Pertanyaan:
Kita harus akui dengan segala kerendahan hati, bahwa setiap manusia bisa saja melakukan kesalahan(kecuali “Anak Manusia/Yesus”), tapi setelah tahu bahwa ada yang salah apakah kita harus tetap kekeh mempertahankan yang salah demi ego kita? termasuk pada tahun 1090 Katolik pernah Jual Surat Pengampunan Dosa ? Puji Tuhan, yang satu ini sudah Katolik perbaiki. Mudah-mudahan juga Doktrin2 yang lain yang tidak Alkitabiah dan menentang perintah Allah bisa sama2 kita perjuangkan bersama. agar tidak sampai tetap dalam keadaan salah sampai Tuhan Yesus datang untuk ke-2 kalinya. karena penghakiman di mulai dari rumah Tuhan.
Salam – Anna
Jawaban:
Shalom Anna,
Ini adalah jawaban untuk point F, dimana dikatakan bahwa Gereja Katolik telah melakukan kesalahan karena pernah menjual surat pengampunan dosa (indulgence). Mari kita melihatnya satu-persatu:
I. Apakah indulgensi (penghapusan siksa dosa).
- Pertama-tama saya akan memberikan arti apa sebenarnya arti indulgensi. Hal ini disebutkan di dalam Katekismus Gereja Katolik 1471 “Ajaran mengenai indulgensi [penghapusan siksa dosa] dan penggunaannya di dalam Gereja terkait erat sekali dengan daya guna Sakramen Pengampunan. Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif.”
- Untuk mengenai pernyataan di atas, kita harus mengetahui akan akibat ganda dari dosa, yaitu: 1) dosa berat membawa kita kepada siksa dosa abadi di neraka, 2) dosa ringan membawa kita kepada siksa dosa sementara. Silakan membaca Sakramen Pengampunan Dosa (bagian 1, 2, 3, 4) . Setelah dibaptis, seorang Katolik dapat mengakukan dosanya dan terlepas dari siksa dosa abadi di neraka, namun siksa dosa sementara tinggal yang pada akhirnya akan membawa pendosa kepada api penyucian (topik ini akan ditulis tersendiri di kemudian hari).
- Kenapa Gereja mempunyai otoritas untuk mengampuni dosa? Karena otoritas ini diberikan oleh Kristus sendiri yang mengatakannya kepada Petrus “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19). Dan kepada para rasul, Ia memberikan kuasa untuk mengampuni dosa, dan apa yang terikat di dunia akan terikat di surga, dan yang dilepaskan di dunia akan terlepas juga di surga (lih Mat 18:18). Dan Yesus yang mengunjungi para rasul, setelah kebangkitan-Nya, memberikan kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa (lih. Yoh 20:23).
- Dengan indulgensi, maka Gereja memberikan suatu tanda kasih kepada umat-Nya, yaitu suatu “spiritual goods”, agar umatnya dapat terlepas dari siksa dosa sementara. Ini sama saja kalau di dalam keluarga, kalau orang tua mempunyai kekayaan duniawi, maka mereka akan berusaha membagikannya kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, Gereja mempunyai kekayaan rohani, yang dititipkan sendiri oleh Kristus. Yang menjadi masalah adalah kalau Gereja tidak mendapatkan mandat dari Kristus, namun memberikan indulgensi. Namun dalam kenyataannya, Kristus sendiri yang memberikan mandat kepada Gereja. Dan setia kepada mandat ini, Gereja memberikan indulgensi kepada umatnya.
- Saya harap sampai tahap ini, Anna setuju bahwa Gereja diberi kuasa oleh Yesus untuk memberikan indulgensi. Dan Martin Luther sendiri tidak terlalu menentang doktrin ini, yang paling ditentangnya adalah praktek dari indulgensi di masa itu.
II. Bagaimana seseorang mendapatkan indulgensi dan penerapannya di abad pertengahan:
Telah kita bahas bersama bahwa Indulgensi adalah:
1. penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah
2. untuk dosa-dosa yang sudah diampuni.
3. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya,
4. di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas
5. memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif.
Ada sejumlah orang yang berpandangan bahwa dulu di sekitar abad 14-16 terjadi jual beli surat indulgensi agar memperoleh pengampunan dosa, sehingga Martin Luther memprotesnya. Namun pandangan ini tidak benar, justru karena dari definisinya saja, tidak cocok. Sebab indulgensi tidak diberikan agar dosa-dosa diampuni, tetapi sebaliknya, dosa-dosa itu harus diakui terlebih dahulu dalam sakramen Tobat; dan baru ketika dosa-dosa itu sudah diampuni, orang yang bersangkutan dapat memperoleh indulgensi, jika syarat-syarat lainnya dipenuhi.
Mari kita lihat prakteknya di Abad Pertengahan sampai sekitar abad-16. Pada waktu itu Gereja sedang membangun gereja St. Petrus. Harus diakui, bahwa mungkin saja memang ada penyalahgunaan penerapan ajaran indulgensi dalam prakteknya, namun ini tidak menghapus akan kebenaran bahwa Gereja mempunyai kuasa untuk memberikan indulgensi. Jika kita membaca catatan sejarah, kemungkinan inilah yang terjadi:
- Paus Leo X (1513-1521), memberikan indulgensi kepada orang-orang yang memberikan sumbangan untuk pembangunan gereja St. Petrus, namun pertama-tama bukan karena mereka memberi uang, melainkan karena mereka melakukan perbuatan amal kasih, yaitu untuk mendukung seluruh jemaat agar memiliki rumah ibadah untuk menyembah dan memuliakan Tuhan. Namun untuk memperoleh indulgensi tersebut, seseorang juga harus memenuhi syarat lainnya, contohnya seperti mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, menerima Komuni, mendaraskan doa tertentu, berpuasa, matigara dan memberi sedekah, dst. yang semuanya harus dilakukan dengan sikap hati yang benar.
- Seorang pengkhotbah Dominikan, bernama Johann Tetzel diutus berkhotbah ke Juterbog, Jerman. Amal/ derma (almsgiving) yang selalu menjadi salah satu ungkapan perbuatan kasih (lih. Mat 6:2), menjadi temanya, demi menggalang dana untuk pembangunan basilika, dan ini dikaitkan dengan indulgensi. Sayangnya, memang Tetzel ini membuat suatu pantun yang memang dapat disalah artikan, karena berbunyi seperti ini, “Begitu terdengar bunyi koin emas di kotak, bangkitlah jiwa menuju Surga.” Maka kesannya, seolah-olah orang didorong untuk menyumbang supaya dapat masuk surga, atau jiwa-jiwa orang yang telah meninggal yang mereka doakan langsung akan dapat masuk Surga. Padahal, jika kita membaca tentang ajaran indulgensi, terlihat bahwa yang dihapuskan dengan indulgensi itu adalah siksa dosa temporal dari dosa-dosa yang sudah diampuni (melalui Sakramen Tobat) dan bukan membebaskan seseorang dari siksa dosa dari dosa yang belum diperbuat oleh orang yang bersangkutan. Atau, jika doa ditujukan bagi jiwa orang yang sudah meninggal, tetaplah pada akhirnya Tuhan yang memutuskan apakah jiwa itu sudah siap beralih ke Surga atau belum, dan bukan atas jasa perbuatan orang yang memasukkan sumbangan ke dalam kotak. Sebab, yang berkuasa mengampuni dosa dan membawa jiwa-jiwa ke Surga tetaplah Kristus. Hanya Tuhanlah yang mengetahui apakah syarat perolehan Indulgensi Penuh itu sungguh terpenuhi. Sebab Indulgensi Penuh–yang mengakibatkan jiwa di Purgatorium dapat dibawa ke Surga–mensyaratkan bahwa orang yang mendoakannya tidak mempunyai ketidakerikatan terhadap dosa apapun. Maka kita sendiri tidak dapat tahu dengan persis, apakah kita dapat memperoleh Indulgensi Penuh; hanya Tuhanlah yang mengetahuinya. Jadi, perbuatan apapun yang kita lakukan tidak dapat menggantikan peran Kristus untuk mengampuni dan menyelamatkan seseorang.
Doktrin Indulgensi ini terkait dengan ajaran tentang Sakramen Tobat, Api Penyucian, dan mendoakan jiwa orang-orang beriman yang sudah meninggal. Doktrin-doktrin ini memang adalah ajaran-ajaran yang kemudian ditolak oleh gereja-gereja Protestan. - Penyimpangan yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan ajaran indulgensi inilah yang mengundang protes Martin Luther. Dalam 95 thesis yang diletakkan di pintu gereja tersebut tak lama setelah Tetzel datang, di thesis no.27 Luther memprotes pantun Tetzel, dan thesis no. 50 dan 86 memprotes pembangunan basilika St. Petrus. Namun Luther sendiri sebenarnya tidak menolak prinsip pengajaran tentang indulgensi; ia hanya menentang penerapannya. Thesis no. 49 membuktikan hal ini di mana Luther mengatakan bahwa indulgensi sebenarnya “berguna”. (Sumber: Martin Luther, Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, 1517, Project Wittenberg, 2 July 2008).
- Kemungkinan karena adanya resiko penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan ajaran tentang indulgensi yang melibatkan sumbangan dana kepada Gereja, maka dalam Konsili Trente (1545-1563), Paus Pius V membatalkan segala peraturan indulgensi yang melibatkan transaksi keuangan. Maka sampai sekarang, sumbangan kepada Gereja tidak termasuk dalam perbuatan yang disyaratkan untuk memperoleh indulgensi. Namun demikian, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa Gereja tetap mempunyai kuasa untuk melepaskan umat dari siksa dosa temporal akibat dari dosa-dosa yang sudah diakui dalam Sakramen Pengakuan Dosa.
Jadi indulgensi tidak pernah diperjualbelikan/ “for sale” seperti yang dituduhkan. Meskipun indulgensi pada abad ke-16 itu dapat diperoleh dengan menyumbang, namun hati yang bertobat, mengaku dosa dalam sakramen Tobat, dan segala persyaratan religius lainnya harus ditepati agar indulgensi tersebut dapat sah diberikan. Jadi bukan semacam membeli surat dan setelah itu dosa diampuni. Indulgensi bukan untuk menggantikan peran sakramen Pengakuan Dosa. Indulgensi berkaitan dengan penghapusan siksa dosa sementara untuk dosa-dosa yang sudah diampuni tersebut, yang dapat dimohonkan untuk diri kita sendiri maupun untuk jiwa-jiwa orang-orang yang sudah meninggal itu.
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan kepada Anna tentang doktrin indulgensi. Gereja Katolik, oleh kuasa yang diberikan oleh Kristus, memberikan indulgensi, agar umat-Nya dapat bertumbuh di dalam kekudusan dan dapat mencapai kebahagiaan abadi di surga. Semoga keterangan di atas dapat menjawab keberatan Anna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef dan ingrid – www.katolisitas.org
Tambahan: Artikel lengkap tentang indulgensi, dapat dibaca di sini (silakan klik)
Shalom katolisitas.., Saya mau bertanya. Gereja Katolik mengakui bahwa dalam beberapa bagian, ada kebenaran yang ingin disampaikan dalam thesesnya Martin Luther. Pertanyaan saya, apakah saat itu Gereja Katolik langsung mengakui kebaikan tersebut? Apakah Gereja Katolik saat itu langsung mengakui kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya? Atau apakah Gereja Katolik saat itu hanya menunda, dan menunggu dulu supaya Martin Luther menarik pernyataannya yang salah? Jujur saya tidak banyak tahu tentang Martin Luther. Dan saya menemukan ini dari https://katolisitas.org/luther-dan-ekskomunikasinya ,”…Lalu Luther mengadakan pendekatan kepada Kaisar untuk mengadakan 3 hal: 1) untuk menghancurkan kuasa Paus, 2) untuk merampas hak milik Gereja, 3) untuk meniadakan perayaan-… Read more »
Shalom Donny, Ada baiknya, jika Anda mau membaca tentang Martin Luther, Anda membaca link ini, silakan klik. Memang artikel itu ditulis oleh Catholic Encyclopedia, namun data-data yang tertulis di sana diambil dari sumber yang jelas, yaitu dari tulisan Luther sendiri. Bahwa sikap Luther yang meledak-ledak dan mudah berubah, itu juga dapat dibaca di koleksi surat-surat Luther, yang dikompilasi oleh De Wette. Secara khusus sikapnya terhadap Paus, dapat dilihat misalnya dari sini (berikut ini saya cut and paste): “On 3 March, 1519, he writes Leo X: “Before God and all his creatures, I bear testimony that I neither did desire, nor… Read more »
Terima kasih banyak Bu.., atas penjelasannya.
Pak. Bu.
Sy mau minta tolong ditunjukkan ayat Alkitab. Yg membeda-bedakan dosa besar dn dosa kecil. Soalnya yg sy phami. Semua dosa itu sama.
Shalom Vera, Ayat yang paling jelas menunjukkan bahwa ada perbedaan jenis dosa, adalah ayat ini: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.” (1Yoh 5:16-17) Maka Gereja Katolik mengajarkan adanya dua jenis dosa, yaitu 1) dosa yang mendatangkan maut (yang disebut dosa berat/ mortal sin); dan 2) dosa yang tidak mendatangkan… Read more »
Syalom Inggrid Setau saya dosa yang tidak mendatangkan maut yang di maksud itu bukan suatu ukuran dosa besar atau kecil. Menurut saya dosa yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang tidak mengancam hidup orang lain, bukan ukuran suatu dosa, sedangkan dosa yang mendatangkan maut adalah dosa yang mengancam hidup orang lain bahkan bagi diri si ‘orang’ ini. Kemudain kenapa anda tidak menebalkan kata SEMUA KEJAHATAN ADALAH DOSA , bukankah di bilang SEMUA adalah DOSA . Maaf jika saya bertentangan dengan pandangan anda bahkan munkin dengan kuasa yang besar. Terimakasih [dari katolisitas: Silakan melihat tentang dosa berat dan dosa ringan di… Read more »
Syalom pak Stef-bu Ingrid Bukankah Gereja Katolik sudah sejak lama lewat Paus Pius V membatalkan segala peraturan indulgensi yang melibatkan transaksi keuangan. Maka sampai sekarang, derma tidak termasuk dalam perbuatan yang disyaratkan untuk memperoleh indulgensi. Dan bukankah Martin Luther memisahkan diri karena masalah penjualan surat indulgensi ini. Dalam 95 thesis yang diletakkan di pintu gereja, Thesis no.27 Luther memprotes pantun Tetzel, dan thesis no. 50 dan 86 memprotes pembangunan basilika St. Petrus. Namun Luther sendiri sebenarnya tidak menolak prinsip pengajaran tentang indulgensi; ia hanya menentang penerapannya. Thesis no. 49 membuktikan hal ini di mana Luther mengatakan bahwa indulgensi sebenarnya “berguna”.… Read more »
Shalom Chianx, Jika kita membaca 95 theses Luther (1517), memang salah satu yang diprotesnya adalah adanya penyimpangan dalam pelaksanaan doktrin tentang Indulgensi ini, yaitu tentang adanya derma untuk pembangunan basilika St. Petrus yang dijadikan salah satu syarat memperoleh Indulgensi. Namun telah juga dijabarkan di atas, bahwa indulgensi itu bukan surat pengampunan dosa. Sebaliknya, Indulgensi diberikan hanya setelah sakramen pengakuan dosa dilakukan. Anda benar bahwa Luther sendiri pada dasarnya tidak mengecam adanya ajaran indulgensi, dan bahwa indulgensi pada dasarnya berguna. Hanya saja jika pelaksanaannya menyangkut dana, ternyata terdapat kecenderungan penyimpangan. Mungkin saja oleh karena itu, Paus Pius V menghapuskan segala bentuk… Read more »
Shalom. Saya mau tanyakan:
Mengapa indulgensi memakai surat segala pada masa itu? Lalu siapakah yg mensahkan surat itu? Dan apakah pemberian surat itu juga berlaku sampai sekarang setelah dilakukan indulgensi?
Terimakasih.
Shalom Parulian, Prinsip ajaran Gereja Katolik tentang Indulgensi, sudah pernah dituliskan di artikel ini silakan klik; berdasarkan dokumen ajaran Gereja tentang Indulgensi, yang dapat dibaca di link ini, silakan klik. Sebelum menjawab pertanyaan anda saya ingin menggarisbawahi sedikit prinsip ajaran tentang Indulgensi seperti yang dituliskan dalam Konstitusi Apostolik Paus Paulus VI, Indulgentiarum Doctrina: Pada prinsipnya, Indulgensi merupakan harta kekayaan rohani Gereja, yang diperoleh dari jasa penebusan Kristus, yang juga melibatkan doa dan perbuatan kasih para orang kudus yang telah mengikuti jejak Kristus, bekerjasama dengan rahmat Allah dengan hidup kudus dan melaksanakan misi yang dipercayakan kepada mereka oleh Allah Bapa (lih.… Read more »
Shalom bu Inggrid dan pak stef, Saya mohon ijin sering kali men-copy artikel2 dari katolisitas untuk di-Fwd ke teman2 dan terutama saya fwd ke milis batuhidup@yahoogroups.com dengan tentu saja menuliskan sumbernya juga walaupun tidak pernah 1x pun diloloskan oleh moderatornya. Semenjak saya bergabung di milis tersebut saya jadi tau bahwa ternyata mereka sangat anti sekali dengan Gereja Katolik dan artikel2 yg di posting oleh moderatornya dan member yg lain selalu terkesan “menyerang” Gereja Katolik. Hal ini membuat saya ‘gerah’ dan membalas dgn memberikan komentar atas artikel2 yg mereka buat. Tapi bersyukurlah saya menemukan website katolisitas sehingga saya menjadi lebih mengerti… Read more »
Shalom Laurentius, Terima kasih atas dukungannya untuk karya kerasulan ini. Kami sangat senang, jika karya kerasulan ini dapat turut membantu umat Katolik untuk lebih mengetahui dan mengasihi iman Katolik, yang pada akhirnya akan membawa pada Kristus sendiri. Tentang buku yang Babylon Mystery Religion, kami telah mengulasnya di sini – klik ini dan disini – klik ini, saya menuliskan: 1) Buku ini dikarang oleh Ralph Woodrow pada awal pelayanannya. Buku ini dipengaruhi oleh Alexander Hislop (1807-1862) yang mengarang “The Two Babylons“. Namun kemudian Ralph menyadari kesalahannya, bahwa dia mengarang buku berdasarkan buku karangan Alexander Hislop yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 2)… Read more »
Tetapi mengapa harus berupa Surat? Dengan adanya ini seolah olah ada legitimasi bahwa kalo dapat surat maka akan diampuni yang penting udah ada Capnya. Jadi sangat kentara Gereja memanfaatkan pemahaman awam secara umum ini sebagai komodity untuk mmebangun gereja, adapaun masalah pertobatan, puasa dll itu kesannya tidak menjadi titik sentral yang penting nyumbang dulu. Jika tujuannya bukan All About Money, Adakah catatan bahwa gereja juga memberikan surat pengampunan itu kepada yang tidak bisa beli? dan hanya bisa melakukan pertobatan biasa? It’s Okelah gereja Diberi kuasa untuk mengampuni tetapi Kalo bentuknya Surat yang di dapat dengan menyumbang, apapun alasannya gereja telah… Read more »
Shalom Kang Erry, Terima kasih atas tanggapannya tentang surat pengampunan dosa. Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin kita perlu melihat adanya dua hal yang terpisah namun berhubungan, yaitu “Pengampunan Dosa” dan “Indulgensi”. Konsep tentang pengampunan dosa dapat dilihat di sini (bagian 1, 2, 3, 4) dan tentang indulgensi dapat dilihat di sini (silakan klik). Kalau kita mengerti ke-dua konsep tersebut, maka pernyataan “Dengan adanya ini seolah olah ada legitimasi bahwa kalo dapat surat maka akan diampuni yang penting udah ada Capnya” adalah tidak tepat, karena orang yang menerima pengampunan dosa haruslah seseorang yang telah: 1) mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa,… Read more »
Shalom, katolisitas.org,
Bisa tidak memberikan saya situs/site isi semua dari 95 thesis martin luther tsb? Nah.. sekarang saya ingin bertanya kenapa martin luther menolak beberapa ajaran gereja katolik seperti api penyucian..apakah itu berarti dia memiliki kesimpulan sendiri ttg ajaran gereja? dan berarti itu menentang gereja sendiri bukan? Dan saya tahu bahwa martin luther sendiri menyatakan bahwa bunda maria itu bunda Allah,bunda gereja, dsb sendiri bukan? lalu knapa para protestant menolak tentang bunda maria tsb, sedangkan martin luther menyetujuinya??
Leonard..
Shalom Leonard, Mengenai 95 theses Martin Luther, silakan anda klik di sini. Dari theses tersebut kita sebetulnya dapat mengambil kesimpulan bahwa : 1. Luther menekankan pertobatan sejati yang diikuti oleh matiraga (#1-3). Luther sebenarnya tidak anti sakramen Pengakuan dosa, sebab ia bahkan mengatakan bahwa Tuhan tidak menghapuskan kesalahan seseorang tanpa orang itu merendahkan dirinya dan mengaku dosa di hadapan imam-Nya (#7). 2. Menurut Luther, Paus tidak dapat menghapus kesalahan, kecuali dengan menyatakan bahwa itu sudah dihapuskan oleh Tuhan; walaupun dalam beberapa kasus ia dapat melakukannya sesuai kebijaksanaannya. Jika ia tidak memberikan penghapusan ini, maka kesalahan pada pihak orang itu tetap… Read more »
Saya mau tanya apa Martin Luther gak ajarin tentang Ekaristi juga sama umatnya?? Apa cuma hanya praise and worship aja??
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik.]
Syaloom Ibu Inggrid Masih ada yang belum saya pahami.. 1.Kalau sudah ada Sakramen Tobat buat apalagi Indulgensi? 2.Pengampunan dosa (Sakramen Tobat) berbeda dengan penghapusan dosa (Indulgensi)? 3. Bukannya dosa kita semua sudah lunas dibayar oleh Yesus di atas Kayu salib? 4. Dan kalau misalnya jawaban pertanyaan no 2 berbeda apakah arti Yesus mati di atas kayu salib buat kita, pengampunan dosa atau penghapusan dosa atau dua-duanya? Kalau dua-duanya Indulgensi harusnya sudah tidak perlu lagi. Saya rasa topik pertanyaan ini ada menyangkut ke api penyucian. Sehingga api penyucian harusnya tidak ada. Maaf untuk pertanyaan yang lari2 ke topik yang lain. Terima… Read more »
Shalom Leonard, Terima kasih atas pertanyaan anda. Ada baiknya kalau anda dapat membaca terlebih dahulu pengertian tentang indulgensi di sini – silakan klik. Jadi kalau anda bertanya apa gunanya Indulgensi kalau sudah ada Sakramen Tobat, maka kita harus melihat definisi dari keduanya: KGK, 1471: “Indulgensi adalah (1) penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk (2) dosa-dosa yang sudah diampuni. (3) Warga beriman Kristen (4) yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan (5) bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi (6) sebagian atau… Read more »
Wah pas saya baca lagi pertanyaan saya kayanya membingungkan ya, haahha Maaf susunan katanya jadi berantakan, saya ngga pandai menyampaikan yg ada di kepala saya, saya perjelas sdikit Kesempurnaan Kurban Tuhan di atas Kayu Salib sudah menanggung segala kelemahan dan dosa – dosa kita, sehingga kita yang beriman sudah diselubungi oleh Tubuh Kristus. Jadi tidak perlu lagi semua sakramen Tobat dan Indulgensi. Karena Allah melihat Kristus sebagai penanggung kita sehingga Dia MENGHAPUS Dosa kita. Tentu saja konteks iman kita disertai oleh perbuatan tetapi bukan perbuatan untuk “membeli” keselamatan melainkan karena rasa syukur sudah diselamatkan, jadi Kasih Karunia yang menyelamatkan kita… Read more »
Shalom Leonard, Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau dengan memberikan jawaban mungkin kurang jelas, maka biarlah saya menjawab pertanyaan anda dengan pertanyaan. Menurut logika dari pertanyaan anda, maka apakah karena pengorbanan Kristus di salib, maka orang yang yang percaya dan beriman pada Kristus namun dalam hidupnya tidak menunjukkan buah-buah kasih, maka dia PASTI masuk Sorga? Apakah dengan demikian, anda setuju dengan sekali selamat pasti selamat? Coba anda renungkan hal ini. Memang pengorbanan Kristus adalah sempurna, namun manusialah yang tidak sempurna, sehingga sering kali berbuat dosa, walaupun dia telah dibaptis. Walaupun kita telah dibaptis, namun kita harus terus berjuang di dalam kekudusan.… Read more »
Shaloom Pak Stef, terima kasih atas pertanyaannya, hal yang ditanyakan oleh anda, saya tidak bisa menjawab dengan yakin, tapi apa yang saya rasakan adalah manusia itu lemah terhadap dosa, karena itu kita hanya bisa bergantung kepada belas kasih Allah melalui Tuhan Yesus. Saya percaya iman tanpa perbuatan adalah bohong, jadi kalau seseorang bilang dia beriman kepada Tuhan Yesus tapi tidak berkembang kasihnya, maka orang itu berbohong. Bagaimana mungkin kita bilang kita mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi saudara kita (1 Yoh 4:20) Jadi mungkin istilah sekali selamat pasti selamat itu tidak tepat karena kalau sudah selamat pasti selamat. Hmmm, saya tidak… Read more »
Shalom Leonard, Terima kasih atas jawabannya. Kalau kita mengamati kehidupan umat beriman, maka kita dapat menyimpulkan bahwa walaupun kita telah dibaptis, namun kita sering jatuh dalam dosa. Kita mungkin tidak jatuh dalam dosa berat, namun tidak dapat disangkal bahwa kita dapat saja jatuh dalam dosa ringan, seperti: gagal berbuat baik, berbohong, ketidakmurniaan dalam pikiran, kemalasan, terlalu memanjakan diri, dll. Apakah dengan demikian, kita akan mengatakan bahwa kurban Kristus tidak cukup karena kurang memberikan kekuatan kepada umat Allah untuk tidak berbuat dosa? Tentu saja tidak. Namun, di sisi yang lain, pengertian bahwa orang yang beriman pada Kristus pasti selamat tidaklah juga… Read more »
Syaloom Pak Stef,
Terima Kasih sudah menjawab pertanyaan saya di tengah-tengah kesibukan menjawab pertanyaan lainnya yang banyak.Saya akan coba mengerti dan merenungkan jawaban anda.
Mohon doanya pak Stef.
Terima Kasih
Salam damai
shalom pembina katolisitas,
saya sangat tertarik dengan situs ini,banyak manfaat yang saya peroleh setelah membaca penjelasan tentang pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan.
ada satu hal yang masih membuat saya bingung,dulu saya pernah membaca tentang pemberian indulgensi oleh seorang paus,saya lupa namanya (pada orang yang menyumbang dana dalam rangka pembangunan gereja st.Petrus di Roma) dan ini menjadi salah satu dari sekian hal yang dipertentangkan oleh pihak Reformasi…saya mohon pencerahan mengenai hal itu? apakah hal itu mengatas namakan gereja (magisterum) atau pribadi paus sendiri?..
Mohon penjelasannya….Berkah dalam
Shalom Inus,
Terima kasih atas dukungannya terhadap katolisitas.org. Untuk pertanyaan yang diajukan oleh Inus, telah dijawab di artikel di atas (silakan klik). Kalau masih ada pertanyaan sehubugan dengan topik ini, silakan untuk bertanya kembali.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org