Doa Pengampunan dari Firman Tuhan Yesus Kristus : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Firman Allah adalah sangat kaya. Firman Allah dipenuhi dengan kebijaksanaan, arahan, kebenaran, dan segala yang kita perlukan untuk hidup penuh kuasa, harapan, dan keberhasilan. Ketika kita mendoakan Firman Allah sama seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, kita masuk ke dalam apa yang Ia telah lakukan dan firmankan.

Walaupun ada banyak doa dalam Kitab Suci, seperti dalam Mazmur, doa dari Sabda Tuhan Yesus menempati yang pertama. Doa dari Firman Tuhan Yesus Kristus menempati urutan pertama karena di dalam Firman-Nya mengandung apa yang penting bagi Allah untuk keselamatan jiwa umat-Nya. Doa pengampunan dari Firman Tuhan Yesus “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34) merupakan salah satu yang penting bagi Allah demi keselamatan umat yang dicintaiNya.

1. Doa Pengampunan dari Firman Tuhan Yesus Kristus dalam Kitab Suci: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).

2. Makna Doa Pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus itu

Doa Pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34) merupakan ucapan-Nya yang pertama di antara ketujuh sabda-Nya yang terakhir di kayu salib. Ucapan Tuhan Yesus itu dikatakanNya antara jam 9 pagi sampai tengah hari. Pengampunan Tuhan Yesus terhadap yang menganiayaNya itu menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita. Kasih yang sejati nampak dalam pengampunan kepada mereka yang membuatNya menderita. Tuhan Yesus Kristus, di atas kayu salib dengan tubuh yang terkoyak, darah bercucuran, dan dalam penantian akan maut yang memalukan, tidak melontarkan kata-kata makian, hujatan, dan balas dendam terhadap orang-orang menghabisi hidup-Nya. Sebaliknya, ia mendoakan mereka agar Bapa-Nya memberikan pengampunan kepada mereka. Tuhan Yesus Kristus melaksanakan apa yang telah Ia sabdakan sendiri: “Kamu telah mendengar Firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:43-44).

Kasih pengampunan Tuhan Yesus itu terhadap orang-orang yang menganiayaNya merupakan kasih yang hendak menyelamatkan manusia berdosa. Kasih yang menyelamatkan dari Tuhan Yesus Kristus itu dapat dipahami dengan dua salib di sampingNya. Kedua salib di samping Tuhan Yesus Kristus itu adalah salib kedua penjahat yang disalibkan bersama Dia. Kedua penjahat yang disalibkan itu mewakili kita, manusia yang berdosa ini. Kita kadang-kadang bertindak seperti seorang penjahat, pencuri, dan perampok. Penyaliban Tuhan Yesus Kristus ini memenuhi nubuatan Nabi Yesaya: “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak” (Yesaya 53:12).

Tuhan memberikan rahmat belas kasih-Nya kepada seorang penjahat yang bertobat pada saat-saat terakhir akhir kehidupannya. Penjahat itu menunjukkan pertobatannya dengan rendah hati dan mengakui bahwa dirinya adalah orang yang berdosa dan mengakui bahwa Yesus adalah orang benar. Ia pantas disalibkan, tetapi Tuhan Yesus Kristus tidak pantas menerima hukuman yang sama dengan dirinya. Kerendahan hati dan pengakuannya terhadap Yesus sebagai orang yang tak bersalah nampak dalam ucapannya kepada penjahat lain: “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Lukas 23:41). Perkataannya itu juga merupakan ajakan kepada penjahat lainnya untuk juga bertobat.

Setelah mengatakan hal itu, si penjahat yang bertobat itu mengungkapkan pengakuan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pemilik Kerajaan kekal: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42). Discernment (pembedaan Roh) yang dilakukannya sangat mengagumkan. Mengakui Yesus sebagai Tuhan ketika Ia melakukan mukjizat adalah biasa, tetapi mengakui Yesus Kristus sebagai Raja ketika Ia diolok-olok, dihina, dan akan mengalami kematian secara tragis adalah luar biasa. Penjahat yang bertobat ini dengan mata hati yang tajam mampu melihat keilahian Tuhan Yesus Kristus ketika ia sedang tergantung di kayu salib dan sangat menderita. Imannya kepada Tuhan Yesus tidak dicerahkan dengan mukjizat-Nya yang luar biasa, tetapi cukup melihat kesabaran Tuhan Yesus Kristus ketika Ia mendoakan orang-orang yang telah menganiayaNya secara keji. Imannya ini memberanikan diri untuk berharap atas belas kasihan Tuhan Yesus Kristus ketika Ia memasuki kerajaan-Nya. Ia menyadari diri tidak pantas untuk masuk kerajaan-Nya yang indah. Ia hanya bisa merindukannya. Penjahat itu hanya mohon kepada Tuhan Yesus Kristus agar mengingatnya saja ketika sebagai Raja dalam kerajaan-Nya dengan memberikannya tempat di sudut Surga. Akan tetapi, penjahat yang bertobat itu justru menjadi penghuni Surga yang pertama karena ia menerima rahmat penebusan-Nya yang pertama pula. Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43). Penjahat yang bertobat masuk surga tanpa api penyucian.

Uraian tentang penjahat yang bertobat ini mengingatkan kita bahwa tidak benar kalau seseorang yang sudah menjalani hidupnya yang penuh dosa akan diselamatkan hanya dengan pertobatan instan atau pertobatan pada menit-menit terakhir nafasnya. Orang yang berdosa akan diselamatkan ketika ia mengakui segala dosanya, meninggalkan masa lampaunya, dan mengandalkan belas kasih Tuhan agar diperkenankan masuk dalam kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus Kristus telah memberikan teladan dalam pengampunan terhadap orang-orang yang membunuhNya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah mengalami disakiti. Kita mungkin telah disakiti oleh pasangan kita, orang tua kita, mertua kita, anak-anak kita, dan sahabat-sahabat kita. Karena kita telah mendapatkan dengan cuma-cuma pengampunan dari tebusan darah dan daging-Nya, kita harus mengampuni orang-orang yang telah melukai kita tanpa syarat pula.

Pengampunan terhadap orang lain membuat kita terbebas dari kenangan pahit di masa lalu. Tanpa pengampunan, jiwa kita akan senantiasa tersiksa dengan kemarahan dan kebencian. Kemarahan dan kebencian akan menjadi rintangan hubungan kita yang akrab dengan Allah. Kemarahan dan kebencian adalah sebuah dosa yang membuat kita memisahkan diri dari Tuhan Allah dan Dia tidak mendengarkan Doa kita: “yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2). Sebaliknya, pengampunan kepada sesama membuat batin kita merasakan kemerdekaan dan kedamaian. Kedamaian dan kemerdekaan hati membangun hubungan yang lebih hangat, terbuka, dan utuh.

3. Doa Pengampunan kepada sesama

Doa Pengampunan

Tuhan Allah, aku bersyukur karena Engkau telah mengampuni dosa-dosaku. Jadikan aku sebagai seorang pengasih dan pengampun seperti Engkau sendiri adalah Allah yang kaya akan pengampunan, kasih, dan kemurahan. Mampukan aku untuk mengampuni mereka yang telah bersalah kepadaku (sebutkan nama yang perlu kita ampuni) dan mendoakannya seperti doa Putera-Mu: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Dengan pengampunan yang aku berikan kepadanya, aku pasti mengalami kelegaan karena tidak lagi dikuasai dengan ikatan masa lampau yang penuh kemarahan dan kebencian. Dengan demikian, hubunganku dengan Engkau semakin hangat dan mesra. Amin.

Bersambung

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.