Tentang Bahasa Roh

Berikut ini adalah beberapa tanya jawab tentang bahasa roh:

Sepanjang pengetahuan saya, memang Gereja Katolik belum mengeluarkan dokumen resmi yang mengajarkan mengenai bahasa Roh ini, walaupun pengajaran tentang Roh Kudus bukan merupakan sesuatu yang asing bagi kita, dan banyak terdapat dalam Kitab Suci. Salah satu pengajaran penting dari Magisterium tentang peran Roh Kudus terdapat dalam surat ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang berjudul, Dominum et Vivificantem (Roh Kudus di dalam kehidupan Gereja dan dunia). Dokumen tersebut membahas tentang peran utama Roh Kudus, yaitu untuk: 1) menginsyafkan dunia akan dosa, meyakinkan tentang kebenaran dan penghakiman (lih. Yoh 16:8) dan 2) memberikan kehidupan ilahi kepada kita dan menjadikan kita anak-anak angkat Allah (lih. Gal 4:6, Rom 5:5, 2 Kor 1:22; Rom 8:15). Mengenai yang terakhir ini kita alami pada waktu Baptisan dan selanjutnya di dalam sakramen-sakramen Gereja, sedangkan hal menginsyafkan akan dosa, kebenaran dan penghakiman ini, dapat kita alami sepanjang kehidupan kita di dunia.

Maka, pemberian karunia bahasa Roh, menurut ajaran Gereja Katolik, tidak terlepas dari misi Roh Kudus ini. Bahwa karunia berdoa dalam bahasa Roh yang otentik harus disertai juga dengan pertobatan, dan penghayatan akan kehidupan ilahi yang Tuhan berikan kepada kita melalui sakramen-sakramen.

1. Apakah tanda seseorang mendapatkan karunia berdoa dalam bahasa Roh?

Saya harus dengan jujur mengatakan bahwa karunia bahasa Roh ini lebih mudah dijelaskan kalau sudah pernah dialami. Sebab jika belum mengalami, maka akan sulit untuk menjabarkannya dengan kata-kata. Namun yang pasti ada beberapa prinsip yang berkaitan dengan karunia bahasa Roh ini.

a) Umumnya karunia ini diberikan pada saat/ setelah orang tersebut bertobat dan mempunyai komitmen yang baru untuk percaya dan berserah secara total kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.

b) Karunia berdoa di dalam Roh ini merupakan pemenuhan janji Rom 8:26, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

Oleh dorongan Roh Kudus, seseorang yang mendapat karunia bahasa Roh akan dapat berdoa dengan cara yang baru, yang tidak pernah dikenalnya sebelumnya. Pada saat ia memusatkan hati memuji Allah dan membuka mulutnya, maka ia akan mengeluarkan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” yang melibatkan pergerakan lidahnya, sehingga bahasa Roh kadang juga disebut bahasa lidah. Inilah yang dikenal dengan berdoa dengan bahasa Roh, di mana Roh Kudus sendiri yang membantunya berdoa.

c) Buah dari bahasa Roh ini adalah sesuai dengan buah Roh Kudus yang dijanjikan, yaitu, kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22). Maka pengalaman pada saat orang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh, pertama-tama adalah pengalaman akan kasih Tuhan, yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dengan suka cita dan damai sejahtera yang melimpah.

d) Seseorang yang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh ini dapat menggunakannya pada saat ia berdoa, namun ia mempunyai kuasa untuk menggunakannya atau tidak, ataupun mengendalikannya. Jadi bukan seperti orang ‘kesurupan’ di mana ucapan-ucapan menjadi tidak terkendali.

e) Umumnya seseorang dapat memperoleh karunia bahasa Roh dalam pertemuan doa yang dikenal dalam Seminar Hidup dalam Roh Kudus (SHDR), namun tidak menutup kemungkinan diperolehnya karunia ini dalam doa pribadi, doa rosario, maupun pada saat mendoakan Ibadat Harian, seperti yang pernah dialami oleh Fr. Raniero Cantalamessa, pengkhotbah kepausan di Roma, dan pada saat membaca dan merenungkan Kitab Suci, seperti yang dialami oleh Mother Angelica, pendiri EWTN (Eternal Word Television Network), atau saat berdoa Adorasi di hadapan sakramen Maha Kudus, seperti yang dialami oleh beberapa mahasiswa Katolik pertama yang menerima karunia Roh Kudus tersebut dalam ‘Duquesne weekend’ di tahun 1967.

f) Namun apapun caranya, akibat yang dialami dari orang yang menerima karunia bahasa Roh, adalah pengalaman dikasihi oleh Allah dan semangat yang luar biasa untuk membalas kasih-Nya, kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidupnya dan membina hubungan yang pribadi dengan-Nya. Pengalaman rohani ini mendorongnya untuk selalu selalu bertobat dan memperbaiki diri, dan melakukannya dengan senang hati. Selanjutnya, ada yang terinsiprasi untuk membaca Kitab Suci, mempelajari tulisan para Bapa Gereja, dan mempelajari imannya karena didorong oleh keinginan yang besar untuk semakin mengenal Allah dan Kebenaran-Nya. Ada pula yang terdorong untuk semakin memberikan komitmen dalam doa pribadi dan doa syafaat bagi orang lain, melibatkan diri dalam komunitas kerasulan awam, semakin menghayati misteri kasih Allah di dalam sakramen- sakramen dan sebagainya.

2. Ada orang yang berdoa dengan keras dengan bahasa tak dikenal. Apakah itu bahasa Roh? Bagaimana menafsirkan?

Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Agaknya sulit untuk menentukan, sebab terdapat beberapa faktor yang menentukan. Mungkin sebaiknya kita melihat kepada Alkitab untuk menyikapinya. Walaupun tidak secara eksplisit dibedakan, namun Alkitab menuliskan setidaknya terdapat perbedaan perwujudan doa dalam bahasa Roh ini:

a) merupakan doa pribadi, di mana Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan yang tak terucapkan (Rom 8:26). Jadi dalam hal ini, keluhan yang tak terucapkan tersebut merupakan bentuk doa pribadi, sehingga tidak memerlukan interpretasi untuk diketahui orang lain. Menurut pandangan saya, jika didoakan bersama dalam satu kesatuan/harmoni, bentuk doa ini, walau tidak diinterpretasikan, tetap terdengar indah.

b) merupakan perkataan dalam bahasa lain (salah satu bahasa di dunia), yang sebelumnya tidak diketahui oleh sang pembicara, yang dapat dimengerti oleh yang mendengarkannya, karena sesuai dengan bahasa yang dipergunakan oleh negara asal pendengar (lih. Kis 2:7-11).

c) merupakan perkataan dalam bahasa yang bukan merupakan salah satu bahasa di dunia, yang diucapkan kepada jemaat sebagai nubuat. Bahasa Roh ini memerlukan interpretasi, entah dari orang yang mengatakannya atau dari orang lain, dengan maksud membangun umat (lih. 1 Kor 14:5, 13), sebab tanpa interpretasi maka umat yang hadir tidak mengerti akan apa yang sedang dibicarakan. Untuk maksud inilah Rasul Paulus berkata, dalam pertemuan umat, setidaknya dua atau tiga mengucapkan doa bahasa Roh, dan dilanjutkan dengan interpretasinya (lih. 1 Kor 14:  27, 29).

Kebanyakan dalam pertemuan doa Karismatik Katolik, yang umum dilakukan adalah bentuk yang pertama (point a., berdoa pribadi dalam bahasa Roh bersama-sama) dan tak banyak persekutuan doa yang juga menyampaikan bentuk doa yang ketiga (point.c). Menurut pandangan saya, jika didoakan bersama dalam satu kesatuan/harmoni, berdoa bersama dalam bahasa Roh ini walau tidak diinterpretasikan, tetap terdengar indah (terutama jika didukung oleh tim musik ). Namun, jika ada orang yang kemudian mengucapkannya dengan keras di hadapan jemaat, yang dikenal juga dengan istilah “speaking in tongue”/ berbicara di dalam Roh untuk menyampaikan pesan Allah, maka dapat dimengerti bahwa hal ini baru dapat membangun keseluruhan umat jika ada yang menginterpretasikannya.

Jika tidak ada yang menginterpretasikan bahasa Roh ini, menurut Rasul Paulus, lebih baik digunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh semua orang, untuk membangun iman umat yang hadir (lih.  1Kor 14:19). Oleh karena itu, memang Rasul Paulus mendorong agar ibadat bahasa roh ini diadakan dengan tertib (lih. 1 Kor 14:33, 40). Maksudnya di sini, jangan sampai di pertemuan jemaat orang saling berbicara keras, yang melibatkan lebih dari tiga nubuatan dalam bahasa Roh namun tidak ada yang menginterpretasikannya.

Penafsiran bahasa Roh ini bukan suatu ilmu yang bisa dipelajari, namun merupakan karunia Tuhan. Karunia menafsirkan bahasa Roh ini dihubungkan dengan karunia bernubuat (lih. 1 Kor 12:10; 14:5). Rasul Paulus berkata, “Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang berkata-kata dalam bahasa Roh.” (1Kor 14:39)

3. Bagaimana meyakinkan bahwa bahasa Roh tersebut berasal dari Allah?

Yesus mengajarkan agar kita menilai baik dan buruknya suatu pohon dari buahnya (Mat 12:33). Maka khusus mengenai bahasa Roh ini, kita menilainya buahnya dari:

a) Jika karunia bahasa Roh tersebut memberikan pertobatan sejati yang terus menerus dalam kehidupan orang tersebut.

b) Jika karunia bahasa Roh tersebut menghasilkan buah yang baik sesuai dengan pengajaran Alkitab: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (lih. Gal 5:22)

c) Jika karunia tersebut menjadikan orang tersebut semakin rendah hati untuk bertumbuh di dalam iman dan pengenalannya akan Allah, dan untuk menggunakan karunia yang diberikan oleh Roh Kudus itu untuk membangun umat. Bagi umat Katolik, maka sikap kerendahan hati juga diwujudkan ketaatan kepada pihak otoritas Gereja Katolik.

Berikut ini adalah pengajaran Magisterium yang terdapat dalam Lumen Gentium 12:

“Selain itu Roh Kudus juga tidak hanya menyucikan dan membimbing Umat Allah melalui sakramen-sakramen serta pelayanan-pelayanan, dan menghiasnya dengan keutamaan-keutamaan saja. Melainkan Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat menyolok, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja; maka hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaannya yang sepantasnya, termasuk wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. (… but judgment as to their genuinity and proper use belongs to those who are appointed leaders in the Church). Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).”

d) Selanjutnya untuk memeriksa keotentikan karunia nubuat, ialah: nubuat itu harus sesuai dengan Alkitab dan yang diajarkan oleh Gereja Katolik, sebab Roh Kudus tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah pernah diwahyukan-Nya kepada Gereja.

e) jika nubuat yang disampaikan bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Gereja, apalagi kemudian tidak terbukti, maka dapat dikatakan itu bukan dari Roh Kudus.

4.  Dari point 1-3 di atas, maka saya telah menyampaikan secara ringkas tentang bahasa Roh; semoga berguna bagi anda.

Selanjutnya tentang karismatik, mungkin dapat kami uraikan lebih lanjut dalam artikel terpisah. Mohon kesabarannya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

3 7 votes
Article Rating
19/12/2018
64 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
martinus_kds
9 years ago

Shalom bu Inggrid.
Apakah betul Bahasa Roh itu sama dengan glossolali (maaf tulisan yg benar bgmn?)?
Membaca 1 Korintus 12: 10 di Alkitab edisi Bahasa Indonesia Masa Kini, mengapa kalimat Bahasa Roh diganti dengan “bahasa yang ajaib” ?

Terima kasih sebelumnya.

budiaryotejo
budiaryotejo
10 years ago

He3x…….saya juga bisa bahasa roh/lidah kok……..sy dapat bahasa roh krn tekun dan fokus doa pada Yesus…….. 2 ato 3 orang lebih berkumpul berdoa pujian penyembahan maka niscsya Tuhan akan mengkaruniakan bahasa roh itu diantara mereka. Namun sayangnya saya sendiri tidak mengerti maknanya. Dan pd umumnya sulit ato tidak dpt memaknainya diantara mereka yg berkumpul. [Dari Katolisitas: Jika berpegang pada perkataan Rasul Paulus dalam 1 Kor 14:14, maka memang kita tidak dapat menangkap dengan akal budi kita, jika kita berdoa dalam bahasa roh. Itulah sebabnya Rasul Paulus tetap menganjurkan agar kita selain berdoa dalam bahasa roh, juga berdoa dengan akal budi,… Read more »

Vinsensius
Vinsensius
10 years ago

Saya org khatolik,pa bnar org khatolik punya bhasa roh sndri?
Apkah d bnarkan pa bila da seseorang khatolik blajar bhsa roh d grja laen(slaen khatolik)?
N apkah cra org khatolik mengusir roh halus yg berusaha mengganggu,dan dgn d0a apkah? ?

M0h0n d jwb ,thank’s

Ioannes
Reply to  Vinsensius
10 years ago

Salam, Vinsensius Gereja Katolik mengimani bahwa Kristus berkarya dengan kuasa Roh Kudus pertama-tama melalui Gereja Katolik. Namun, Allah juga bebas berkarya diluar Gereja Katolik sesuai kebijaksanaanNya, termasuk di gereja-gereja non-Katolik. Bahasa Roh adalah salah satu dari sekian banyak karunia Roh Kudus yang tergolong Karunia Karismatis. Diatas karunia karismatis, ada karunia yang lebih penting bagi keselamatan jiwa, yakni Sapta Karunia Roh Kudus. Sapta Karunia Roh Kudus mengubah jiwa manusia menjadi jiwa yang berkenan pada Allah, sekalipun tidak mendapat karunia bahasa Roh. Mengenai Karunia Roh Kudus dan Manfaatnya dapat anda lihat dalam artikel ini – silakan klik. Sekarang, mari kita melihat pertanyaan… Read more »

Dendo
Dendo
10 years ago

Ada orang dari gereja sebelah yang suka menggembar gemborkan bahwa gerejanya adalah gereja yang benar karena banyak orang dari gerejanya yang memiliki karunia Roh Kudus seperti berbahasa roh, bisa menyembuhkan orang, dan mukjizat lainnya. Kemudian, orang itu mengatakan bahwa gereja katolik adalah salah karena tidak memiliki mukjizat seperti ini. Yang ingin saya tanyakan adalah apakah benar bahwa mukjizat (seperti berbahasa roh, menyembuhkan orang sakit, dll) yang katanya terjadi pada gereja seperti ini adalah benar benar mukjizat? Jika benar, apakah mukjizat ini berasal dari Tuhan? Mungkinkan Tuhan menggunakan gereja lain atau bahkan agama lain untuk menjadi sarana mukjizat seperti itu? Jika… Read more »

Jakobus Wiguna
Jakobus Wiguna
10 years ago

Dear Team Katolisitas, Saya terlibat diskusi dgn org yg ngakunya Katolik yg mengharamkan Karismatik Katolik dlm Gereja Katolik dan mengatakan Karismatik Katolik itu sesat. Dia berkata bahwa bahasa roh yg ada sekarang itu tidak otentik alias palsu. Para dlm Konsensus Patrum, bahasa roh juga ditolak. Berikut petikan komentar dari org tsb: “Bahasa roh yang asli ya yang terjadi pada Para Rasul, yang terjadi di Korintus dan diikuti dengan penafsiran, bukan seperti di Karismatik yang bukan bahasa manusia, tidak ada penafsiran, meracau tidak jelas dan sebagainya. Yang di Kisah Para Rasul itulah yang asli, yang sekarang di Karismatik tidak asli. St.… Read more »

j A Lebert
j A Lebert
Reply to  Jakobus Wiguna
10 years ago

Spt nya tim admin Katolisitas belum menjawab pertanyaan JW…..terkait Konsensus Patrum. Monggo…ditunggu tanggapannya….. [Dari Katolisitas: Sudah. Kuasa untuk mengajarkan interpretasi yang benar tentang Sabda Allah dalam Tradisi Suci dan Kitab Suci, ada pada Magisterium Gereja (Paus dan para Uskup dalam kesatuan dengannya), dan bukan pada pribadi para Bapa Gereja. Lagipula, tentang bahasa roh, belum dapat dikatakan bahwa telah tercapai suatu konsensus dari para Bapa Gereja. Yang mengatakan demikiana dalah pendapat perorangan dari teolog tertentu/ orang tertentu yang mereka sendiri pandang sebagai konsensus para Bapa Gereja (Consensus Patrum). Namun kuasa untuk mengatakan bahwa para Bapa Gereja telah mempunyai kesepakatan/ konsensus tentang… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
64
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x