Materai Cinta

pasangan-tuaTiada yang seindah cinta di dalam kehidupan. Jika tanpa cinta, harta yang melimpah tiada berguna. Cinta bertahta selamanya di dalam relung jiwa. Cinta senantiasa bermekar bagaikan bunga-bunga di taman yang indah. Keindahan cinta tidak akan pernah lenyap seiring keriputnya wajah. Keindahan cinta tiada pernah berkurang ketika raga telah berada di ambang tanah.

Pengajaran iman dalam sebuah komunitas menjadi saksi akan keindahan cinta yang kekal. Seorang ibu, berusia tujuh puluhan, bertepuk tangan penuh semangat selama pujian dilantunkan. Matanya sebentar-sebentar memandang pada jam dinding di aula yang menandakan kegelisahan. Setelah selesai acara, ibu mendekatiku dengan sebuah permintaan untuk mengunjungi suaminya. Suaminya itu sudah tak sadarkan diri di rumah sakit hampir satu bulan. Sesampainya di rumah sakit itu, ia langsung mencium kening suaminya dan membisikkan kata : “Pa, Pastor datang”. Ibu itu ternyata sangat setia menjaga suaminya. Suaminya itu tentu sudah tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan dan merasakan apa yang dilakukannya. Saya pun berusaha menasihati ibu tua itu : “Ibu, lebih baik istirahat di rumah agar tidak sakit. Usia ibu sudah renta yang rentan terhadap penyakit. Suami ibu juga sudah tidak dapat mengenali ibu dan tidak tahu bahwa ibu menjaganya. Serahkan saja penjagaannya kepada perawat dan ibu berdoa di rumah”. Jawabannya menyentakkan dada : “Suamiku memang tidak dapat mengenaliku lagi, tetapi aku mengenalinya. Suamiku adalah temanku bertengkar, tetapi sekaligus temanku untuk belajar memaafkan dan dimaafkan. Aku sangat bahagia karena dapat mengungkapkan kasihku dari apa yang ada dalam diriku, yaitu sekedar menjaganya dan membelai rambut putihnya, walaupun dia tidak mengetahuinya”.

Cinta semakin terasa ketika hidup mendekati kefanaan. Pengampunan mengalir dengan sendirinya terhadap kekhilafan di masa silam. Pertengkaran-pertengkaran menjadi sebuah kerinduan. Hidup terbebaskan dari tawanan luka yang menyiksa. Pengampunan mungkin tidak mengubah sedikitpun apa yang sudah terjadi di masa silam, tetapi pengampunan bisa mengubah banyak kehidupan kita di masa depan. Mengampuni itu seperti membebaskan tawanan dari penjara sepanjang hayat. Berkat cinta yang mendalam, kehidupan diselimuti dengan kebahagiaan. Cinta membuat kehidupan senantiasa indah, lebih indah daripada pelangi di angkasa.

Cinta senantiasa mempertahankan keindahannya walaupun pelangi tak sanggup menjaga kecantikannya melawan sengatan sang surya. Cinta mendekatkan hati meski jiwa sering merana dan raga jauh dari kelopak mata. Cinta tak mengenal istilah “habis manis sepah dibuang”. Cinta termeterai di dalam hati sehingga tak mungkin dipungkiri : “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!” (Kidung Agung 8:6). “Hati” adalah letak cinta kasih dan lengan adalah kekuatannya. Sejuta cinta tersimpan di dalam hati dan terungkap bukan dengan banyak kata, tetapi di dalam tindakan.

Cinta yang paling agung adalah milik Tuhan. Karena sedemikian agungnya cinta Tuhan, Ia memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya : “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:3). Cinta Tuhan mengalir tiada berkesudahan. Tiada kuasa apapun yang dapat menghentikan derasnya aliran cinta Tuhan : “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Roma 8:35). Cinta Tuhan terus melekat dalam diri gambaran-Nya. Tuhan telah menghembuskan nafas cinta-Nya pada saat penciptaan. Cinta Tuhan tidak akan pernah pudar dan hilang termakan usia.

Jangan katakan “cinta” karena itu mungkin hanyalah dusta, tetapi lakukan “perbuatan cinta kasih” dari apa yang ada sehingga keagungan cinta Tuhan akan menerangi dunia yang edan. Dunia yang edan ini telah bebal terhadap gerakan cinta sehingga setitik cinta akan mencelikkan jiwa untuk melihat betapa besarnya cinta Tuhan. Tuhan memberkati.

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

0 0 votes
Article Rating
19/12/2018
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x