Ekaristi sebagai sakramen pemersatu

Pertanyaan:

terima kasih romo atas jawabanya? Tuhan sayang kita semua. ini saya mau tanya lagi:

1. apa sih Unsur-unsur pemersatu dalam Ensiklik Eclesia de Eucharisti art 23 gimana?
2. apa yang dimaksud dengan Ekaristi sebagai sakramen pemersatu?

Fr. Yarid

Jawaban:

Shalom Frater Yarid,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang Ekaristi. Mari kita melihat Ecclesia de Eucharistia (EE / Gereja Ekaristi), secara khusus EE, 23, dimana dikatakan:

23. Eucharistic communion also confirms the Church in her unity as the body of Christ. Saint Paul refers to this unifying power of participation in the banquet of the Eucharist when he writes to the Corinthians: “The bread which we break, is it not a communion in the body of Christ? Because there is one bread, we who are many are one body, for we all partake of the one bread” (1 Cor 10:16-17). Saint John Chrysostom’s commentary on these words is profound and perceptive: “For what is the bread? It is the body of Christ. And what do those who receive it become? The Body of Christ – not many bodies but one body. For as bread is completely one, though made of up many grains of wheat, and these, albeit unseen, remain nonetheless present, in such a way that their difference is not apparent since they have been made a perfect whole, so too are we mutually joined to one another and together united with Christ”.42 The argument is compelling: our union with Christ, which is a gift and grace for each of us, makes it possible for us, in him, to share in the unity of his body which is the Church. The Eucharist reinforces the incorporation into Christ which took place in Baptism though the gift of the Spirit (cf. 1 Cor 12:13, 27).

The joint and inseparable activity of the Son and of the Holy Spirit, which is at the origin of the Church, of her consolidation and her continued life, is at work in the Eucharist. This was clearly evident to the author of the Liturgy of Saint James: in the epiclesis of the Anaphora, God the Father is asked to send the Holy Spirit upon the faithful and upon the offerings, so that the body and blood of Christ “may be a help to all those who partake of it … for the sanctification of their souls and bodies”.43 The Church is fortified by the divine Paraclete through the sanctification of the faithful in the Eucharist.

Maaf, saya tidak mempunyai terjemahan Bahasa Indonesianya, mungkin Fr. Yarid telah punya dokumen tersebut dalam edisi Bahasa Indonesia. Nanti saya coba cari terjemahan resmi Bahasa Indonesia dari dokumen ini dan kemudian saya akan masukkan di sini. Dari paragraf di atas, maka kita dapat melihat beberapa hal yang penting, seperti: 1) Ekaristi sebagai pemersatu antara Kristus dan Gereja atau Tubuh Kristus, 2) Ekaristi mempersatukan masing-masing anggota di dalam Gereja, 3) Di dalam Ekaristi, Gereja dipersatukan dengan Tritunggal Maha Kudus. Dengan demikian jelas sekali, mengapa Sakramen Ekaristi disebut Sakramen Pemersatu, karena mempersatukan Gereja dengan Kristus, Trinity, dan antara anggota. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Ekaristi sebagai pemersatu tubuh Kristus dapat dilihat juga dari definisi Sakramen Ekaristi sebagai kurban Gereja, dimana Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1368) mengatakan

Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja, Tubuh Kristus, mengambil bagian dalam kurban Kepalanya. Bersama Dia ia sendiri dipersembahkan seluruhnya. Ia mempersatukan diri dengan doa syafaat-Nya kepada Bapa untuk semua manusia. Di dalam Ekaristi, kurban Kristus juga menjadi kurban anggota-anggota tubuh-Nya. Kehidupan umat beriman, pujian, kesengsaraan, doa dan karyanya dipersatukan dengan yang dimiliki Kristus dan dengan penyerahan diri-Nya secara menyeluruh, sehingga mendapat satu nilai baru. Kurban Kristus yang hadir di atas altar memberi kemungkinan kepada semua generasi Kristen, untuk bersatu dengan kurban-Nya.Di dalam katakombe, Gereja sering digambarkan seperti wanita yang sedang berdoa, dengan Lengan terbuka lebar, dalam sikap seorang Orante [sikap seorang berdoa]. Ia mengurbankan diri seperti Kristus, yang merentangkan tangan di salib, oleh Dia, bersama Dia, dan dalam Dia, dan mendoakan kepentingan semua manusia. (llih. KGK, 618, 2031, 1109)”

Dari KGK, 1368 dan EE, 23, maka kita dapat melihat bahwa di dalam Ekaristi terjadi persatuan kurban antara Gereja, sebagai Tubuh Mistik Kristus dan Kristus sendiri, sebagai kepala Gereja. Dengan demikian persatuan Kurban ini menjadikan Kristus dan Gereja sebagai kurban yang tak terpisahkan, dimana Kristus sendiri membawa Gereja – sebagai mempelai wanita yang kudus dan tak bercela. Dan ini ditegaskan oleh rasul Paulus, yang mengatakan “supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” (Ef 5:27).

Dan kalau Ekaristi adalah menghadirkan kembali misteri Paskah Kristus, maka kita juga mengingat bahwa Gereja lahir pada waktu darah dan air mengalir dari lambung Kristus. ((lih. Pius XII, Mystici Corporis Christi, 26, Christ began the building of the mystical body of Christ by His preaching of the kingdom of God and His precepts; He completed it on the cross; manifested and proclaimed it when He sent the Holy Spirit on the day of Pentecost. Thus in the cross, when the blood and water flows from His side, the Church is already conceived, and later finds its full manifestation in the Pentecost.)) Oleh karena itu, Gereja yang dilahirkan dari misteri Paskah Kristus tidak akan mungkin hancur dan terpisahkan dari Kristus, karena Kristus sendiri berjanji untuk melindungi Gereja-Nya, sehingga alam maut tidak akan menguasainya (lih. Mt 16:18).

2) Ekaristi juga mempersatukan masing-masing umat dalam Gereja. Persatuan masing-masing anggota tubuh Gereja, yang diumpakan sebagai tubuh yang mempunyai banyak anggota (lih. 1 Kor 12:12), hanya mungkin terjadi karena seluruh anggota diikat oleh Sang Kepala, yaitu Kristus. Hal ini sama seperti seluruh tubuh manusia diatur dari kepala. Oleh karena itu, semua umat yang berpartisipasi dalam Kurban yang sama, makan dan minum dari piala yang sama, diikat oleh Kristus sendiri. Rasul Paulus menegaskan “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1 Kor 10:17).

Dan KGK, 1396 menegaskan “Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja. Komuni membaharui, memperkuat, dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja, yang telah dimulai dengan Pembaptisan. Di dalam Pembaptisan kita dipanggil untuk membentuk satu tubuh (Bdk. 1 Kor 12:13.). Ekaristi melaksanakan panggilan ini: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor 10:16-17):
“Kalau kamu Tubuh Kristus dan anggota-anggota-Nya, maka Sakramen yang adalah kamu sendiri, diletakkan di atas meja Tuhan; kamu menerima Sakramen, yang adalah kamu sendiri. Kamu menjawab atas apa yang kamu terima, dengan “Amin” [Ya, demikianlah] dan kamu menandatanganinya, dengan memberi jawaban atasnya. Kamu mendengar perkataan “Tubuh Kristus”, dan kamu menjawab “Amin”. Jadilah anggota Kristus, supaya Aminmu itu benar” (Agustinus, serm. 272).

3) Dalam Sakramen Ekaristi, Gereja dipersatukan dengan Tritunggal Maha Kudus. Karena Ekaristi adalah misteri paskah yang sama 2000 tahun yang lalu, maka penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus dihadirkan kembali di dalam waktu, pada saat ini. Oleh karena misteri Paskah adalah merupakan persembahan Yesus kepada Allah Bapa, yang didasari oleh kasih yang sempurna, maka persembahan ini menjadi pertukaran kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera. Dan pertukaran kasih yang sempurna, yang dimanifestasikan di kayu salib melahirkan Roh Kudus, yang dimanifestasikan secara nyata pada peristiwa Pentakosta. Oleh karena itu, kalau Gereja, sebagai Tubuh Mistik Kristus turut mengambil bagian dalam Kurban Kristus dan dipersatukan oleh Kristus dalam setiap Korban Ekaristi, maka Gereja juga dipersatukan dengan Tritunggal Maha Kudus. Persatuan Gereja dengan Allah Roh Kudus terjadi karena Kristus. Kalau Kristus adalah Kepala Gereja, maka Roh Kudus adalah jiwa Gereja. Sama seperti Pentakosta terjadi setelah misteri paskah (penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus), maka Roh Kudus senantiasa tercurah kepada seluruh umat Allah pada saat mereka berpartisipasi dalam setiap perayaan Ekaristi.

Dari keterangan di atas, maka sangatlah jelas, bahwa persatuan 1) Gereja dengan Kristus, 2) antara anggota Gereja, 3) Gereja dengan Tritunggal Maha Kudus, hanya dimungkinkan karena Kristus sendiri melalui misteri Paskah Kristus. Dan karena Sakramen Ekaristi menghadirkan kembali misteri paskah ini, maka persatuan yang disebutkan di atas terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi. Semoga keterangan ini dapat membantu. Silakan juga membaca beberapa artikel di sini (silakan klik). Semoga Tuhan senantiasa memberkati perjalanan Fr. Yarid sehingga dapat menjadi pastor yang kudus.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

NB: Saya bukan seorang Romo, namun seorang awam.

4 1 vote
Article Rating
19/12/2018
2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Fr. Yarid
14 years ago

terima kasih romo atas jawabanya? Tuhan sayang kita semua. ini saya mau tanya lagi:

1. apa sih Unsur-unsur pemersatu dalam Ensiklik Eclesia de Eucharisti art 23 gimana?
2. apa yang dimaksud dengan Ekaristi sebagai sakramen pemersatu?

Salam – Fr. Yarid

[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Fr. Yarid K. Munah
Reply to  Fr. Yarid
14 years ago

terima kasih atas jawabnya. Tuhan sayang kita semua.

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x