Pertanyaan:
Shalom Bu Ingrid,
Bagaimana dengan lagu pop yang dinyanyikan untuk lagu pembukaan (awal misa) dan/atau lagu penutup misa? Apakah juga tidak diperbolehkan? Jika tidak adakah ketentuan KHK atau peraturan yang lain yang menyatakannya demikian?
Terima kasih.
Abin.
Jawaban:
Shalom Abin,
Saya tidak mengerti akan apa yang anda maksud dengan lagu pop untuk dinyanyikan di Misa. Sebab sebenarnya yang boleh dinyanyikan di Misa adalah lagu-lagu rohani, yang memang ditujukan untuk pujian dan penyembahan kepada Allah, jadi tentunya tidak termasuk lagu-lagu pop sekular, yang liriknya kemungkinan tidak sesuai dengan maksud tersebut.
Dokumen Vatikan II, tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium (SC), mengajarkan pentingnya peran musik yang sakral untuk digunakan pada perayaan Liturgi. Musik yang sakral ini merupakan kesatuan antara melodi dan lirik/ perkataannya yang memang merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan liturgi (lihat SC 112). Jika anda ingin membaca selengkapnya tentang musik yang sakral ini, silakan klik di sini, dan silakan membaca paragraf nomor 112 sampai 121.
Jika yang anda maksud di sini lagu-lagu yang berirama seperti lagu pop namun syairnya adalah lirik lagu rohani, untuk dinyanyikan sebagai lagu pembuka atau penutup, mungkin masih dapat didiskusikan. Sebab lagu-lagu yang ada di Puji Syukur, juga ada yang bernada gembira, dan seperti lagu-lagu rakyat popular. Mungkin diperlukan kebijaksanaan juga untuk menentukan sejauh mana irama tersebut masih dapat membawa umat untuk berdoa, dan bukannya malah membawa pikiran melayang untuk memikirkan hal- hal sehubungan dengan irama lagu pop tersebut.
Selanjutnya perlu diingat bahwa yang harus diperhatikan juga adalah syair dari lagu itu, sebab dikatakan, “Syair-syair bagi nyanyian liturgi hendaknya selaras dengan ajaran Katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab suci dan sumber-sumber liturgi.” (SC 121). Maka lagu- lagu yang dinyanyikan dalam liturgi harus mempunyai irama yang membawa ke suasana doa, namun juga syairnya sesuai dengan ajaran Katolik. Sebab prinsip yang dipegang oleh Gereja Katolik adalah “Lex orandi, lex credendi“: apa yang didoakan adalah apa yang dipercaya/ diimani (lih. KGK 1124). Jadi apa yang dinyanyikan (yaitu doa yang dimadahkan), itu harus menjadi ungkapan kepercayaan iman kita.
Dengan prinsip ini maka lagu-lagu pop dengan syair yang tidak berkaitan dengan iman Katolik atau syair yang tidak sesuai dengan iman Katolik, tidak dapat dinyanyikan di dalam liturgi Gereja Katolik.
Semoga uraian singkat di atas menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Syalom Pengasuh Katolisitas. Mungkin pertanyaan saya agak melenceng dari topik. Saya adalah penggemar musik terutama aliran Rock (progressive rock, tapi bukan underground lo..) Apakah ada anjuran dari gereja tentang musik-musik aliran Rock tersebut bagi umat.?karena banyak orang yang berpendapat bahwa musik rock bisa menjauhkan kita dari Tuhan (rock cendreung dekat dengan musik setan) akan tetapi dari pengalaman pribadi saya sejauh ini musik (rock) yang saya dengarkan tidak menjauhkan saya dari Tuhan. mohon pencerahan nya. Terimakasih. Selamat berkarya dalam Kristus tim Katolisitas. [Dari Katolisitas: Nampaknya yang penting di sini adalah ‘prudence‘/ kebijaksanaan. Silakan Anda menilainya berdasarkan nurani Anda, dan lihatlah apakah… Read more »
Saya akui kesukaan saya terhadap musik sekuler (Rock) akan tetapi untuk ketenangan hati, fikiran dan jiwa saya, nyanyian dalam setiap liturgi dalam perayaan Ekaristi adalah yang utama untuk hidup saya.
Terimakasih tim Katolisitas atas pencerahannya. Semoga pimpinan rahmat Tuhan Yesus menuntun kita semua pada Bapa di Sorga. Amin.
ada suatu persekutuan pemuda/remaja dari berbagai gereja di daerah saya,
yang doktrinnya melarang anggota persekutuan memutar lagu-lagu sekuler,pertanyaan saya apakah Gereja juga melarang memutar lagu-lagu sekuler atau tidak?
Shalom Ignatius, Saya tidak paham dengan pertanyaan Anda, maksudnya lagu-lagu sekuler dilarang diputar di pertemuan persekutuan doa, atau semua anggota persekutuan dilarang secara total untuk mendengarkan lagu-lagu sekuler (baik di pertemuan persekutuan maupun di manapun)? Selama kita hidup di dunia, dan kita tidak dapat memisahkan diri secara total dengan dunia sekuler. Keterpisahan total dari dunia sekuler mungkin dapat lebih mudah tercapai jika seseorang hidup di gurun atau menyepi di biara. Namun dalam kondisi umum, kita tidak dapat menolak secara mutlak, segala yang bersifat sekuler. Maka diperlukan kebijaksanaan/ “prudence” untuk menanggapi dunia sekuler di sekitar kita: 1) agar jangan sampai iman… Read more »
Yth Katolisitas,
Bagaimana dengan lagu Bapa Kami MB 143, MB 145, MB 679, 680, 681
setelah kata-kata bebaskanlah kami dari yang jahat,
tidak ada kata-kata yang diucapkan oleh imam
“Ya Bapa, ………. sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus……”
jadi langsung sesudah kata-kata bebaskanlah kami dari yang jahat langsung “Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya”. Apa ini cara yang benar?
Shalom Chris, Jika kita berpegang kepada PUMR (Pedoman Umum Misale Romawi), seharusnya adalah demikian: PUMR 81 Dalam doa Tuhan, Bapa Kami, umat beriman mmohon rezeki sehari-hari. Bagi umat Kristen rezeki sehari-hari ini terutama adalah roti Ekaristi. Umat juga memohon pengampunan dosa, seupaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak jemaat untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan Bapa Kami bersama-sama dengan imam. Kemudian imam sendirian mengucapkan embolisme, yang diakhiri oleh jemaat dengan doksologi. Embolisme itu menguraikan isi permohonan terakhir dalam Bapa Kami dan memohon agar seluruh umat dibebaskan dari segala kejahatan. Baik ajakan imam dan Bapa Kami,… Read more »
Kalo buat saya pribadi, menyanyikan lagu pop rohani buat Tuhan itu sah-sah saja. Selama hati kita diarahkan ke Tuhan, mau kita nyanyi suaranya fals ato gimana juga, pasti Tuhan terima. Santo siapa gitu bilang kalo menyanyi yang benar untuk Tuhan sama dengan berdoa dua kali. Menurut saya, menyanyi yang benar itu adalah tentang sikap hati saat kita menyanyi untuk Tuhan. Apakah kita benar2 menyanyi untuk memuji dan memuliakan namaNya? Ataukah kita menyanyi untuk iseng? ato mungkin supaya orang lain muji2 kita? Itu kembali ke diri kita masing2 lagi. Terus kalo masalah apakah lagu pop rohani boleh di pake di misa… Read more »
Shalom FeFe, Memang menyanyikan lagu pop rohani buat Tuhan adalah baik, dan sah- sah saja. Tetapi jika dinyanyikan di saat perayaan Ekaristi, itu yang memang harus diperiksa, apakah sesuai dengan maksud liturgi. Sebab lagu- lagu di dalam liturgi harus merupakan ungkapan iman Gereja, yaitu secara mendasar harusnya merupakan pemakluman Sabda Allah, sehingga ini yang seringkali berbeda dengan lirik lagu- lagu pop rohani, yang umumnya lebih merupakan pengungkapan perasaan kepada Tuhan. Silakan membaca jawaban saya kepada Cinta, yang kurang lebih juga membahas tentang hal ini, silakan klik. Silakan juga membaca tanggapan saya kepada Yustinus, klik di sini. Tentang tepuk tangan yang… Read more »
Syaloom, Ketika saya pulang dr Lembah Karmel, disana saya agak bingung pada saat Misa hr minggu mereka dominan memakai lagu2 rohani yang bukan liturgi begtu, walaupun kami bernyanyi dengan sopan, tapi ada tepuk tangan di sana tp tidak berlebihan. Lalu ketika pulang memakai travel, banyak peserta bilang enakan lagu nya di gereja kaya gini ya, ga ngantuk, ga bosenin. Dan kebanyakan bukan OMK tapi ibu2. Ya sejujurnya saya juga merasa kalau pake lagu2 seperti itu mungkin gampang terhanyut oleh lirik dan nadanya yg enak didengar karena sesuai dengan culture jaman sekarang dan sangat membantu umat. Tapi saya juga menyukai musik2… Read more »
pertama-tama saya mohon maaf, saya tidak tahu dimana saya harus menuliskan pertanyaan saya, maka saya tulis di kolom pesan ini… Saya ingin bertanya,mengenai pemilihan lagu yang dipakai dalam suatu komunitas seperti persekutuan doa karismatik dalam Gereja Katolik, 1. Apakah ada batasan untuk pemilihan lagu2 yang dinyanyikan di komunitas persekutuan doa? Atau bebas, lagu dengan aliran musik apapun yang penting berbau rohani/ mengenai Tuhan kita Yesus Kristus? Jika ada batasannya, saya mohon untuk dijabarkan. Sekarang ini banyak lagu2 rohani dengan aliran pop&rock. Saya pernah mendengar dari saudara kita yg lain, untuk lagu rohani tetapi dengan musik pop&rock itu tidak boleh dipakai,… Read more »
Selain Madah Bakti dan Puji Syukur, kita di KAJ juga mempunyai Kidung Syukur.
[Dari Katolisitas: Namun Kidung Syukur sendiri sifatnya adalah “Ad experimentum” , (percobaan) seperti yang tertulis di Kata sambutan Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmaja SJ maupun di Kata Pengantar oleh Rm. Susilo Wijoyo, Pr, Ketua Komisi Liturgi KAJ]
Shalom Katolisitas, Setelah membaca thread ini, ada yang masih ingin saya tanyakan: 1. Mengenai Misa kharismatik, apa sebetulnya definisinya? Apakah karena beda lagunya saja? atau adanya penyembahan dalam bahasa Roh? Hal ini ditanyakan karena kadang disebutkan Misa karismatik hanya karena ada sebagian lagu2 pop rohani yang dinyanyikan. 2. Karena ada penggemarnya, sebagian paroki mencoba mengakomodasi lagu2 pop rohani dalam Misa sebulan sekali. Yang menjadi pertanyaan adalah setiap paroki ternyata mempunyai standard ganda tergantung siapa pemimpinnya. Kalau penyembahan rasanya ga ada, tapi ada yg cuma boleh lagu pembukaan, persembahan, komuni, dan penutup, selebihnya ikut lagu2 standar Puji Syukur/Madah Bakti, dan ada… Read more »
Shalom Teddy, Pertama- tama, perlu saya beritahukan di sini bahwa berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan sambil menunggu jawaban dari Romo Boli. Jika nanti ia memberikan jawaban yang berbeda, mohon abaikanlah jawaban saya, dan peganglah jawaban Romo Boli, karena beliaulah yang lebih berkompeten dalam hal Liturgi ini. 1. Sepanjang pengetahuan saya, pihak KWI (atau bahkan pihak Vatikan sekalipun) belum mengeluarkan patokan yang resmi tentang apa yang disebut dengan Misa Karismatik. Maka saya tidak mengetahui tentang batasan- batasan yang resmi diperbolehkan ataukah dilarang dalam hal ini. Mungkin sebenarnya istilah yang benar bukan Misa Karismatik, tetapi Misa Kudus yang dihadiri… Read more »
Salam
Trima kasih atas penjelasannya mengenai mukjizat pada gereja Katolik, yang semakin menguatkan iman dan menambah pengetahuan iman
Saya ada pertanyaan, beberapa hari lalu saya mendapat bbm dari teman yang isinya sbb:
Penting!!!
Melalui lagu “Alejandro” yg dipopulerkan Lady Gaga, iblis secara diam2 menyusup ke dalam kehidupan kita, mencuri dan menghancurkan jiwa anak2 Tuhan.
Kita bahkan tdk menyadari bahwa hanya dengan menyanyikan lirik lagu yg tampak tidak bermakna jahat dengan nada yang asyik, kita telah membuka celah untuk masuknya roh jahat!
Shalom Michael, Sebenarnya, saya kurang paham mengapa anda menanyakan hal lagu Alejandro di bawah artikel ‘Lagu pop dinyanyikan di Misa?’ Apakah anda pernah mendengar lagu tersebut dinyanyikan di misa? Nampaknya kok tidak mungkin. Walaupun hanya lagunya saja yang dipinjam dan liriknya diganti, tetap saja ini menyalahi aturan liturgi. Jika ini terjadi, alangkah absurdnya, dan silakan anda melaporkan kepada pastor kepala paroki, agar ditindaklanjuti, atau ke pihak keuskupan, jika laporan anda ke pihak paroki tidak mendapat tanggapan. Mengenai lagi Alejandro dan lagu- lagu pop anak muda lainnya yang sejenis dengan itu, memang kontroversial, yang nampaknya bukan semata karena liriknya tetapi juga… Read more »
Shalom Bu Ingrid, saya cukup senang dengan adanya tambahan lagu pop rohani saat Ekaristi. misalnya lagu ‘Tetap Cinta Yesus’ yang waktu itu dinyanyikan sesudah komuni. Sungguh saya merasa tersentuh bahwa betapa berharganya saya di mata Tuhan, karena saya sudi Ia terima dalam GerejaNya. Walaupun banyak yang mamandang lirik “…Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus SELAMANYA…”, dipandang oleh sebagian orang waktu itu sebagai sebuah “kesombongan rohani “. karena begitu yakin sekali dalam menyanyikannya, namun sungguh saya senang dengan lagu tersebut. Lalu apa pendapat ibu mengenai lagu “Dalam Yesus” yang dinyanyikan oleh Edward Chen?? Di mana ada lirik… Read more »
Shalom Stefanus, Liturgi bagi umat Katolik merupakan doa bersama seluruh umat Allah dalam kesatuan Tubuh Kristus, yang berdoa dalam kesatuan dengan Kepalanya, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Maka dalam perayaan- perayaan liturgi ini doa- doa Gereja tidak semata merupakan curahan hati setiap pribadi kepada Kristus, namun juga ungkapan iman kita bersama sebagai anggota Tubuh-Nya, kepada Allah. Maka seluruh lagu dan doa dalam perayaan Ekaristi, umumnya mengarah kepada pernyataan iman kita, sebagaimana diterima Gereja dari para Rasul (lih. KGK 1124). Dikatakan bahwa dalam liturgi saat Gereja merayakan sakramen, berlaku rumusan “lex orandi lex credendi, artinya “Peraturan doa adalah peraturan iman”… Cara doa… Read more »
Mungkin ada baiknya kita mengikuti petunjuk tentang musik Gereja, sehingga tidak ada salah kapra dalam menyanyikan sejumlah lagu pada saat misa berlangsung.
Saya seminaris dari seminari Santo Paulus Palembang, saya mau bertanya bagaimana sebenarnya kebenaran dari ekaristi kaum muda, apakah itu diperbolehkan dengan gaya ekaristi yang tidak semestinya (contoh: ada penderamaan, lagu memakai pop rohani, memakai band dsb.), bahkan saya masih resah karena seminari yang seharusnya ideal SC tapi sudah 3 kali mengadakan ekaristi kaum muda.
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini digabungkan karena topiknya sama]
nah kalau nyanyian Bapa Kami yang isinya tidak sesuai dengan Kitab suci (dasar biblis) bagaimana?
Falenta
Fr. Falenta, Ekaristi orang muda dengan penyesuaian bagi kelompok orang muda dimungkinkan. Ada pedoman yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan penyesuaian itu. Untuk itu perlu dipelajari gaya yang semestinya, dan bukan gaya yang tidak semestinya. Drama dapat dibuat, misalnya sebagai bagian dari homili, tetapi bukan untuk mengganti Pemakluman Sabda. Istilah lagu rohani (pop rohani) sebenarnya dipakai untuk lagu-lagu yang diciptakan dengan maksud-tujuan untuk dipakai di luar perayaan liturgi (Ekaristi). Pemakaian band dengan gaya yang tenang dan anggun, tentu bermanfaat bagi orang muda. Musik yang hingar bingar seperti biasanya dalam suatu bar, tidak menolong orang muda untuk sungguh beribadat. Orang muda dapat menunjukkan dan… Read more »
Salam dalam Kasih Kristus, Yth, Romo Bernardus Boli Ujan. Saya setuju dengan penjelasan romo tentang doa -doa yang biblis dan sebagai umat katolik saya bangga karena upacara liturgi maupun kalender liturgi semuanya sudah tersusun dengan teratur sehingga dapat seragam dan bila kita rutin mengikuti misa kudus selama 3 tahun berturut-turut, maka seluruh isi kitab suci berarti sudah kita baca, namun ada beberapa pertanyaan saya sbb: 1. Mengapa doa Bapa kami yang seharusnya juga biblis kata-kata agak sedikit berbeda dengan alkitab? (kata dikuduskan menjadi dimuliakan dan makanan secukupnya menjadi rejeki?), sedang di sisi lain ada beberapa lagu Bapa kami yang kurang… Read more »
Shalom Budiman, Saya sudah meneruskan pertanyaan anda ini kepada Romo Boli, namun beliau belum menjawabnya, maka saya berusaha membantu menjawab, sementara menunggu jawaban Romo Boli. Seandainya nanti beliau menjawb dengan jawaban yang berbeda dengan saya, maka anggaplah jawaban Romo Boli sebagai yang lebih benar/ tepat, karena beliaulah yang pakar liturgi, sedangkan saya bukan pakarnya. 1. Mengapa ada dua versi teks Bapa Kami.Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Beberapa lagu Bapa Kami yang teksnya kurang tepat, memang tidak dianjurkan untuk dinyanyikan, seperti contohnya Doa Bapa Kami versi Filipina, atau versi ‘Bandung Selatan’, karena tentu Gereja mengusahakan untuk… Read more »
Shalom Bu Ingrid, Terima kasih atas jawaban Ibu, kami dapat memahami sepenuhnya apa yang ibu jelaskan. Kami kini benar-benar semakin salut dan bangga dengan iman katolik kita, dimana semuanya telah ditentukan oleh Tahta Suci di Roma dan Bapa Paus kita.(memang selayaknya begitu ya sehingga tidak terpecah-pecah oleh pendapat individual yang seolah olah mewakili gereja katolik). Hanya tentang teks doa Bapa Kami ini yang masih kami nantikan jawabannya juga dari Rm. Boli karena kami juga pernah menerima pertanyaan yang sama dari teman seiman dari gereja yang lain. yang tidak dapat kami jawab dengan memuaskan. Menurut pendapat kami, gereja katolik itu dari… Read more »
Shalom Budiman, Nampaknya anda harus mendefinisikan terlebih dahulu apa yang anda maksud dengan ‘perubahan’. Sebab, dalam hal ajaran, Gereja Katolik tidak berubah. Yang kemungkinan berubah adalah cara penyampaian ajaran itu, dan bukan ajarannya. Mungkin lebih tepat untuk mengatakan bahwa Gereja Katolik mengalami pertumbuhan dan bukan perubahan, jika itu menyangkut soal doktrin/ ajaran. Hal pemakaian Puji Syukur atau Madah Bakti, tidaklah menyangkut ke soal ajaran, namun hanya variasi cara menyampaikan. Maka silakan saja pihak keuskupan memutuskan, dan kita sebagai umat mengikuti keputusan tersebut. Hal inkulturasi tentu masih dapat dilakukan, ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Maksud inkulturasi adalah untuk… Read more »
Shalom Bu Ingrid,
Terima kasih atas jawabannya.
Kami paham dengan penjelasan Ibu, bahwa memang gereja bertumbuh melalui perubahan-perubahan yang lebih baik.
Kami tetap menantikan jawaban tentang perbedaan kalimat dalam doa bapa kami, untuk kalimat asli ‘makanan kami secukupnya’ dan ‘rejeki’ . Semoga ibu dapat membantu juga.
Sekali lagi terima kasih bu Ingrid,
Tuhan Memberkati.
Salam,
Budiman.
Shalom Budiman, Tentang mengapa diterjemahkan ‘berilah kami rejeki pada hari ini’ dan bukan ‘berilah makanan kami secukupnya’, saya mengacu kepada artikel karangan Scott Hahn, di link ini, silakan klik. Ia menjabarkan di sana bermacam makna kata ‘roti’. Roti di sini mempunyai makna tidak terbatas hanya sebagai makanan jasmani. Berikut ini cuplikannya: “Pemberian roti di jaman dahulu adalah tanda kesejahteraan suatu kerajaan. Ketika kerajaan itu sedang jaya atau menang perang, maka para warganya menerima cukup roti “tanpa uang dan tanpa bayar” (Yes 55:1). Maka sejak jaman Kristen awal, “our bread/ roti kami” dalam doa Bapa kami diartikan tidak hanya sebagai kebutuhan-… Read more »
Salam kasih dalam Kristus, Terima kasih bu Ingrid untuk balasan jawabannya. Kami paham dengan penjelasan Ibu, memang kata “Rejeki” mengandung makna yang lebih luas daripada kata “Roti” yang dari teks aslinya sebenarnya yaitu “Makanan”. Sebenarnya semua pergeseran kata ini masih dapat diterima sepanjang tidak merubah makna yang termaktub dalam Injil sendiri. (Yang notabene Yesus sendiri mengajarkan dan menyatakan secara jelas kata ‘Makanan’). Pertanyaan awal saya adalah : *) Bila gereja dalam hal ini tahta suci, konsili maupun beberapa dokumen gereja (KGK, dll) menyetujui penggunaan kata tersebut yang disesuaikan dengan alasan “common sense” dll.,(Sehingga sudah tidak Alkitabiah Murni lagi), Bagaimana dengan… Read more »
Shalom Budiman, 1. Tentang kata ‘rejeki’ Agaknya anda salah paham dengan jawaban saya sebelumnya tentang kata ‘rejeki’ ini. Sebab penerjemahan ‘bread’ menjadi ‘rejeki’ ini bukan pertama- tama karena alasan common sense, melainkan karena memang arti kata dari kata aslinya, menurut terjemahan Vulgate/ Vulgata adalah, “panem nostrum supersubstantialem da nobis hodie/ Give us this day our supersubstantial bread” (Mat 6:11); di mana ‘bread‘ ini, seperti kata idiom, mempunyai arti lebih luas dari sekedar makanan. Prinsip umum dalam mengartikan Kitab Suci, Katekismus mengajarkan agar kita berusaha memahami maksud sang penulis pada saat menuliskan kalimat tersebut: KGK 109 Di dalam Kitab Suci Allah… Read more »
Syalom bu Ingrid, wah benar-benar luar biasa sekali penjelasan Ibu. Saya merasa sungguh di ‘buka’ kan mata hati saya dengan penjelasan Ibu. semakin menguatkan pengetahuan iman katolik saya. (penjelasan Ibu sempat saya ‘dokumen’ kan) dan akan saya resapkan untuk menjadi bekal yang dapat saya gunakan dalam memberikan penjelasan/pengajaran kepada teman-teman seiman yang lain. Saya tahu Rm. Boli masih belum memberikan penjelasan, namun apa yang Ibu jelaskan kepada Saya sudah sungguh-sungguh saya pahami sehingga saya tidak perlu lagi menunggu jawaban Beliau. Sekali lagi Terima kasih bu Ingrid, mohon maaf bila saya terlalu merepotkan tapi sungguh saya merasa bersyukur dengan adanya blog… Read more »
Salam kasih dalam Kristus, Bu Inggrid, dalam pembahasan tentang lagu Bapa Kami Filipina ini, saya ingin menanyakan ketentuan/keputusan resmi yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang bahwa lagu ini untuk tidak dinyanyikan dalam liturgi gereja, karena di Keuskupan kami bahkan YM Uskup dalam setiap misa lebih menyukai menyanyikan lagu Bapa Kami Filipina, saya coba untuk usulkan kepada Romo paroki untuk menggunakan lagu Bapa Kami versi dari KAJ yaitu gubahan Bp. Putut dan Totok tapi belum ada tanggapan. Selain itu saya baca dari buku tentang liturgi gereja, bahwa lagu Bapa Kami Filipina ini agak kurang tepat karena di akhiri dengan 3 kali… Read more »
Shalom Wibowo, Sambil menunggu jawaban dari Rm Boli, izinkan saya menjawab pertanyaan Anda. Jika nanti Rm Boli menyampaikan hal yang berbeda, silakan memakai jawaban Rm. Boli, karena beliaulah ahlinya dalam hal liturgi. Terus terang, saya tidak mengetahui apakah ada keputusan resmi dari otoritas Gereja tentang lagu Bapa Kami Filipina. Kalau ada dari pembaca yang mengetahuinya, silakan disampaikan. Sepanjang pengetahuan saya, alasannya mengapa Bapa Kami Filipina tidak dinyanyikan adalah karena teksnya tidak sama persis dengan teks doa Bapa Kami. Perbedaan teks inilah yang kemungkinan menjadi alasan, mengapa lagu Bapa Kami Filipina tidak dinyanyikan lagi. Doa Bapa Kami merupakan bagian dari teks… Read more »
Pastor Boli yang terkasih dalam Kristus, mohon agar DIPUBLIKASIKAN “pedoman yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan penyesuaian itu” di website ini. Mengingat demikian marak EKM di banyak paroki dan demikian banyak pula umat yang merasa kurang pas dengan materinya. Yang menjadi tanya tanya umat, apakah hal-hal yang demikian itu masuk kategori pelanggaran liturgi? Pengalaman pribadi saya ikut EKM di salah satu paroki : – Lagu Asereje (sudah diganti syairnya bertema rohani) plus pastornya joget-joget meniru gaya gerakan/koreografi lagu Asereje tersebut, posisi berdiri di belakang meja altar. – Kamulah Satu-satunya (Dewa 19 syair + lagu persis) – Satu (Dewa) – Lilin-lilin Kecil (Chrisye, syair… Read more »
Lalu bagaimana tanggapan romo jika ada doa yg “dipamerkan”-dipublikasikan lewat facebook?
dan secara harafiah jelas itu bertolak belakang dengan ajaran kitab suci tentang saat “Yesus mengajari doa Bapa Kami kepada para rasulNya ?”
Bagaimana ini bisa dipertanggungjawabkan?
Shalom Andika, Mari kita tangkap esensinya saja. Bahwa memang sebenarnya, doa pribadi kita dengan Tuhan adalah komunikasi antara masing- masing kita dengan Tuhan. Dan jika doa ini sifatnya pribadi (misalnya penyesalan kita atas dosa- dosa tertentu, atau intensi- intensi yang sifatnya juga pribadi) tidak perlu diumumkan. Namun di samping doa pribadi, kita juga mengenal doa yang dapat didoakan bersama- sama, atau jika seseorang justru bermaksud memohon untuk didoakan oleh orang lain. Maka jika ini maksudnya, maka dapat saja ia menuliskan doa/ ujud doa di FB, sama seperti di Katolisitas, juga terdapat beberapa pembaca yang memang memohon dukungan doa dari para… Read more »
Salam kasih dalam Kristus Ibu Inggrid
saya bertanya apakah ada perbedaan lagu rohani dengan lagu Liturgi ? apakah diperbolehkan lagu rohani yang tidak liturgis dinyanyikan dalam misa minggu bukan misa kategorial ?
Shalom Pujaka, Memang tidak semua lagu- lagu rohani dapat digunakan dalam perayaan Liturgi. Sebab lagu- lagu yang digunakan dalam Liturgi liriknya harus sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, yang memegang prinsip “lex orandi, lex credendi”, yaitu kata- kata dalam doa/ nyanyian liturgis itu menyatakan apa yang kita imani. Jadi kata- katanya itu sendiri bukan hanya merupakan ungkapan perasaan semata, tetapi harus merupakan ungkapan iman dan sesuai dengan ajaran Gereka Katolik, berpusat pada Misteri Paska Kristus. Katekismus mengajarkan: KGK 1124 Iman Gereja mendahului iman perorangan, yang diajak supaya menyetujuinya. Kalau Gereja merayakan Sakramen-sakramen, ia mengakui iman yang diterima dari para Rasul. Oleh… Read more »
Salam Pujaka, 1) saya bertanya apakah ada perbedaan lagu rohani dengan lagu Liturgi ? apakah diperbolehkan lagu rohani yang tidak liturgis dinyanyikan dalam misa minggu bukan misa kategorial ? Lagu rohani digubah untuk dipakai pada kesempatan non liturgis, sesuai dengan hasrat hati penggubah dan bersifat lebih personal meskipun akhirnya dipakai oleh banyak orang lain, lebih bebas dalam hubungan dengan teks dan kapan saja dipakai tak terlalu terikat pada waktu dan tempat, tidak perlu minta ijin dari pimpinan Gereja. SEBALIKNYA lagu liturgi adalah nyanyian yang digubah dengan maksud khusus untuk dipergunakan dalam perayaan liturgi sehingga harus memenuhi keinginan atau tuntutan Gereja… Read more »
Romo saya mau bertanya sebenarnya didalam misa kudus apa kita boleh menyanyikan lagu Maria? Kalau boleh dibagian mana yang bisa dinyanyikan? karna selama ini ada yang mengatakan boleh ada yang tidak. kalau pada lagu komuni yang kedua apa kita boleh menyanyikan lagui Maria? trimakasih Romo GBU…………………
Salam Didik,
Melihat isi teks antifon pembuka dan antifon komuni pada perayaan Santa Maria, yang mengungkapkan karya agung Allah dalam diri Maria sehingga kita menghormati Maria dan memuji Allah karenanya, maka dapat dipilih lagu-lagu Maria yang isinya kurang lebih sama dengan isi antofon-antifon itu untuk lagu pembuka dan lagu syukur sesudah komuni, juga lagu penutup.
P Bernardus Boli Ujan SVD
Misa adalah perjamuan kudus surgawi yang ada dibumi dimana Allah hadir dalam perayaan itu. Sudah selayak dan sepantasnya kita memuji Tuhan dengan lagu Rohani yang sesuai dengan liturgi. Kalau disposisi hati kita adalah untuk memuji dan menyembah Tuhan maka saya pikir lagu pujian-2 yg sesuai dengan liturgi tidak akan membosankan/hambar. Dulu, saya secara pribadi pernah merasakan bosan dan ngantuk ketika mengikuti Misa. Pokoknya tidak menarik. Itu karena saya tidak memahami makna dari perayaan Misa itu sendiri. Dalam hal ini saya tidak bermaksud mengatakan bahwa ada saudara-2 kita yg mengikuti Misa tidak mengerti, bukan itu maksud saya. Ini hanya sharing pengalaman… Read more »
Bagaimana caranya membantu ibu dan pak stef untuk memperbaiki salah ketiknya. Saya mau bantu sebisanya. Salam
Shalom Saulus,
Terima kasih atas kesediannya untuk memperbaiki kesalahan ketik pada dokumen Gereja. Untuk itu, silakan mengcopy (“block” teks dokumen, kemudian “copy”). Setelah itu “paste” di Microsoft Word. Silakan membetulkan kesalahan teks di Microsoft Word, dan kemudian simpan dengan nama sesuai dengan nama dokumen Vatican II (misal: Lumen Gentium, Dei Verbum, dll). Setelah itu, kirimkan dokumen tersebut ke e-mail: katolisitas [at] gmail.com. Cobalah terlebih dahulu dengan satu dokumen dan kirimkan ke alamat e-mail tersebut. Setelah semuanya benar, kemudian dapat dilanjutkan dengan dokumen-dokumen yang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org
Terima Kasih, atas jawabannya. Saya tidak mau menerapkan dalam konteks liturgi. Konteksnya hanya soal mendengarkan musik sehari-hari. Beberapa bulan lalu, pernah saya memasang pernyataan itu di status facebook saya. Kemudian si B (Bu Inggrid tentu tahu siapakah si B ini) memberikan komentar. Salah satunya adalah tidak mungkin saya bisa memuji-muji Tuhan di dalam hati, jika saya sedang mendengarkan lagu duniawi, karena kita tidak sempurna seperti Yesus. Sedangkan saya merasa kalau saya menyanyikan lagu rohani (baik yang katolik–puji syukur. maupun yang protestan), saya malah merasa tidak benar-benar memuji dari hati saya yang terdalam, saya merasa hanya mulut saya saja yang memuji-muji,… Read more »
Shalom Alexander Pontoh, Di luar konteks musik liturgi, maka setiap orang berhak menentukan sendiri apa yang mereka dengarkan sehari-hari, yang dipandangnya dapat membantunya untuk mengarahkan hati untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Saya percaya, jika maksud utama tertuju kepada Tuhan, maka kita akan menjadi lebih selektif dalam memilih musik-musik yang akan kita dengarkan. Tentu kalau dari segi idealnya, tentu lebih baik memilih lagu-lagu rohani yang dapat membantu anda mengangkat hati kepada Tuhan. Namun seandainya anda memilih musik ‘duniawi’, pilihlah yang liriknya baik dan menunjang iman. Sebab adakalanya bahkan dalam satu album, ada lagu-lagu yang baik namun ada juga yang kurang baik… Read more »
Bu Inggrid, Terima Kasih atas sarannya. Akan saya coba browsing album lagu-lagu rohani yang ‘pas’ dengan saya.
Shalom Bu Ingrid, Yang saya maksud dengan lagu pop adalah lagu pop umum atau biasa orang mengenalnya dengan lagunya ABG. Dan lagu tersebut dinyanyikan di awal/setelah komuni/lagu penutup misa. Jelas bahwa lagu tersebut bukan diciptakan untuk keperluan misa/liturgi baik syair maupun iramanya karena memang lagu tersebut adalah lagu pop umum/biasa. Namun mungkin dirasa oleh yang mengatur lagu pada misa tersebut syairnya “pas” dengan suasana/tema pada saat itu maka dipakailah lagu tersebut. Apakah dibenarkan hal tersebut karena ‘hanya’ dinyanyikan saat awal / penutup / setelah (bukan saat) komuni? Karena tampaknya pasturnya saat itu juga ikut bernyanyi / tidak keberatan dengan lagu… Read more »
Shalom Abin, Jika mau mengikuti ketentuannya, seharusnya lagu pop sedemikian tidak dapat dinyanyikan dalam Misa, entah sebagai lagu Pembukaan ataupun lagu Penutup. Karena prinsipnya kita tidak dapat mencampuradukkan lagu- lagu sekular yang dinyanyikan untuk maksud hiburan dengan lagu-lagu sakral yang ditujukan untuk memuji Tuhan. Akibatnya begini, misalnya dinyanyikan lagu pop tertentu, maka perhatian/ pikiran umat tidak lagi kepada Tuhan tetapi lebih kepada penyanyinya/ artisnya, atau kalau lagu itu berkitan dengan film, lalu umat dapat memikirkan tentang film tersebut, atau kalau paling maksimal merasa syahdu/ gembira, tetapi semua masih terbatas kepada seputar manusia, dan tidak sampai kepada Tuhan, yang harusnya menjadi… Read more »
“daripada mendengarkan lagu rohani tetapi hatiku tak memuji-muji Mu lebih baik aku mendengarkan lagu duniawi tetapi hatiku memuji-muji Mu”
Saya ingin tahu pendapat Katolisitas terhadap pernyataan diatas.
Shalom Alexander Pontoh, Jika pernyataan tersebut (lagu duniawi vs lagu rohani) diterapkan dalam konteks liturgi, maka jawabannya adalah seperti yang saya tuliskan di atas, silakan klik. Tidak pada tempatnya untuk menyanyikan lagu pop pada perayaan liturgi, karena pusat dari liturgi adalah Allah sendiri dan perayaan liturgi dimaksudkan sebagai ungkapan syukur Gereja sebagai Tubuh Kristus dengan Kristus sebagai Kepalanya, kepada Allah Bapa. Sehingga dengan pengertian ini, selera pribadi tidak menjadi tolok ukur untuk menentukan lagu-lagunya. Sedangkan jika konteksnya di luar liturgi, maka silakan saja tiap-tiap orang memilih musik apa yang akan didengarkannya agar hatinya dapat lebih terangkat kepada Tuhan. Harus diakui… Read more »