Big bang dan manusia adalah percikan Allah?

Pertanyaan:

Sekedar sharing dari seorang pembelajar….

Manusia telah menjadi bukti paling otentik dari keberhasilan evolusi jagat raya. Sejak awal jagat raya, dari setitik big bang menjadi bilyunan bintang dan runtutan generasi semua makhluk dalam rentang bermilyar tahun.
Dan di tiap masa terjadilah lompatan genetik, menghasilkan evolusi dan seleksi alam seperti kondisi saat ini.
Adalah wajar bila ditiap generasi selalu ada sesuatu atau seseorang yang seolah melompat ke depan, seperti tidak hidup pada jamannya, bak tidak menginjak bumi, atau dianggap seperti datang dari planet lain. Karena itu menjadi hukum alam terjadinya lompatan genetik dari tiap jaman menuju evolusi dan kesempurnaan makhluk.
Di jaman purba ada Adam yang genetiknya melompat dari para makhluk purba. Teori Darwin bisa jadi memang benar (apalagi memang didukung bukti ilmiah). Sebagai makhluk berakal dan fakta bahwa hidup kita selama ini tergantung dan dipenuhi dengan fasilitas-fasilitas hasil sains dan ilmu pengetahuan, sudah sepatutnya kita respek dengan cara berpikir metoda ilmiah. Tapi disisi lain teori agama juga benar, ditilik dari bahasa agama yang biasanya penuh lambang dan multi tafsir, tidak ada yang benar-benar dapat membuktikan apakah Adam di surga itu ada di awang-awang atau sekedar symbol istilah hidup di suatu tempat di bumi juga, semisal di sebuah dataran tinggi yang subur bak surga. Tercipta dari tanah karena memang semua makhluk makan dari saripati tanah, yang mana dimakan lewat tumbuhan yang menyerapnya, dan memang kandungan tubuh kita pada dasarnya seperti unsur-unsur tanah juga: kalium, kalsium, zat besi, air, megnesium, etc. Jadi asal mula kita sebenarnya memang tanah, dan bumi adalah ibu kita yang sebenar-benarnya. Bumi dari pecahan matahari dan matahari dari pecahan galaksi dan galaksi dari pecahan big bang. Jadi memang kita adalah turunan ke sekian dari Big-bang…. Sebuah percikan ruh Tuhan. Karenanya semua dari kita mewarisi sifat-sifat Tuhan meski juga hanya sepercik “melihat”, sepercik “mendengar”, sepercik “mencipta”, sepercik “mengasihi”, dan lain-lain yang jauh dari sempurna. Dan gangguan lingkungan yang menyebabkan kadar sifat Tuhan dalam tiap individu jadi berbeda-beda.
Dan lompatan genetik di setiap generasi senantiasa ada. Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, Isa, Sidharta, Muhammad, Tao, Einstein, Alfa Edison bahkan dijaman kita kini para peraih nobel di berbagai bidang juga mewakili para pelompat genetik, meski tidak dengan lompatan panjang.
Jadi……. janganlah kita terlalu berlebihan….. menerka sang tuhan adalah ini dan itu. Padahal tidak ada hal yang bersifat materi (masih dalam lingkup 3 dimensi + dimensi waktu) yang tidak dipengaruhi oleh pemikiran dan opini pada jaman atau peradaban tertentu. Dan biasanya yang berkuasa pada jaman tertentu adalah yang menentukan arah sejarah. Kadang arahnya sedikit melenceng, kadang menyimpang agak jauh. Kebenaran 100% hanya ada pada fakta itu sendiri. Fakta pada waktu yang telah lewat hanya upaya pendekatan. Dan kembali lagi… dari semua pendekatan, yang paling ilmiahlah yang akan bisa dipertanggung jawabkan, ia tidak akan goyah oleh arus jaman yang kian maju dalam menemukan cara untuk mempersempit deviasi fakta sejarah. Hingga kelak mungkin manusia nyata-nyata bisa menembus kerucut waktu supaya bisa melihat realitas masa lampau.
Mungkin Tuhan memang ada dimana-mana sejak pancaran awal dalam kejadian Big-bang, termasuk serpihannya tersemburat dalam diri kita dan semua makhluk di jagat raya. Hanya selama ini kita terlalu dibutakan bentuk materi yang kasad mata. Padahal semua bentuk 3 dimensi yang kita lihat kasad mata, ternyata masih jauh dari dimensi tuhan yang asli yang entah punya berapa dimensi. Bahkan bila ditambahpun oleh dimensi ke-4 (waktu), yang kata stephen Hawking berbentuk kerucut, yang bila kita berada di ujung kerucut akan melihat masa lalu-masa kini-masa depan, tetap saja belum menjangkauNya.

Jadi….. terus dan teruslah mencari.
Dan manusia senantiasa akan berevolusi menuju kesempurnaan. Karena memang mereka mewarisi sifat itu. Namun, karena hanya terdiri atas percikan-percikanNya belaka, maka prosesnya memerlukan waktu panjang. Tapi siapa nyana kalau dulu orang terbang hanya angan-angan sekarang kenyataan…. Kini ada teknologi super konduktor, laser, microchip, dunia atom (nano technology), penjelajahan antar tatasurya, kloning, dan kini juga sudah ada simulasi Big-bang dalam terowongan baja raksasa berdiameter 27km dibangun di Eropa.
Dan semua akan kembali pada asalnya saat big-bang kembali pada titik awal. (terbukti dari hasil teropong ilmuwan kalau galaksi kita sedang dalam proses memuai, jarak antar bintang makin menjauh). Lalu dari fenomena supernova, dapat disimpulkan setelah titik mengembangnya jenuh, galaksi akan menyusut menjadi black hole. Itulah awal sekaligus akhir.
Dan….. saat sekian milyar juta tahun lagi itu….
Kita akan bergabung menjadi satu………………..

Regards – My Soul

Jawaban:

Shalom my soul,

Terima kasih telah berkunjung ke katolisitas.org dan terimakasih untuk sharingnya. Tentu saja hal yang wajar kalau kita mempunyai pendapat yang berbeda. Dan mari kita mendiskusikannya. Saya mencoba membuat point-point, sehingga mudah untuk mengulasnya. Dalam ulasan my soul dikatakan bahwa:

  1. Manusia merupakan bukti otentik dari keberhasilan evolusi jagad raya, yang bersumber dari teori big bang. Dan tiap masa terjadi lompatan genetik, menghasilkan evolusi dan seleksi alam. Dan ini seperti yang dikemukakan oleh teori Darwin, yang kebenarannya didukung bukti ilmiah.
  2. Agama hanya dianggap sebagai suatu simbol, yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
  3. Kita merupakan keturunan kesekian dari big bang, sebuah percikan Roh Tuhan, dan kita mewarisi sifat-sifat Tuhan, namun tidak sempurna karena terganggu lingkungan.
  4. Lompatan genetik termasuk: Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, Isa, Sidharta, Muhammad, Tao, dll.
  5. Jadi jangan terlalu berlebihan untuk menerka Tuhan itu siapa.
  6. Sejarah dibentuk dari yang berkuasa, yang kadang menyimpang. Kebenaran hanya ada pada fakta. Jadi kesimpulannya, yang paling ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan.
  7. Teruslah mencari karena manusia berevolusi menuju kesempurnaan.

Itulah point-point yang disampaikan oleh my soul. Sekarang, marilah kita telusuri satu persatu.

 

Point 1: Big bang dan teori Darwin:

  1. Big bang masih menjadi suatu teori yang belum tentu terbukti kebenarannya, karena semua masih berupa hipotesa. Dan yang menjadi masalah dari point-point yang disebutkan di atas “apakah semua hipotesa tersebut mengakui adanya campur tangan Tuhan ataukah hanya merupakan suatu kebetulan semata.” Jika hanya merupakan kebetulan semata atau “blind chance”, maka inilah yang bertentangan dengan agama yang mengaku akan satu Tuhan. Bagaimana pandangan Gereja tentang hal ini? Semoga jawaban disini dapat membantu untuk menjelaskan pandangan Gereja tentang hal ini.
  2. Kalau manusia adalah merupakan produk “kebetulan”, maka sungguh sangat tragis bahwa kita semua adalah produk yang tidak diinginkan, namun hanyalah suatu kebetulan semata. Ini sama seperti anak lahir namun tidak pernah diinginkan oleh orang tuanya, dan terjadi karena suatu kecelakaan.

Point 2: Agama hanya suatu simbol, yang akhirnya kembali ke teori big bang.

  1. Agama tidak hanya suatu simbol-simbol yang sama sekali tidak mempunyai dasar ilmiah. Bahkan teologi dapat disebut suatu science. Itu semua tergantung dari definisi science. Di jaman modern ini, orang mencoba membatasi science sebagai “empirical science”, seperti biologi, matematik, fisika, dll. Dalam definisi ini, tentu saja teologi bukanlah empirical science. Namun Aristoteles memberikan pengertian yang lebih luas tentang science, dimana didefinisikan sebagai “an ordered body of knowledge of an object through its fundamental causes.” Dari definisi ini, maka teologi adalah suatu science, karena objeknya adalah Tuhan sendiri dan semua yang berhubungan dengan Tuhan; dan fundamental cause-nya juga adalah Tuhan sendiri.
  2. St. Thomas mengatakan bahwa teologi tidak mempunyai self-evident principles yang berdiri sendiri, seperti matematika. Namun, teologi merupakan subordinate science yang meminjam prinsip-prinsipnya dari science yang lebih tinggi, yaitu dari wahyu Tuhan, dan ini dinamakan Science of God (omniscience). Jadi science ini berdasarkan wahyu Allah sendiri kepada manusia, dan sebenarnya merupakan science yang paling pasti, karena berdasarkan dari kepastian akan pengetahuan Tuhan yang tidak mungkin salah. Sebagai contoh, arsitektur meminjam prinsip matematika (higher science) tanpa berusaha membuktikan kebenaran dari prinsip matematika tersebut. Dalam hal teologi meminjam prinsip dari the Highest Science yaitu dari wahyu Tuhan.
  3. Teologi mempelajari “first cause” untuk mencoba menemukan “the uncaused cause” dan “unmoved mover” yang invisible. Sedangkan “empirical science” mempelajari “secondary cause” dari suatu fenomena yang visible/sensible. Dan keduanya dapat tidak bertentangan, karena secondary cause dapat terjadi karena the first cause. Untuk membuktikan ini, maka sebenarnya manusia mempunyai kapasitas akal budi yang dapat membuktikan keberadaan Tuhan yang Satu. Dan semuanya dapat dibaca di artikel ini.
  4. Secondary cause yang dicari dalam empirical science tidak dapat menerangkan semuanya. Seperti dalam kasus big bang atau teori Darwin, perlu dipertanyakan apakah sebab utama dari big bang, apakah sebab dari sebab tersebut, sampai pada satu saat, manusia hanya dapat mengatakan bahwa ada sesuatu di luar dari semua itu yang menciptakan sesuatu dari ke-tidak ada-an, dimana keberadaannya tidak tergantung dari yang lain. Ia disebut sebagai “uncaused cause” atau “unmoved mover”, dan kaum beragama menyebut-Nya, Tuhan.
  5. Atau teori big bang yang merupakan blind chance tidak dapat menerangkan tentang “human aspiration“, seperti kerinduan manusia akan truth, goodness, and beauty, and love. Juga blind change tidak akan dapat menerangkan keindahan dari alam dan komposisi galaksi yang begitu teratur, yang diatur dengan intelligent design. Sungguh sangat sulit untuk dipahami, bahwa rangkaian big bang yang merupakan rangkaian “blind chance” dapat menciptakan suatu yang teratur dan indah. Ini sama saja mengatakan bahwa simfoni indah yang dibuat Mozart adalah suatu kebetulan dari permainan alat musik yang dimainkan secara sembarangan oleh anak-anak.

Point 3: Kita merupakan percikan Roh Allah:

  1. Dari rangkaian big bang, kemudian disimpulkan bahwa kita merupakan percikan Roh Allah. Pertanyaannya adalah, kalau kita semua merupakan percikan dari Roh Allah, maka Allah seperti apa yang dipercayai? Apakah Allah yang mempunyai pribadi atau Allah yang tidak berkepribadian, yang hanya merupakan suatu energi? Kalau Allah hanya merupakan suatu energi, maka sebenarnya sangat tragis, karena energi levelnya di bawah intellect and will. Energi tidak mempunyai keinginan bebas, tidak mempunyai akal budi. Dan berdasarkan prinsip “sesuatu tidak dapat memberikan apa yang dia tidak punya”, bagaimana Allah yang merupakan suatu energi dapat memberikan intellect and will kepada manusia?
  2. Pemikiran bahwa kita dan semua alam raya merupakan percikan Allah adalah pemikiran Pantheism (dari kata pan & theos yang berarti semua adalah Tuhan dan Tuhan adalah semua). Yang menjadi masalah dalam pemikiran Pantheism adalah bagaimanakah identitas dari Tuhan? Bagaimana Pantheism menjelaskan bahwa ada good and evil di dunia ini? Apakah ini berarti bahwa Tuhan yang ada di dalam diri manusia adalah jahat? Bagaimana gangguan lingkungan dapat menyebabkan kadar sifat Tuhan dalam tiap individu jadi berbeda-beda? Lingkungan seperti apa yang menyebabkan kadar Tuhan dalam individu tertentu lebih besar dari yang lain?
  3. Bagi orang Kristen, Allah merupakan suatu pribadi, yang mempunyai intellect and will, dan oleh karena itu, Allah dapat memberikan intellect and will kepada manusia. Dan terutama bukan merupakan suatu gambaran abstrak, namun Allah yang turun ke dunia, dalam diri Yesus Kristus yang hidup pada masa pemerintahan Pontius Pilatus, yang dicatat dalam sejarah, termasuk oleh sejarahwan Yahudi, Josephus.

Point 4: Lompatan genetik dalam generasi ke generasi

  1. Perlu diperjelas apa yang dimaksud dengan lompatan genetik disini. Apakah orang-orang yang disebutkan di point 4 hanya berbeda karena lompatan genetik? Dalam artikel: 1) Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, 2) Inkarnasi adalah Immanuel, Allah yang beserta kita, 3) Kristus yang kita imani=Yesus menurut sejarah, 4) Yesus, Tuhan yang dinubuatkan para nabi, kami mencoba membuktikan bahwa Yesus bukan sekedar “lompatan genetik”, namun Yesus adalah Tuhan. Dan tentu saja Tuhan dan manusia bukan hanya berbeda dalam lompatan genetik, namun secara nature sungguh berbeda tak terbatas, seperti “nature” dan “grace” sungguh sangat /infinitely berbeda, yang bedanya lebih jauh dan infinite dibandingkan dengan perbedaan antara manusia dan cacing.

Point 5: Jangan terlalu berlebihan menerka Tuhan itu siapa

  1. Kalau menerka di sini mengakibatkan orang mencari, maka saya justru berpendapat bahwa adalah suatu hal yang sangat baik untuk mencari Tuhan, karena pencarian kebenaran lebih mulia daripada pencarian akan hal-hal lain. Kalau kita percaya bahwa jiwa kita adalah kekal, maka tidak ada yang lebih berharga untuk menemukan siapa yang menciptakan jiwa kita, dan mau kemana jiwa kita setelah kita meninggal. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang begitu penting dalam kehidupan kita.
  2. Tanpa kita mencoba menerka, atau lebih tepatnya mencari siapa itu Tuhan, maka sebenarnya kita juga berpegang pada suatu prinsip tertentu tentang ke-Tuhanan, misalkan: mengambil sikap bahwa Tuhan itu tidak ada. Jadi untuk mengambil suatu sikap, baik Tuhan ada maupun tidak ada, manusia perlu membuktikannya, yang tidak semua dapat dibuktikan dengan empirical science.
  3. Apakah asumsi pertama dari teori big bang? bahwa Tuhan tidak ada? ini adalah suatu asumsi yang tidak valid, karena untuk dapat membuktikan bahwa Tuhan tidak ada, perlu suatu pembuktian. Kita tidak dapat menarik suatu kesimpulan berdasarkan suatu premise atau preposisi yang belum terbukti benar. Jadi tentu saja tidak benar kalau kita berkata:Premise 1: Tuhan tidak adaPremise 2: Teori big bang membuktikan bahwa segala sesuatu adalah merupakan kebetulan.Kesimpulan: Karena semua terjadi secara kebetulan, yang berarti tidak ada yang mengatur, maka Tuhan tidak ada.

    Untuk sampai pada kesimpulan yang benar, maka premise 1 dan 2 harus benar. Dan untuk itu, pertama harus membuktikan bagaimana seseorang dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak ada.

Point 6: Sejarah dan fakta:

  1. Sejarah ditentukan oleh penguasa, dapat benar dan dapat juga tidak, dan hanya fakta yang berbicara. Namun pernyataan ini juga agak membingungkan, karena siapa yang dapat menentukan bahwa suatu fakta itu benar atau tidak. Dan tentu saja kita tidak dapat membatasi pada fakta yang hanya dapat dilihat dengan senses kita. Sebagai contoh, bagaimana kita dapat membuktikan bahwa kita adalah merupakan percikan Allah, seperti yang dipercayai oleh faham Pantheism.
  2. Bukankah dalam kehidupan kita, kita sering mempercayai sesuatu berdasarkan “trustwortiness of the witness”? Sebagai contoh, sebelum ditemukan DNA test, bagaimana seorang anakpercaya tentang keaslian ayahnya? Bagaimana membuktikannnya? kecuali dengan percaya akan perkataan ayah atau ibunya. Demikian juga dengan Agama Kristen, kita percaya karena saksi yang kita percayai, yaitu Tuhan sendiri. Dan ini juga dapat dibuktikan dengan “motive of credibility”, seperti yang dibahas dalam artikel: Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Silakan juga membaca artikel Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, yang memaparkan akan trustwortiness of the witness.

Point 7: Terus mencari

  1. Pertanyaannya, sampai kapan proses pencarian harus dilakukan? Pencarian yang tanpa henti dan tidak tahu tujuannya adalah pencarian yang sia-sia. Kalau ditanya, apakah yang dicari? apakah semuanya dapat menemukan jati diri manusia dan dapat menemukan siapa pencipta manusia? Pertanyaan yang paling utama dalam proses pencarian adalah tujuan. Tanpa tujuan yang jelas, percuma untuk mencari, karena pencarian akan berakhir dengan kebingungan. Pencarian tanpa akhir tidak dapat membuat manusia bahagia, karena hanya pada saat manusia menemukan apa yang dicari, maka manusia dapat beristirahat dan menemukan kebahagiaan. Atau apakah tujuan akhir dari hal ini adalah persatuan dengan Sang Sumber Energi? Kalau semuanya dapat bersatu, bagaimana menjawab masalah ketidakadilan? Apakah ada orang-orang tertentu yang mungkin tidak dapat bersatu dengan Sang Sumber Energi ini?
  2. Dalam Kekristenan, pencarian kita melalui Yesus, yang adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Pencarian ini akan berakhir pada saat manusia bersatu dengan Tuhan di surga, pada saat manusia bertemu dengan Tuhan muka dengan muka. Dan itulah kebahagiaan sejati, yang telah dapat kita rintis sejak kita hidup di dunia dengan berpegang pada ajaran-ajaranNya. Dan keadilan ditegakkan pada saat Penghakiman Terakhir.

Demikianlah jawaban yang dapat diberikan atas beberapa point yang dikemukakan my soul. Semoga jawaban-jawaban tersebut dapat membantu my soul untuk melihat bahwa beriman kepada Tuhan yang satu adalah sungguh sesuatu yang paling masuk akal, bahkan sebaliknya tidak beriman kepada Tuhan adalah sesuatu yang tidak masuk akal, seperti yang dipaparkan dalam artikel: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Dan saya berdoa agar dalam proses pencarian akan kebenaran, my soul dapat menemukan kebenaran itu sendiri, yaitu Tuhan.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
15 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
13 years ago

di twitter ada yg nge twitt begini :

“Manusia, aLam, Jagat raya, semua tak sempurna.. Jd sekiranya Tuhan yg menciptakan kita jg tak sempurna..”

pertanyaan saya :

(==_==) Tuhan tidak sempurna karena ciptaannya tidak sempurna?

Herman Jay
Herman Jay
13 years ago

Apa dasar alkitabiah sehingga orang bisa dan boleh berteologi.

Bagaimana mempertanggungjawabkan kegiatan berteologi secara alkitabiah?

Dualisme cahaya
Dualisme cahaya
13 years ago

Selamat pagi Katolisitas… Saya seorang katolik dan saya ingin curhat di halaman ini karena saya merasa ini salah satu rumah saya di internet. Saya masih muda dan sangat mencintai fisika. Banyak waktu saya saat ini dihabiskan dengan belajar fisika. Ada sebuah pertanyaan yang mengganjal di benak saya dan sedang saya pikirkan. Mengapa cahaya memiliki dualisme, sebagai partikel dan gelombang ? Satu-satunya zat yang ada di alam semesta ini, yang bersifat dualisme sebagai partikel (materi) dan gelombang (energi) adalah cahaya. Cahaya juga tidak punya usia.. Cahaya itu abadi… Di dunia ini hanya cahaya saja yang tidak punya usia. Saya (dan emua… Read more »

Tanya doang
Tanya doang
14 years ago

Bagaimana ya penjelasan tentang proses perkembangbiakan tuhan?

Olala
Olala
15 years ago

percaya teori evolusi juga ?

kenapa ya

GIORDANO BRUNO yang punya teori ALAM SEMESTA
sampai dibakar hidup-hidup
oleh Gereja Katholik pada tahun 1600 ?

GALILEO GALILEI yang mengatakan
bumi sambil ber-rotasi juga
ber-revolusi mengelilingi matahari,
juga dipenjara oleh Gereja Katholik pada tahun 1633,

bahkan PAUS PAULUS II
pada tanggal 31 Oktober 1992
hanya menyatakan PENYESALAN saja
TANPA MEMINTA MAAF pada
Giordano Bruno maupun Galileo Galilei
karena AROGANSI Gereja Katholik ?

anda juga percaya BIG BANG nya Stephen Hawking ?
lalu isi Alkitab bagaimana ?

Antonius H
Antonius H
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Salam dalam kasih/damai Kristus buat Olala,… Saya mencoba mengomentari bukan dari sisi teologis/ajaran, namun dari sisi lain. Kesulitan terbesar dari dialog2 antar agama adalah karena: Banyak orang berargumentasi berdasarkan pada pemahaman sepihak tentang “apa yang mereka asumsikan/pikir telah diajarkan oleh suatu agama lain”, BUKAN berpokok pada “pengetahuan/memahami apa sebenarnya yang di ajarkan oleh agama itu”. Suatu dialog agama yang konstruktif harus di arahkan bukan utk menang-kalah atau saling mendiskreditkan, melainkan guna menambah pengetahuan dan pemahaman masing2 pihak ttg pandangan kepercayaan lain secara benar. (namun bebas boleh setuju boleh tidak). Saya seorg Katolik awam yang di didik utk menganutjuga sebuah pengertian… Read more »

Wiwid Sumowijoyo
Wiwid Sumowijoyo
Reply to  Olala
13 years ago

Saya percaya bahwa Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan adalah anugerah dari Tuhan, dan karena sumbernya sama maka keduanya adalah sejalan dan tidak berseberangan. Kalau toh ada hal-hal yang seolah-olah bertentangan, itu karena kemampuan manusia menganalisa belumlah sampai kepada hal-hal tersebut. Tuhan belum membuka cakrawala pengetahuan untuk manusia. Dalam Ilmu Agama kita belajar bahwa di hari pertama Tuhan menciptakan terang, dan manusia diciptakan pada hari ke-6. Sementara Charles Darwin melalui bukunya “The Origin of the Species” mengemukakan proses evolusi manusia memakan waktu ribuan atau bahkan jutaan tahun. Apakah keduanya bertentangan? Tapi apa sih sebetulnya yang kita sebut sebagai 1 hari itu?… Read more »

my soul
my soul
15 years ago

Sekedar sharing dari seorang pembelajar…. Manusia telah menjadi bukti paling otentik dari keberhasilan evolusi jagat raya. Sejak awal jagat raya, dari setitik big bang menjadi bilyunan bintang dan runtutan generasi semua makhluk dalam rentang bermilyar tahun. Dan di tiap masa terjadilah lompatan genetik, menghasilkan evolusi dan seleksi alam seperti kondisi saat ini. Adalah wajar bila ditiap generasi selalu ada sesuatu atau seseorang yang seolah melompat ke depan, seperti tidak hidup pada jamannya, bak tidak menginjak bumi, atau dianggap seperti datang dari planet lain. Karena itu menjadi hukum alam terjadinya lompatan genetik dari tiap jaman menuju evolusi dan kesempurnaan makhluk. Di… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
15
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x