siapa kita dapat mengenal, mengasihi dan melayani Allah?
Kita dapat belajar untuk mengenal, mengasihi dan melayani Allah, dari Tuhan Yesus Kristus, Allah Putera, yang mengajar kita melalui Gereja Katolik.

Walaupun ini adalah pelajaran tentang iman Katolik untuk anak- anak, namun ada banyak orang dewasa yang tidak mengetahuinya. Bahwa sebenarnya, Tuhan menghendaki agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu sebenarnya diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia oleh Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik. Maka sekarang terserah kepada kita, bagaimana menyikapi tawaran Allah itu: Maukah kita mengikuti ajaran Kristus tentang kebahagiaan itu, ataukah kita mau mengikuti pengertian kita sendiri tentang kebahagiaan.

Kristuslah jalan, kebenaran dan hidup yang akan menghantar kita kepada Allah Bapa (Yoh 14:6) di mana kita akan menemukan kebahagiaan kita yang sempurna. Allah yang menjanjikan pengharapan ini adalah Allah yang setia (Ibr 10:23). Maka, jika kita mencari KerajaanNya dan kebenaran-Nya di dunia ini, maka Tuhan akan setia mencukupkan kebutuhan kita, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Dengan kata lain, kebahagiaan di duniapun akan Tuhan berikan.

Sekarang pertanyaannya memang terpulang kepada kita, sudahkah kita mencari Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya? Sudahkah kita melaksanakan hukum Tuhan yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama kita? Sudahkah kita meresapkan Sabda Bahagia ini: miskin dan rendah hati di hadapan Allah, berbesar hati dalam kesusahan, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, hidup kudus, membawa damai, rela dianiaya demi kebenaran? (Mat 5: 3-10). Sudahkah kita sadari bahwa kita semua, baik awam maupun religius, dipanggil untuk hidup kudus? Selanjutnya tentang topik ini, silakan klik di sini. Seruan untuk hidup kudus ini merupakan pesan utama dari Konsili Vatikan II, 1962-1965, yang sangat relevan pada jaman ini.

Mari kita berdoa, agar kita dapat meresapkan makna kebahagiaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, dengan demikian dapat menemukan makna kehidupan kita yang sesungguhnya di dunia ini; sambil menantikan penggenapannya yang sempurna di surga kelak. Teladan ini secara jelas kita lihat dalam kehidupan para orang kudus, seperti Bunda Teresa dari Kalkuta, Yohanes Don Bosco, Fransiskus dari Asisi, Theresia (Therese) dari Liseux, dst. Mari dengan cara yang kecil dan sederhana kita melayani Tuhan, yaitu dengan setia menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita, demi kasih kita kepada Tuhan yang menciptakan kita; supaya dengan demikian, kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4.7 3 votes
Article Rating
15 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
setya
9 years ago

selamat pagi, Romo.

Romo, sy dibaptis Katolik dari sejak lahir.
Sekarang sy udah SMA tapi tetap tidak mengerti beberapa hal…

Darimana asal kehidupan ini?
Untuk apa adanya kehidupan ini?
dan akan seperti apa akhir daripada kehidupan ini?

Kenapa Tuhan pencipta kehidupan ini ada 3, Tuhan Bapa, Putra dan Roh kudus?

Darimana asal Tuhan Bapa?

Mengapa Tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?

Semoga Romo berkenan menjawabnya.
Trimakasih

pencariTuhan
9 years ago

Saya ingin minta maaf krn tidak semat membaca semua link yg berkaitan dgn ini. Kenapa sih manusia diberi hidup? Dn kalau boleh d persempit, kenapa ‘saya’ yang hidup, bukan ‘mereka’? Saya tidak pernah meminta. Setelah diberikan, kita tidak tau mengapa kita hidup. Kalau pun tau, hidupnya pasti berat. Ya. Berat. Sejak kapan hidup suci jd sebuah hal yg mudah? Kalau mudah, sdh byk org jd santo santa. Dan kapan kita bs bahagia? Kalau skrg kita sdh dlm keadaan yg berdosa, sdh mencoba mnjadi lebih baik, tp tetap saja kan, ‘akan ada waktunya’. Kenapa ga tuhan aja yang langsung memberikan sekarang?… Read more »

edit ristyan
edit ristyan
11 years ago

Hai katolisitas , saya mau bertanya tentang sebuah pernyataan , apakah tujuan hidup kita mati? Lalu kalau itu merupakan sebuah tujuan kenapa kita dilahirkan? Dan apakah itu berarti selama hidup kita meninggalkan sebuah proses dalam hidup dan mengabaikan hidup yg diberikan tuhan.

Agung
Agung
11 years ago

Shalom, baru-baru ini terlintas sebuah pertanyaan: Kita tahu bahwa manusia terdiri dari badan dan jiwa. Badan pasti akan mati, lalu jiwanya akan entah ke neraka atau ke surga. Jiwa yang ke surga disebut “tetap hidup” sedangkan jiwa yang neraka sering disebut dengan “jiwa yang binasa”. Pertanyaan saya, adakah jiwa yang binasa dalam arti yang sebenarnya? Jadi jiwa itu hilang, lenyap, tidak ada lagi. Karena meskipun di neraka/terpisah dari Tuhan, jiwa itu sebenarnya masih ada kan? Lalu apakah jiwa manusia itu memang tidak bisa dibinasakan/dimusnahkan kecuali oleh Allah sendiri? Yang saya tahu, manusia diciptakan untuk kekekalan, jadi jiwa manusia (sejauh yang… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Agung
11 years ago

Shalom Agung, Tentang jiwa yang dibinasakan dalam neraka diterangkan dalam Katekismus Gereja Katolik 1034-1035, sebagai berikut: KGK 1034.    Yesus beberapa kali berbicara tentang “gehenna”, yakni “api yang tidak terpadamkan” (Bdk. Mat 5:22.29; 13:42.50; Mrk 9:43-48), yang ditentukan untuk mereka, yang sampai akhir hidupnya menolak untuk percaya dan bertobat, tempat jiwa dan badan sekaligus dapat lenyap (Bdk. Mat 10:28). Dengan pedas, Yesus menyampaikan bahwa Ia akan “menyuruh malaikat-malaikat-Nya”, yang akan mengumpulkan semua orang, yang telah menyesatkan orang lain dan telah melanggar perintah Allah, dan… mencampakkan mereka ke dalam dapur api; di sanalah terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Mat 13:41-42), dan bahwa… Read more »

piet
piet
13 years ago

untuk apakah kita harus bangun pagi dan bekerja banting tulang sampai larut malam, kalau rejeki kita hanya derita dan tidak dapat menikmati rasa bahagia padahal Tuhan memberikan segalanya secara cuma-cuma ? Apa yang salah disini ?

benedict
benedict
13 years ago

salam romo, pak Tay dan bu Inggrid saya ada pertanyaan terkait moral, namun saya tidak tahu buat topik yang pas, jadi saya ambil di sini aja. yang saya ketahui bahwa kita sebagai manusia wajib membantu sesama, salah satunya memberi sedekah kepada yang berkekurangan secara materi. Saya menghabiskan rutinitas saya di jakarta, dan saya melihat bahwa pengemis , pengamen itu banyak yang menjadi pekerjaan bukan keadaan, di sekitar jembatan penyebrangan saja contohnya itu sangat banyak, tetapi yang saya lihat dari mereka bahwa mereka hanya menaruh mangkok kosong saja, dan mengapa saya menganggap itu pekerjaan, karena saya lihat sendiri bahwa ketika pengemis… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  benedict
13 years ago

Shalom Benedict, Terima kasih atas pertanyaannya. Memang dalam menolong sesama diperlukan kebijaksanaan. Namun kalau dihadapkan pada pilihan: menolong tetapi tertipu atau tidak menolong namun melewatkan kesempatan berbuat kasih, mungkin lebih baik memilih menolong dengan resiko dapat tertipu. Tentu saja kita harus bijaksana dan menggunakan akal budi kita, serta melihat resiko yang harus ditanggung. Menurut hemat saya, memberi sedekah kepada para pengemis jalanan tidaklah salah, walaupun dapat saja mereka menipu. Apalagi dengan bantuan yang kita berikan tidak membuat kita miskin. Kalau kita memutuskan untuk tidak membantu mereka – dengan pandangan bahwa tidak mendidik mereka – maka tidak dapat disalahkan, sejauh kita… Read more »

Machmud
Machmud
13 years ago

Salam damai sejahtera
Pengasuh Katolisitas

Anda menulis sbb :
Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “JADI UNTUK APA SAYA HIDUP DI DUNIA INI ?”

Bagaimana jawabannya ?

Terima kasih
Salam
Mac

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Machmud
Machmud
Reply to  Machmud
13 years ago

Salam damai sejahtera Terima kasih pengasuh Katolisitas Dengan demikian kami umat Kristiani menjadi mengerti tentang : Untuk apa kami hidup didunia ini. Dibawah ini saya ingin menulis sedikit tentang hal ini barangkali ada manfaatnya buat pembaca situs ini [Dari Katolisitas: Kami akan menambahkan beberapa catatan pada point- point yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik] TUJUAN HIDUP UNTUK APA SEBENARNYA MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP INI ? Ada beberapa model kehidupan yang dijalani manusia selama hidupnya yang pendek didunia ini, dan diantaranya ialah : 1. HIDUP YANG SUKSES, Sejak kecil belajar disekolah mati2an supaya mendapat kepintaran dan gelar. Hatinya dipenuhi… Read more »

Machmud
Machmud
Reply to  Machmud
13 years ago

Salam damai sejahtera Dear pengasuh Katolisitas Terima kasih atas tambahkan beberapa catatan pada point- point yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Kalau boleh juga saya ingin menyampaikan sedikit pendapat saya yang berbeda dengan ajaran Katolik, tetapi bukan untuk memperdebatkannya. Terima kasih sebelumnya. [Dari Katolisitas: mungkin maksud anda Ibr 9:27: “…. manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.”] Menurut pemahaman saya manusia tidak semuanya mati satu kali, tetapi ada yang mengalami kematian dua kali. Alkitab menulis demikian [Dari Katolisitas: …………………………………………………………………………………………………………………………… Namun apakah diterimanya langsung segera sesaat setelah ia wafat, ataukah ia masih harus dimurnikan terlebih… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Machmud
13 years ago

Shalom Machmud, Terima kasih atas komentarnya. Mari kita melihat akan kematian yang pertama dan kedua yang mungkin anda percayai. Ibr 9:27 menyatakan “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,“. Kematian ini adalah mengacu kepada kematian fisik, yaitu saat kita dipanggil oleh Tuhan untuk meninggalkan dunia ini. Hal ini terlihat dari penghakiman yang menyusul setelah kematian manusia. Kemudian, Why 20:14 mengatakan “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.” Di ayat ini, kematian bukanlah merupakan kematian fisik (physical death), namun merupakan kematian yang bersifat… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
15
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x